SCRIPT SWEET

Sabda dan Arimbi pamit undur diri pada Pak Cokro, dan memastikan kalau Aluna nanti bisa pulang bersama temannya, karena di mobil Eriska masih ada satu slot jok kosong. "Jangan lupa mampir ya," ucap Arimbi pada rekan Aluna sembari masuk mobil. Mereka menjawab baik, Tante dengan kompak.

Mereka semua berkumpul di halaman belakang rumah keluarga Pak Cokro, settingan rumah lama dengan lantai semen, dan lebarnya lahan. Suguhan ala pedesaan terhidang lesehan. Jiwa-jiwa gratisan mahasiswa auto muncul, ditambah Mbak ART (mungkin), menyuguhkan daun pisang dan nasi beberapa bakul, ikan goreng, tempedan tahu goreng, ayam dan lalapan yang katanya diambil dari kebun sendiri menambah kenikmatan makan siang mereka, terlebih setelah sholat berjamaah pula. Benar-benar kunjungan ke rumah dosen yang paling menyenangkan.

Pak Cokro dan sang istri mempersilahkan mereka makan, para cowok memang tidak ada jaga image nya main grusuk nasi begitu saja. Ada tiga pilihan lagi, nasi putih, nasi jagung, dan nasi liwet. Aduh perut rasanya ingin mencoba semua, alhasil mereka icip satu sama lain, dan setiap suapan selalu diakhiri dengan kalimat hem sumpah ini enak banget.

Eriska yang paling menjaga bentuk badan saja kalap, apalagi Mbak Kamila yang makan dengan tenang tanpa si dedek, karena bayi itu dibawa oleh ART Pak Cokro.

"Sumpah malu-maluin," ucap Aluna melihat sebagian besar kudapan habis tak tersisa, tinggal daun kemangi saja plus tulang. Eriska dan Ulin serta beberapa teman lain tertawa saja, Aluna saja kaget, Eriska apalagi. Percayalah, makan bersama teman dengan suasana alam sangatlah enak.

"Harga tanah di sini berapa, Pak?" tanya Gopi, semua langsung menoleh kepada pemuda sok iye itu.

"Sok-sok an tanya harga tanah, makan di rumah orang aja rakus, pertanda suka nebeng makan tuh," cicit Eriska pada Aluna. Kedua gadis itu tertawa cekikikan, dan ditatap Gopi.

Ternyata banyak warga yang enggan menjual tanah pekarangan mereka, karena menurut pemerintah daerah sini, sektor pertanian akan menjadi sektor paling penting di masa kini maupun yang akan datang. Porsi tanah di pusat kabupaten dan beberapa daerah yang banyak berubah jadi gedung, membuat pasokan bahan makanan berkurang, sehingga tanah yang masih kosong akan diproduktifkan kembali. Tentu saja kalau sampai menjual tanah, harga yang diminta jelas saja sangat mahal per meter persegi.

Setelah mengobrol dengan Pak Cokro dalam bisnis dan manajamen uang, mereka diajak Pak Cokro menyusuri sebuah hutan yang nanti ada air terjun kecil, cantik pokoknya, begitu Pak Cokro mendadak menjadi tour guide.

Sedikit jauh dari rumah Pak Cokro, serasa seperti petualangan pramuka. Mbak Kamila dan bayi dilarang ikut kata Pak Cokro khawatir si dedek ketempelan makhlus halus, pun dengan mahasiswa dilarang berkata kotor. Meski sedikit serem begini tapi percayalah, saat bertemu dengan air terjun kecil itu, pemandangan ciptaan Allah memang tidak diragukan lagi. Mahasiswa Pak Cokro berubah jadi norak, mau berfoto dengan segera.

Mereka secara bergantian difoto oleh teman, Pak Cokro tertawa saja melihat mahasiswanya yang seperti anak TK begini. Apalagi mereka yang hidup di kota dan berkutat dengan kuliah dan mall, jelas wisata alam gratis ini sangat menyenangkan.

Bahkan Aluna, Eriska, Ulin dan beberapa teman laki, membuat trend loncat lalu difoto dengan berbagai ekspresi. Tak ada hari yang bisa membuat senyum mereka lebar, kecuali hari ini. Perut kenyang, pemandangan alam cantik, ah dokumentasi ratusan, mereka pulang sebelum maghrib dengan hati bahagia, dan tak lupa berterimakasih dan mohon maaf pada Pak Cokro serta keluarga.

