NovelToon NovelToon
Om Duda Genit

Om Duda Genit

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aurora Lune

Punya tetangga duda mapan itu biasa.
Tapi kalau tetangganya hobi gombal norak ala bapak-bapak, bikin satu kontrakan heboh, dan malah jadi bahan gosip se-RT… itu baru masalah.

Naya cuma ingin hidup tenang, tapi Arga si om genit jelas nggak kasih dia kesempatan.
Pertanyaannya: sampai kapan Naya bisa bertahan menghadapi gangguan tetangga absurd itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora Lune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Privasi Gue vs Kacang Hijau

Nayla yang sedang asyik mengadakan konser dadakan di dalam kamarnya. Ia bergoyang mengikuti irama lagu favoritnya, suara nya nyaring menggema tipis di antara dinding kamar yang sempit. Lantainya bergetar ringan karena hentakan kaki sambil menari.

Tiba-tiba, suara ketukan keras terdengar di pintu kontrakan nya. Seketika Nayla terhenti, dan hampir kehilangan ritme lagu.

"Eh siapa sih? Ganggu gue aja! Jam segini pula, orang lagi latihan konser internasional," gerutunya sambil ngedumel.

Dengan malas, ia keluar kamar. Rambutnya masih acak-acakan, belum sempat disisir. Sisa air keramasnya menempel, bikin beberapa helai menjuntai berantakan. Mukanya polos tanpa bedak, hanya bibir mungilnya yang terlihat kemerahan alami.

Dengan wajah manyun, ia menyeret langkah ke arah pintu. "Oke, siapa pun yang ganggu, siap-siap gue semprot!" katanya, lalu membuka pintu dengan kasar.

Begitu pintu terbuka, matanya langsung melotot.

"ASTAGAAA..." Nayla refleks menutup mulutnya dengan tangan.

"Dia lagi!!!" serunya setengah menjerit dalam hati.

Ya, ternyata tamunya adalah Arga, si tetangga genit yang jadi penyebab kekonyolan Nayla beberapa jam lalu. Cowok itu berdiri dengan tangan disaku celana, mengenakan kaos polos hitam dan celana jeans sederhana, tapi tetap terlihat cool dan menyebalkannya ganteng.

Arga menyapu pandangannya dari atas sampai bawah Nayla dengan tatapan iseng. Sudut bibirnya terangkat tipis, seolah menahan tawa.

"Hmm... gaya baru, ya?" ucapnya santai.

Nayla spontan langsung menyelipkan rambutnya yang berantakan ke belakang telinga. "Apaan sih lo liat-liat gue kayak gitu?! Gak ada kerjaan lain apa, hah?" katanya sengak, padahal mukanya udah panas dingin.

Arga tertawa kecil, suaranya rendah tapi cukup bikin Nayla makin salah tingkah. "Saya cuma heran aja... biasanya cewek kalo malam-malam tuh tampil cantik, pakai piyama lucu gitu. Lah ini... rambut acak-acakan, muka polos... tapi tetep aja" ia mendekat sedikit, lalu berbisik, "manis."

"HEH! Jangan asal muji gue! Malam-malam begini lo ngapain sih nongol di depan pintu gue? Maaf ya, ada yang namanya privasi. Lo tau privasi, nggak?" Nayla berkacak pinggang, mencoba menutupi rasa malunya dengan gaya galak.

Arga berdiri santai di depan pintu kontrakan Nayla, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, ekspresinya tenang seperti biasa. Dengan suara datar khasnya, ia membuka percakapan.

"Saya cuma minta kacang hijau sama kamu."

Nayla yang mendengar itu, langsung bengong.

"Ha? Kacang hijau?" batin Nayla dalam hati, alisnya terangkat tinggi. "Kemarin minta garam, sekarang kacang hijau? Ya ampun, om ini apa nggak salah alamat? Jangan-jangan habis ini minta cabai sekilo sama minyak goreng satu liter kali ya..."

Ia menatap Arga dengan tatapan setengah kesal setengah bingung. "Om, serius deh... kemarin minta garam, sekarang kacang hijau. Jangan-jangan karena kemarin saya baik ngasih garam, sekarang om seenaknya aja minta-minta ke saya, gitu?" Nayla berkacak pinggang, nadanya setengah menggoda setengah nyolot.

Arga hanya menaikkan sedikit sudut bibirnya, jelas banget kalau dia lagi menahan tawa. "Ya terus kenapa? Kamu keberatan?"

"Ya bukan keberatan sih... tapi ngapain coba malem-malem begini minta kacang hijau? Emangnya mau bikin bubur kacang hijau tengah malam? Serius deh, om, itu... aneh banget." Nayla geleng-geleng kepala, dengan ekspresinya yang kocak.

Arga menatap Nayla dengan pandangan dingin tapi ada sinar hangat di matanya. "Bukan buat saya. Buat tugas Raka. Besok dia harus bawa kolase dari kacang hijau. Kalau nggak ada, dia bisa kena hukuman."

"Ohhh..." Nayla mendengus, lalu menyandarkan bahunya di kusen pintu sambil menatap Arga dari atas ke bawah. "Kenapa nggak dari tadi ngomong begitu, sih? Gue pikir mau masak bubur kacang hijau buat acara bakti sosial!"

Arga menatap Nayla sekilas, senyum tipis terulas di bibirnya. “Bawel banget sih. Tapi… lucu.”

"Eh, om jangan salah. Ini bukan bawel, ini namanya kritik membangun," sahut Nayla cepat sambil menunjuk dirinya sendiri. "Lagipula, saya kan harus jaga-jaga. Takutnya tiba-tiba besok om minta cabe rawit, besok lusa minta ayam satu ekor. Kalau kayak gitu, saya harus buka warung, om!"

