Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Bertemu Kembali
Karena Zahra tidak bisa menemani Namira maka Namira pergi sendiri ke Jakarta untuk menjemput kakak kandungnya. Namira bahkan sudah berada di bandara yang terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan setelan rok berwarna putih yang dipadukan dengan blazer yang sangat cantik membuat wanita ya itu terlihat begitu cantik sekali.
Namira yang tampak tidak sabaran ingin bertemu dengan kakaknya yang lanjutkan pendidikannya di Kairo.
"Kak Ilham..." senyum ceria itu langsung mewarnai wajahnya ketika melihat pria tampan yang sedang mendorong troli berisi tumpukan koper.
"Kak Ilham...." Namira melambaikan tangan yang memanggil Ilham.
Ilham menghentikan langkahnya yang tersenyum kepada adiknya itu sembari membuka kacamatanya.
Namira sudah tidak sabaran ingin bertemu dengan Ilham yang berlari menghampiri Ilham, tetapi ketika 2 meter langkahnya terhenti ketika seorang pria muncul di hadapan Ilham dan memeluk Ilham.
"Wesss, aku pikir temanku ini tidak akan menjemputku," ucap Ilham berpelukan sembari memukul-mukul pundak pria tersebut.
"Mana mungkin aku melakukan hal itu, masalah 1 detik akan membuat kita bermusuhan seumur hidup," ucap pria tersebut yang ternyata adalah Bian.
"Aku padahal hanya bercanda saja," sahut Ilham yang melonggarkan pelukan itu dan melihat adiknya.
"Anak kecil kenapa masih berdiri di sana ayo kemari!" ajak Ilham yang membuat Namira menganggukkan kepala.
Bian membalikkan tubuhnya setelah lama berpisah dan tidak bertemu dengan istrinya yang padahal pasangan suami istri itu masih dalam proses perceraian dan hari ini bertemu dengan Namira.
Namira terlihat sedikit canggung dan langsung menghampiri Ilham yang memeluk kakaknya itu dan sementara satu lengan Ilham masih berada di pundak Bian.
"Adikku yang satu ini kenapa tiba-tiba saja bungkam," ucap Ilham yang memeluk erat Namira
"Kaka apa kabar?" tanya Namira yang sudah melonggarkan pelukan itu.
"Kamu lihat sendiri kakak baik-baik saja walau suasana hatinya sangat tidak baik melihat kamu dan juga dia," sahut Ilham melihat ke arah Bian.
Ilham bahkan kembali memeluk Bian dan gitu juga dengan Namira yang membuat keduanya jadi sangat dekat.
"Kalian berdua jangan canggung seperti ini. Kalian ini masih suami istri dan masalah perceraian kalian belum diresmikan di pengadilan," ucap Ilham sangat mustahil tidak mengetahui apa yang terjadi di antara pasangan itu.
"Kak, sudahlah jangan membicarakan itu," Namira nutrisi yang melepaskan diri dari pelukan sang Kakak. Dia sudah tidak ingin masalah perceraiannya harus dibicarakan.
"Iya-iya," sahut Ilham.
"Kalau begitu sekarang mari masuk mobil," sahut Bian yang mengalihkan situasi canggung itu yang langsung mengambil koper temannya dari atas troli tersebut.
Bian tidak berbicara apapun yang langsung pergi terlebih dahulu menuju mobil dan disusul oleh Ilham namun ditarik oleh Namira.
"Ada apa Namira?" tanya Ilham.
"Kenapa harus meminta Namira jauh-jauh dari pesantren ke Jakarta untuk menjemput Kakak. Jika ada yang menjemput Kakak?" tanyanya dengan wajah yang sangat kesal.
"Memang salah, jika seorang Kakak meminta adiknya untuk menjemput ke Bandara?" tanya Ilham.
"Tapi Kak Bian juga menjemput Kakak," ucap Namira kesal.
"Bian itu saudaraku, sepupuku dan juga temanku, wajar saja dia harus bertanggung jawab saat aku pulang, lihatlah bukankah sangat berguna dengan keberadaannya di bandara, dia membawa koper-koper ku," ucap Ilham.
"Tapi tetap saja sangat menyebalkan," ucap Namira yang sejak tadi sangat cemberut.
"Kakak tahu, kamu dan Bian sama-sama merasa tidak enak, karena kalian berdua dalam proses perpisahan, tetapi kita bertiga adalah saudara dan sebaiknya mengasingkan permasalahan pribadi di antara kalian. Jadi jangan cemberut lagi!" ucap Ilham mencubit pipi tembem adiknya itu.
"Issss, sakit tahu!" kesal Namira.
Ilham yang terlihat begitu santai langsung menggenggam tangan adiknya dan membawanya ikut pergi.
