NovelToon NovelToon
Unexpected Love

Unexpected Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Oktadila

Letizia Izora Emilia tidak pernah merasa benar-benar memiliki rumah. Dibesarkan oleh sepasang suami istri yang menyebut dirinya keluarga, hidup Zia dipenuhi perintah, tekanan, dan ketidakadilan.

Satu keputusan untuk melawan membuat dunianya berubah.

Satu kejadian kecil mempertemukannya dengan seseorang yang tak ia sangka akan membuka banyak pintu—termasuk pintu masa lalu, dan... pintu hatinya sendiri.

Zia tak pernah menyangka bahwa pekerjaan sederhana akan mempertemukannya dengan dua pria dari keluarga yang sama. Dua sifat yang bertolak belakang. Dua tatapan berbeda. Dan satu rasa yang tak bisa ia hindari.

Di tengah permainan takdir, rasa cinta, pengkhianatan, dan rahasia yang terpendam, Zia harus memilih: tetap bertahan dalam gelap, atau melangkah berani meski diselimuti luka.

Karena tidak semua cinta datang dengan suara.
Ada cinta… yang tumbuh dalam diam.
Dan tetap tinggal... bahkan ketika tak lagi dipandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Oktadila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 10

Di dalam kamar bernuansa hangat milik Oma Ririn, Zia duduk rapi di kursi berhadapan dengan wanita tua berwibawa itu. Tatapannya lembut, tapi penuh maksud. Tadi, Oma sendiri yang memanggil Zia ke kamarnya.

“Ada apa ya, Oma manggil Zia?” tanya Zia pelan, suaranya sopan seperti biasa.

Oma Ririn tersenyum kecil. “Begini, sayang… Sekarang kamu tinggal di sini kan? Sementara sekolah kamu itu jauh sekali dari mansion. Oma pikir, gimana kalau kamu pindah sekolah aja? Ke sekolahnya Aksa juga.”

Zia terlihat terkejut. “Bukannya Zia gak mau, Oma… Tapi beasiswa Zia, sayang banget. Lagian, Zia udah kelas 12, pasti ribet urus pindahannya.”

“Oma ngerti. Tapi kamu juga nggak mungkin terus-terusan telat gara-gara ngurusin Aksa sama Azka tiap pagi. Oma bisa bantu semua urusannya, percayalah.”

Zia menunduk, merasa tak enak. “Zia jadi ngerepotin Oma terus…”

“Justru Oma senang. Uang Oma dipakai buat hal baik, bukan foya-foya. Lagipula, kamu bisa ngawasin Aksa juga di sekolah. Kalau dia mulai aneh-aneh, tinggal lapor ke Oma,” kata Oma sambil mengelus rambut Zia penuh sayang.

Zia akhirnya tersenyum kecil. “Ya udah deh, Oma. Kalau Oma udah atur, Zia nurut aja.”

“Bagus. Oma kabarin sekarang juga ke sekolahnya,” ucap Oma antusias.

“Zia pamit istirahat ya, Oma. Makasih banyak.”

“Selamat malam, sayang.”

“Selamat malam juga, Oma.”

Zia menutup pintu kamar dengan perlahan dan berjalan ke arah kamarnya sendiri. Namun belum sempat membuka pintu, langkahnya terhenti. Seorang pembantu berdiri di depannya, dengan tatapan sinis menusuk. Namanya april Sejak awal Zia datang, april memang terlihat tidak suka padanya.

“Kamu kok bisa sih sedeket itu sama Nyonya?” tanya april ketus.

Zia mengerutkan kening. “Emangnya kenapa, Mbak?”

“Kamu pasti pake guna-guna, ya? Supaya Nyonya kasih semua uangnya buat kamu!”

Zia terkesiap. “Mbak, jangan ngomong sembarangan. Mana berani Zia begitu… Itu fitnah.”

April mendengus. “Harusnya kamu sadar diri. Kastamu itu sama kayak kami, pembantu. Jangan mentang-mentang disayang, kamu seenaknya gak bantu kerja di dapur!”

“Tapi tugas Zia kan ngurusin keperluan aksa sama  kak azka…”

“Ya tetep aja, kamu juga harus bantu di dapur, taman, potong rumput, semuanya! Pulang sekolah langsung kerja! Atau aku yang akan buat perhitungan!”

April pergi meninggalkan Zia dengan langkah kasar dan wajah masam. Zia terdiam, menarik napas panjang.

Ya Allah… Baru juga satu hari, udah ada yang gak suka…aku aja batinnya sambil mengelus dada yang terasa sesak.

Namun ketenangannya tak bertahan lama.

“Ngapain Lo ngelus dada? baru sadar dada Lo datar?”

Zia langsung menoleh cepat ke arah suara yang sangat familiar. Aksa berdiri santai di lorong, dengan senyum menyebalkan terpampang di wajahnya.

“AKSA!” seru Zia geram, melangkah mendekat.

“Apa?” Aksa mengangkat alis, tak gentar.

“Ulangi ucapan kamu tadi!”

“Dada lo tepos,” ulang Aksa, santai banget.

