21th+ bijaklah memilih bacaan
Selama dua tahun pernikahan, Rose hanya dijadikan sebagai bank darah untuk Mia Winters oleh suaminya sendiri, Alexander Preston. Selama itu juga bisa dihitung berapa kali Alex tinggal di rumah mereka. Alex hanya mendatangi atau menghubungi Rose jika Mia membutuhkan donor darah.
Rose tidak pernah dianggap sebagai istri, ipar, ataupun menantu oleh Alex dan keluarganya. Bahkan teman-temannya hanya tahu bahwa Alex sudah menikah tapi tidak ada yang pernah melihat istri Alex. Semua orang tahu bahwa satu-satunya wanita yang dekat dengan Alex hanya Mia.
Sudah tidak tahan lagi, Rose meminta cerai, Alex menyetujuinya dengan syarat, setelahnya Rose menghilang tanpa jejak.
Tiga bulan berlalu, Alex dan Rose dipertemukan lagi dalam suatu acara, Alex terkejut karena mantan istrinya itu bergandengan mesra dengan laki-laki lain. Orang itu adalah pewaris Hawkins Group, Sky Hawkins. Semudah itukah Rose berpaling dari Alex?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Termakan Jebakan
Scarlett: "Tidak perlu terlalu ketat, Ms. Hazel. Mr. Barrymore mungkin mau memberikan lebih banyak lagi untuk wanita secantik Anda."
Rose mengangkat pandangannya dari tumpukan berkas.
Matanya yang tajam menatap lurus ke arah Scarlett, dan untuk pertama kalinya, senyum sinis Scarlett goyah.
Rose belum berkata apa-apa.
Beberapa detik berlalu dengan hening, Scarlett merinding melihat tatapan mata Rose dan kehilangan kata-kata.
"Pft! Apa dia pikir aku akan tertarik dengan keuntungan kecil semacam itu?" pikir Rose.
Senyum tipis dan dingin tiba-tiba tersungging di bibir Rose.
"Dia ingin aku mencurangi keluargaku sendiri? Hahaha. Pasti dia pikir aku belum tahu kalau dia adalah wanita simpanan Mr. Barrymore dan sudah mencuri banyak uang perusahaan untuk dirinya sendiri. Aku sedang mencari waktu yang tepat untuk menyingkirkan tikus-tikus yang ada di kantor ini, eh tapi kebetulan malah salah satunya datang sendiri", pikir Rose.
Melihat Rose yang tersenyum, Scarlett berpikir bujukannya berhasil dan kembali mengoceh.
Namun, kesabaran Rose mulai menipis karena kata-kata Scarlett yang semula hanya tentang pekerjaan kini bergeser menjadi serangan pribadi.
Scarlett: "Apalagi Anda sudah bercerai dengan Mr. Preston"
Scarlett mengucapkan dengan nada merendahkan dan tanpa rasa bersalah.
Scarlett: "Anda tidak berpikir bahwa Mr. Hawkins serius mengenai hubungannya dengan Anda, kan? Anda harus memikirkan kemungkinan terburuk, seandainya Mr. Hawkins hanya ingin menjadikan Anda sebagai simpanan dan bukan istrinya. Anda harus punya pilihan cadangan seandainya Mr. Hawkins membuang Anda, Ms. Hazel."
Seketika, tatapan Rose menjadi semakin dingin, tajam, dan menusuk.
"Berani-beraninya dia menyamakan aku dengan dirinya yang mau menjadi wanita simpanan?", pikir Rose.
Kemarahan Rose menjadi semakin membara dalam dadanya.
"Dan apa dia bilang tadi? Dibuang oleh Mr. Preston? Berani-beraninya dia membawa-bawa urusan pribadiku di sini, apa dia lupa kalau aku atasannya?", pikir Rose.
Meskipun Rose sudah tahu bagaimana Scarlett menjelek-jelekkannya di belakang, mendengarnya langsung dari mulut Scarlett membuat amarahnya semakin memuncak.
Hatinya bergejolak, ingin merobek-robek mulut lancang itu, tetapi Rose tetap berusaha tenang dan tidak menunjukkan emosinya.
Ekspresinya tetap tenang dan terkendali.
Rose berdiri dan menggebrak mejanya sampai membuat Scarlett seketika diam dan membeku.
Scarlett berpikir kalau Rose tersinggung dan marah tapi ucapan Rose berikutnya mengindikasikan hal yang bertolak belakang dari dugaan Scarlett.
Rose: "Tolong atur pertemuan dengan Mr. Barrymore... secepatnya..."
Perintah itu membuat Scarlett terkejut.
Scarlett tidak menyangka Rose akan menyetujui pertemuan dengan Mr Barrymore.
Scarlett tidak tahu bahwa dia baru saja menggali kuburannya sendiri.
Besok malam akan menjadi waktu pertemuan antara Rose, Scarlett, dan Frank Barrymore.
Frank Barrymore, presiden direktur Barrymore Corporate, adalah sosok yang arogan.
Kantor pusatnya memang berada di negara tetangga, Concordia, tapi dia lebih sering berada di Liberia, ditambah juga dengan adanya Scarlett sebagai wanita simpanannya di negara ini.
Berkat banyaknya kerja sama bisnis yang prospektif, Frank merasa Liberia adalah kerajaannya.
Frank sangat yakin semua pengusaha di Liberia telah mengenal dirinya dan akan tunduk pada kekuasaannya.
Namun, Frank tidak hanya terkenal karena arogansinya.
Reputasinya tercoreng oleh tabiat buruknya yang mesum.
Dia suka mengejar gadis-gadis muda, dan ketika Scarlett menunjukkan foto Rose, mata Frank langsung berbinar.
Frank melihat Rose sebagai sebuah hadiah dan keinginannya untuk bertemu Rose jauh melampaui urusan bisnis semata.
Baginya, pertemuan ini adalah sebuah kesempatan, bukan untuk bernegosiasi, melainkan untuk memuaskan nafsunya.