NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27 Ulang tahun Angeline

Pertanyaan itu menggantung di udara, tajam dan menusuk, seakan menelanjangi luka batin Angeline yang belum kering.

Angeline menghela napas panjang, suaranya bergetar namun tetap dingin. "Aku tidak ingin membahasnya, Clara.”

Namun bukannya berhenti, Clara justru menyeringai penuh ejekan. “Oh, tentu saja kau tidak ingin membahasnya. Karena kau tahu aku benar. Kau artis murahan yang tidur dengan sembarang pria. Dengan siapa kau semalam? Hah? Petugas kebersihan? Seorang gelandangan? Atau… siapa saja yang mau membayar?”

Kata-kata itu menusuk Angeline seperti jarum-jarum halus. Tangannya mengepal begitu kuat hingga buku jarinya memutih. Ingatan-ingatan pahit yang berusaha ia kubur kembali muncul ke permukaan—wajah asing, sentuhan yang tidak ia inginkan, rasa kehilangan yang menyakitkan.

Namun Clara tidak berhenti. Matanya berkilat, suaranya semakin keras dan penuh penghinaan.

“Ibumu tidak seharusnya menamaimu Angeline. Angel. Malaikat? Hah! Kau tidak pantas menyandang nama itu. Kau bukan malaikat… kau hanya pelacur yang tidur dengan sembarang pria!”

PLAK!

Suara tamparan menggema keras di ruang rias.

Clara tersentak mundur, matanya membelalak, pipinya memerah bekas tangan Angeline.

"Kau boleh menghinaku, Clara... Tapi tidak dengan ibuku," ancam Angeline tajam.

“Kau…” Clara mendesis, nadanya penuh kemarahan. “Kau berani memukulku? Kau tahu apa akibatnya? Ingin kariermu hancur, hah?!”

Angeline menatapnya lurus, air matanya bergetar di sudut mata, namun suaranya tegas dan pecah karena amarah yang tak terbendung.

“Biar saja hancur… daripada aku harus selamanya menjadi bonekamu!”

Clara terdiam sejenak, nyaris tidak percaya mendengar perlawanan itu. Bibirnya bergetar menahan emosi.

“Kau sudah gila,” ucapnya pada akhirnya, sebelum berbalik dan membanting pintu dengan keras.

Angeline berdiri di tengah ruangan, bahunya bergetar hebat. Perlahan ia menjatuhkan dirinya ke lantai, gaun sutra gadingnya berkerut, tangannya menutupi wajahnya.

Tangisannya pecah, tersedu-sedu, memenuhi ruang rias yang dingin itu. Bukan lagi tangisan seorang artis yang hancur kariernya, melainkan tangisan seorang manusia yang merasa terpojok, terkhianati, dan dipaksa memilih antara harga diri atau masa depan.

“Bagaimana bisa… semua ini terjadi?” bisik Angeline di sela tangisnya. Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam isakan.

Sejak kecil, panggung adalah mimpinya. Ia membayangkan dirinya berdiri di bawah sorotan lampu, menyanyi dan berakting dengan paras yang memikat, membuat orang-orang tersenyum dan bangga.

Mimpinya dulu terasa mulia, terasa murni—tujuan hidup yang penuh cahaya. Namun kini, mimpi itu berubah menjadi jerat. Panggung bukan lagi tempat yang bersinar, melainkan panggung kotor di mana boneka-boneka manusia dimainkan oleh tangan-tangan penguasa yang tamak.

Air matanya kembali mengalir deras, membasahi pipinya hingga memudarkan make up-nya.

“Aku… sudah tidak kuat…” lirih Angeline.

Pandangannya jatuh pada meja kecil di sudut ruangan. Sebuah mangkuk buah tersusun rapi di atasnya, dan di antara apel serta anggur segar, terdapat sebuah pisau berkilau seolah-olah benda itu memanggilnya.

Dengan tangan gemetar, Angeline meraih pisau itu. Ia menarik napas terisak, matanya menutup rapat.

Hanya satu gerakan cepat… maka semua akan berakhir. Tidak ada lagi Clara, tidak ada lagi Alric, tidak ada lagi rasa malu dan sakit.

Tangannya mulai terangkat, siap menorehkan luka ke urat nadinya. Namun—

“—Nona Angeline.”

Suara lembut seorang pelayan terdengar dari balik pintu ruang tata rias.

“Pesta ulang tahun Anda akan segera dimulai. Tuan Gerald sudah menunggu di aula utama.”

Angeline membeku. Pisau itu hampir terlepas dari tangannya.

Ayahnya. Gerald Volbrecht. Satu-satunya orang yang masih ia cintai tanpa syarat. Satu-satunya alasan mengapa ia masih bertahan sejauh ini.

Jika ia mati di sini sekarang, maka sang ayah akan hancur. Ia teringat jelas bagaimana ayahnya menangis diam-diam saat ibunya meninggal.

Saat itu Angeline masih kecil, namun tatapan mata kosong sang ayah tetap melekat di ingatannya sampai sekarang—tatapan seorang pria yang telah kehilangan cintanya.

Apakah ia tega membuat ayahnya mengalami hal itu untuk kedua kalinya?

Dengan napas terengah, Angeline meletakkan kembali pisau itu di atas meja. Tangannya bergetar hebat, matanya basah namun kini penuh tekad pahit.

Ia mengusap wajahnya cepat-cepat, berusaha menghapus jejak air mata di wajahnya. “Aku tidak boleh… membuat Ayah sedih. Tidak lagi.”

Angeline berdiri perlahan meski lututnya masih terasa lemah. Ia menatap cermin sekali lagi. Yang ia lihat bukanlah wanita cantik mempesona, melainkan seorang wanita yang dipaksa hidup dalam dunia yang ingin menghancurkannya.

Namun demi ayahnya, ia akan terus berdiri...

....

Lampu kristal raksasa berkilauan di langit-langit aula megah itu, memantulkan cahaya emas ke segala penjuru. Musik orkestra mengalun lembut, menciptakan atmosfer elegan.

Langkah kaki Angeline bergema ringan saat ia menuruni tangga utama. Kilatan flash kamera dari para reporter langsung menyambutnya, berdesing seperti ribuan petir kecil yang berlomba menangkap parasnya yang cantik.

Senyum cerah terpampang di wajahnya, seolah tak ada badai yang baru saja menghancurkannya beberapa menit lalu.

Angeline melambaikan tangannya dengan anggun, memainkan perannya dengan sempurna: artis idola, putri kebanggaan, wanita tak tersentuh.

Di bawah sana, Clara berdiri dengan segelas wine merah. Bibirnya tersungging sinis, matanya menatap Angeline tanpa berkedip.

“Masih bisa tersenyum…” gumamnya kesal, jemarinya mengetuk pelan gelas kristal di tangannya.

Gerald Volbrecht menunggu di kaki tangga. Wajahnya dipenuhi kehangatan dan kebanggaan. Ia mengulurkan tangan, dan Angeline menerimanya dengan lembut.

“Putriku… kau tampak mempesona hari ini,” ucap Gerald tulus, matanya sedikit berkaca-kaca. “Kau benar-benar mirip ibumu.”

Angeline tersenyum. “Tidak, Ayah. Ibu jauh lebih cantik.”

Gerald terkekeh pelan, menepuk lembut tangan putrinya, seakan itu saja sudah cukup membuatnya bahagia.

Sementara itu, mata Angeline menyapu aula. Para tamu undangan memenuhi ruangan—selebriti, konglomerat, hingga petinggi militer, semua hadir untuk menghormati sang komandan dan putrinya.

Namun pandangannya tertahan pada satu sosok.

Alric D’Arvenne.

Pria tampan berkelas itu berdiri di sisi bar, jas creamnya rapi tanpa cela. Tatapan matanya terarah lurus padanya, tajam dan penuh arti, seolah hendak menembus lapisan senyum palsu yang ia kenakan.

Angeline merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, entah karena gugup atau marah.

“Angeline.” Suara ayahnya memecah lamunannya. Gerald menatapnya lembut. “Ayo, saatnya kau menyampaikan pidatomu pada semua orang.”

1
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
Kustri
gaaaas pooll
Kustri
wkwkkkk... victor polisi penjilat, rasakno!!!
ternyata sang komandan telah mengenal leon
Kustri
siap thor!
ah, leon akhir'a dpt sekutu
Kustri
seruuu...!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!