Zia mengatupkan rahang, menahan emosi. “Enak aja! Ini gak tepos, ini pas! Buat umur aku, ini udah ideal!”

Dan tanpa berkata apa-apa lagi, Zia langsung berjalan pergi sambil mengibaskan rambutnya.

_____

Zia menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Ucapan Aksa tadi masih terngiang di telinganya, membuat hatinya campur aduk. Antara kesal, malu, dan… entah, ada sedikit rasa hangat yang diam-diam menyusup.

Baru saja ia hendak merebahkan diri di tempat tidur, suara dering ponsel memecah keheningan. Layarnya berkedip—Bibi Lina.

Zia mengangkatnya cepat.

“ZIA!” suara teriakan keras menyambar dari seberang.

Zia buru-buru menjauhkan ponsel dari telinganya. “Bi... bibi gak usah teriak juga, Zia denger kok,” ucapnya sambil mengusap pelipis, sedikit pening.

“Kamu pergi kerja pagi-pagi gak pamit sama bibi dan paman! Kamu pikir itu rumah kamu yang seenaknya pergi?!” semprotan Bibi Lina langsung menghujam tanpa jeda.

“Maaf, Bi… tadi pagi Zia gak lihat bibi dan paman di rumah. Jadi Zia kira lagi pergi, makanya Zia langsung berangkat.”

Hening sejenak.

“Oh.” jawab Bibi Lina singkat, tapi nada suaranya masih ketus.

“Kamu udah dapet uang buat bayar utang?!” lanjutnya tajam.

Zia terdiam sesaat. “Belum bi, lagipula zia baru kerja sehari… ada sih uang 1 juta"

“Kasih ke bibi sekarang juga.”

Zia melirik jam di dinding, hampir pukul sepuluh malam. “Tapi Bi… ini udah malem. Gak enak kalau keluar.”

“Besok. Pulang sekolah langsung ke rumah bibi. Jangan banyak alasan,” tegas Bibi Lina sebelum menutup sambungan sepihak.

Zia menghela napas panjang. Ponselnya ia letakkan di meja, lalu pelan-pelan melangkah menuju ranjang. Ia duduk di tepi kasur, menatap langit-langit kamar yang pucat.

“Kenapa hidup aku harus serumit ini sih…” gumamnya pelan, sebelum akhirnya menarik selimut dan memejamkan mata.

_____

Pagi hari di sebuah mansion.

Cahaya matahari menyusup masuk lewat celah-celah jendela kamar, menyinari sosok gadis yang sedang berdiri di depan meja rias. Zia tampak anggun dalam balutan seragam sekolah barunya. Malam sebelumnya, ia sempat terkejut saat salah satu pembantu rumah mengantarkan seragam lengkap dan menyampaikan bahwa proses pendaftarannya ke sekolah telah selesai.

Zia menatap pantulan dirinya di cermin. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

"Semoga aku bisa diterima dengan baik di sekolah baru ini," doanya dalam hati.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Hari ini ia harus mengurus keperluan Azka dan Aksa. Untungnya masih pagi, jadi ada waktu untuk semuanya. Dengan langkah pelan, Zia keluar dari kamarnya dan berhenti di depan kamar sebelah.

Tok tok tok.

Tak ada jawaban. Zia pun memberanikan diri membuka pintu dan masuk.

Di dalam, Azka terlihat sedang berdiri di depan cermin, berusaha mengenakan dasi, namun tampak kesulitan.

“Halo, Kak,” sapa Zia lembut.

“Hm?” sahut Azka tanpa menoleh, tapi tubuhnya seketika membeku saat melihat penampilan Zia dari pantulan kaca. Sekilas, ia sempat terpana, namun cepat-cepat menggeleng pelan, menepis pikirannya sendiri.

“Ada apa?” tanyanya datar.

“Aku mau bantu keperluan Kakak,” ujar Zia sambil mendekat.

“Bantuin gue pasang dasi,” jawab Azka singkat.

“Iya,” ucap Zia, langsung mengambil posisi di depannya dan mulai membantu.

“Lo bakal satu sekolah sama Aksa?” tanya Azka tiba-tiba.

“Iya. Kok Kakak tahu?”

“Tuh,” Azka menunjuk seragam yang Zia kenakan.

“Ohh, iya juga,” Zia menepuk dahinya pelan, sedikit malu.

Setelah beberapa detik hening, Azka kembali membuka suara, dengan nada yang sulit ditebak.

“Gue kira orang miskin gak ngerti fashion. Tapi gue liat-liat, walaupun lo miskin, lo bisa ngerawat tubuh lo. Jadi keliatan cantik dan cocok aja pake apa pun.”

Zia tersenyum sambil tetap fokus memperbaiki dasinya. “Soalnya aku punya sahabat yang kaya. Dia yang ngajarin aku soal cara berpakaian yang rapi dan sopan. Tapi karena aku sadar diri, aku sesuaikan sama kondisi aku yang sederhana.”

Azka tak menjawab. Ia hanya memandangi hasil dasinya di cermin—rapi, sempurna.

“ouhh,” gumamnya, lalu mengambil jasnya dan memakainya tanpa banyak bicara.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!