Arga menatapnya lekat-lekat, lalu dengan nada genit ia berkata pelan, "Kalau kamu buka warung, saya bakal jadi pelanggan tetap. Setiap hari saya datang, biar bisa lihat kamu bawel kayak gini."

"HEH!" Nayla refleks menutup mulut dengan tangannya, pipinya langsung panas. "Om ya ampun, jangan ngelawak garing deh malem-malem begini. Saya bisa salah paham tau nggak!"

Arga tersenyum tipis, tatapannya masih menancap di wajah Nayla. "Emang saya mau bikin kamu salah paham."

"ASTAGA! Nih orang! Om, sumpah ya, saya kadang suka pengen dorong om ke got kalau ngomong kayak gitu!" Nayla makin salah tingkah, sambil meraih rambutnya yang jatuh ke pipi lalu cepat-cepat menyelipkannya ke telinga.

Arga menyilangkan tangan di dada, mengangkat alis dengan ekspresi menggoda. “Terus, ada nggak kacang hijaunya?"

Nayla mendengus, "Ada sih... tapi nggak banyak. Ntar saya kasih dikit. Jangan kebiasaan ya, om. Rumah saya bukan koperasi sembako!"

Arga terkekeh kecil, lalu mengangguk. "Makasih ya."

Nayla berjalan ke dapur sambil mengomel pelan, wajahnya masih manyun. Ia membuka lemari penyimpanan bahan makanan, lalu menemukan toples kacang hijau yang isinya tidak seberapa.

"Yah, padahal rencana gue mau bikin bubur kacang hijau besok buat sarapan. Aduh, kok bisa pas banget sih tuh orang minta kacang hijau malem-malem begini? Lama-lama rumah gue jadi warung kelontong beneran," gerutu Nayla sambil nyengir sendiri.

Tapi begitu ia ingat wajah polos Raka yang tadi sempat disebut Arga, hatinya jadi luluh. "Ya udahlah, kasian juga anak kecil kalau besok sampe dihukum gara-gara nggak bawa tugas. Ya Allah, Nayla... hati lo lembek banget sih."

Dengan langkah setengah malas, ia kembali keluar membawa segenggam kacang hijau di sebuah plastik kecil. "Nih!" ucap Nayla agak jutek sambil menyerahkan plastik itu ke Arga.

Arga menerimanya dengan wajah tenang, bahkan tersenyum tipis. "Makasih. Nanti saya ganti."

Nayla cepat-cepat geleng kepala. "Nggak usah, om. Cuma segini doang. Lagian kalo diganti pun, pasti yang ada om minta tolong saya lagi. Udah kebiasaan minta-minta sama saya kayak saya ini warung berjalan."

Arga menahan tawa, matanya menatap Nayla tanpa berkedip. Lalu, dengan nada santai tapi ada genitnya, ia berkata, "Kalau gitu... gimana kalau besok kita makan bareng aja sebagai gantinya?"

Nayla langsung melotot. "Dih! Apaan sih ni orang?! Minta kacang hijau aja pake bonus ngajakin makan segala. Saya pikir tadi om serius mau ganti, eh ternyata modus."

Arga hanya mengangkat bahu, wajahnya tetap kalem. "Nggak modus. Saya serius."

"Serius apanya? Serius bikin orang salah paham?" Nayla cepat menimpali sambil menyilangkan tangan di dada. "Om, maaf ya... saya bukan tipe cewek yang gampang ditraktir terus langsung klepek-klepek."

Arga tersenyum miring, tatapannya membuat Nayla salah tingkah. "Siapa bilang saya mau bikin kamu klepek-klepek? Saya cuma pengen makan bareng. Itu doang."

"Tapi kenapa ngajaknya saya? Kan banyak tuh cewek-cewek lain, yang cantik, yang modis, yang stylish. Ngapain ngajak tetangga sendiri yang tiap hari rambutnya berantakan kayak sapu ijuk?" Nayla mengibaskan rambutnya sendiri sambil merengut.

Arga menatap Nayla lama, lalu dengan nada tenang ia menjawab, "Karena cuma kamu yang bisa bikin saya ketawa dengan ocehan bawelmu. Dan itu... langka."

Nayla terdiam, wajahnya langsung panas. Ia buru-buru mengalihkan pandangan dan mendengus keras. "Ih! Om kalo ngomong jangan pake kalimat-kalimat drama gitu deh. Saya bisa muntah darah tau nggak!"

Arga hanya terkekeh kecil, lalu menepuk-nepuk plastik kacang hijau di tangannya. "Oke, kalau gitu... anggap aja ini janji. Suatu saat saya bakal traktir kamu. Jangan kabur ya."

"Janji apaan, om? Saya nggak pernah iya-in kok." Nayla nyolot, tapi suaranya malah terdengar gemetaran karena gugup.

Arga menatap Nayla sekali lagi, lalu berbalik pergi dengan langkah santai. "Sampai ketemu besok, bawel."

"Woi! Jangan seenaknya manggil orang bawel!" Nayla teriak dari pintu, tapi begitu pintu ditutup, ia langsung menutupi wajah dengan kedua tangan. "Astaga, sumpah... orang itu bikin gue pengen jambak rambut sendiri!"

1
Lembayung Senja
ceritanya mulai seru... semangat buat novelnya.....😍
Jen Nina
Jangan berhenti menulis!
Yusuf Muman
Ini salah satu cerita terbaik yang pernah aku baca, mantap! 👌
Yuri/Yuriko
Bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!