Kalau pasukan motor sih gak mungkin tidur ya, nah pasukan mobil. Begitu jalan 100 meter mungkin, kicauan suara tak terdengar sama sekali. Hanya deru mobil dan suara ocehan dedek Mbak Kamila saja. Mereka pulas tidur.

"Ya Allah cantik-cantik mangap," gumam Mbak Kamila saat menoleh di jok belakang yang ada Aluna dan Citra.

Tujuan mereka menuju ke rumah Aluna, pasukan motor sudah sampai, apalagi Aluna sudah memberi share loc, jadi tak perlu menunggu Aluna lagi. Orang tua dan adik Aluna sudah menyambut di depan pagar rumah, dan niat banget menggelar terpal di depan rumah.

"Ayo masuk, sepedanya taruh situ saja, jangan lupa kunci ganda," saran Sabda pada beberapa teman Aluna yang sudah sampai. Mereka pun ada yang izin ke toilet, ada yang langsung rebahan di terpal, meluruskan punggungnya yang seharian touring.

Aluna dan rombongan mobil datang 15 menit kemudian, bertepatan dengan Arimbi dan adik Aluna membawa sate dan kuah gulai, serta lontong dan kerupuk yang keluar secara bergantian, ditambah aneka kue yang bisa dipastikan dari toko Arimbi.

"Tante, ya Allah suguhannya," ucap Gopi sok-sok an menolak, temannya pada mencibir, palingan dia yang paling banyak makan. Beberapa anak sholat maghrib dulu, kemudian mereka makan lesehan dan saling cerita ala mahasiswa.

"Calon mantu Tante kriterianya apa?" tanya Gopi, ada saja ocehannya, Aluna menatap pemuda itu kesal. "Dih, Aluna Tante, matanya kayak mau copot, padahal bisa jadikan calon mantu untuk Bintang ya, bukan untuk Aluna, ge-er!" ucap Gopi menyindir ekspresi Aluna.

"Lagak lo, alasan Bintang segala. Berapa kali lo puji Aluna cantik, Mas!" ujar Afkar buka kartu.

"Normal kan, Tante, saya puji Aluna cantik?"

"Oh normal, normal banget. Putri Tante memang cantik, kamu mungkin orang ke 10 ribu bilang Aluna cantik," ujar Arimbi membuat mereka tertawa.

"Busyet banyak banget ya, Tante!"

"1 sampai 9900 nya Papa Sabda, baru deh kamu!" lanjut Arimbi membuat Gopi tersenyum girang, seolah menunjukkan kalau dirinya layak jadi menantu Arimbi. "Tapi belum tentu lolos jadi mantu Pak Sabda loh ya," ucap Arimbi merusak kepercayaan diri Gopi, sehingga mereka tertawa sembari menghabiskan jatah sate.

"Ah Tante bisa saja!"

Obrolan mereka berlanjut, Sabda dan Arimbi masuk rumah, mereka bercengkrama layaknya saling tukar informasi, ya sesuai dengan geng kedekatan KKN saja. Namun saat mereka hendak pamit, ada nuansa haru yang disampaikan oleh Afkar sebagai ketua kelompok KKN.

"Buat Aluna terimakasih banyak sudah memberikan hidangan yang sangat banyak beginu, sumpah Lun, kita kenyang banget!"

"Aslinya kalian mau aku traktir di rumah makan baru, tapi mama kasih sate begini, ya gak jadi!" ucap Aluna pura-pura kecewa, dan langsung lengannya ditoel oleh Ulin, lagak lo!

"Mungkin hari ini kita akan berpisah, tapi jangan blokir nomor masing-masing ya. Grup KKN biarkan aktif juga gak usah keluar, kalau ada kabar baik seperti kalian menikah, info lowongan kerja share aja di grup itu. Pun juga dengan kabar yang kurang mengenakkan seperti ada yang sakit, kasih tahu di grup saja. Pokoknya tali silaturrahmi jangan sampai putus, tanpa pinjam seratus ya!" pesan Afkar sebelum mereka pulang.