Namira berada di dalam mobil yang duduk di kursi belakang dan sementara Bian menyetir dan Ilham duduk di sebelahnya. Meski menyetir tetapi Bian terus saja melihat kaca di dalam mobil yang ternyata curi-curi pandang dengan Namira.
"Bian aku bahkan belum bertemu dengan Umi dan Abi, apa kau ingin membuatku pindah alam!" tegur Ilham.
"Apa maksudmu?" tanya Bian.
"Kau terus saja melihat adikku, kau mendingan berhentikan mobil ini dan lihat dia secara langsung jangan dari kaca seperti itu," ucap Ilham yang to the point membuat Bian menyerngitkan dahi.
Namira jadi salah tingkah dengan keceplosan kakaknya yang memang tidak bisa menjaga rahasia orang lain dan betapa malunya Bian dengan apa yang dikatakan Ilham.
"Kau ini!" kesal Bian. Ilham hanya tersenyum yang merasa tidak berdosa.
*****
Tidak lama akhirnya mereka bertiga sampai juga di gedung Apartemen. Sejak tadi Bian selalu membantu Ilham untuk mengangkat koper-kopernya sampai mereka bertiga sudah memasuki Apartemen tersebut.
"Kenapa tidak langsung pulang ke pesantren?" tanya Namira.
"Namira, memang Umi tidak mengatakan kepada kamu bahwa Kakak masih ada urusan di Jakarta selama beberapa hari kedepan," jawab Ilham.
"Tidak! Umi hanya menyuruh Namira untuk ke Jakarta menjemput Kak Bian dan kalau bisa Namira harus ada temannya, tadi mau mengajak Zahra ikut bersama Namira," jawab Namira.
"Lalu kenapa Zahra tidak ikut?" tanya Ilham dengan raut wajahnya yang langsung berubah terlihat senyum tipis ketika nama itu disebutkan.
"Nanti Namira akan interogasi Kakak tentang hal itu. Sepertinya pelakunya adalah Kakak," sahut Namira yang membuat Ilham mengerutkan dahi yang perasaan tidak melakukan apapun.
"Sudahlah sekarang sebaiknya kamu buatkan Kakak minum," sahut Ilham.
"Baiklah mau minum apa?" tanya Zahra.
"Hmmm, orens jus," jawab Ilham yang duduk di sofa terlihat begitu lelah.
Namira menganggukan kepala dan melihat ke arah Bian yang masih menyusun koper Ilham.
"Kak Bian mau minum apa?" tanyanya dengan gugup.
"Apa aja," jawab Bian.
"Baiklah," sahut Namira yang langsung pergi, lama-lama berhadapan dengan Bian. Namira merasa perasaannya tidak terkendali.
Bian melihat kepergian Namira ke dapur, dari tatapan matanya sebenarnya sangat merindukan Namira, tetapi harus dia ingat bahwa mereka berdua sedang proses perceraian. Ilham hanya geleng-geleng kepala melihat Bian.
***
Namira berada di kamar Ilham dan sementara Bian sudah pulang ke rumahnya setelah membantu temannya. Namira merapikan pakaian Ilham yang memasukkan perlahan ke dalam lemari dan sementara Ilham tampak istirahat bersandar di kepala ranjang sembari melihat ponselnya.
"Kakak seharusnya meluangkan waktu 15 menit dalam satu hari untuk menelpon Zahra agar dia tidak ngambek seperti itu sampai tidak ingin menjemput Kakak," ucap Namira.
"Kakak mana mungkin melakukan hal itu, itu sama saja, Kakak menggangu Zahra," jawab Ilham.
"Tapi lihatlah dia tidak ingin ikut dan bahkan setelah pulang dari Kairo kakak tidak langsung ke pesantren. Aku tidak membayangkan bagaimana marahnya Zahra. Awas loh, nanti Zahra dilamar oleh orang lain baru tahu rasa. Kakak tidak tahu banyak sekali anak Ustadz yang mengincar Zahra sebagai istri mereka. Zahra pasti menolak karena masih mengharapkan Kakak," ucap Namira mengingatkan sang kakak dengan wajahnya yang sangat serius.
"Kalau jodoh itu tidak kemana. Mau Kakak tidak bertemu selama bertahun-tahun kalau Allah sudah menakdirkan untuk berjodoh, maka kami akan dipersatukan, sama dengan kamu dan juga Bian. Walau kalian berdua dalam proses perceraian, tapi jika Allah memutuskan kalian untuk bersama pasti ada saja halangannya," sahut Ilham memberikan nasehat kepada adiknya itu dan bahkan menyinggung rumah tangganya.
Bersambung...
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi