Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Mengkhianatimu
Felix memasuki rumah dengan wajah kusut, bahkan lebam dan luka pemberian Adam Night, ayah mertuanya, sedikit pun tidak menyentuh obat.
Nyonya Besar Murphy, ibunya sudah membujuknya untuk mengobati luka-lukanya, tetapi Felix tidak bersedia dan memilih kembali ke rumah, alih-alih berobat.
Kemeja putih yang kotor dan berantakan itu menjadi simbol keruntuhan hidupnya, menggambarkan siapa dirinya yang kini terjerembap.
Dia tidak lagi seperti Felix yang dikenal dunia, berkharisma, gagah dan tampan.
Felix mencampakkan jas di lengannya ke samping, membuat setelan malang itu tergeletak di lantai yang dingin.
Dia terpaku, dan tiba-tiba ....
"Suamiku, kamu pulang." Suara dan sosok Cassie terbayang jelas dalam benak Felix, dia melihat kembali ke masa-masa indah itu.
Cassie berdiri di depan pintu, senyumnya hangat saat menyongsong Felix dengan kasih sayang yang tulus. Dia dengan sigap menjemput jas Felix, menawarkan sandal kesayangannya, bahkan membawakan air dingin untuk meredakan dahaganya.
Rumah mereka selalu dipenuhi oleh kehangatan yang hanya bisa diciptakan oleh cinta, tak jarang Cassie menanyakan hari-hari Felix di perusahaan, apakah semuanya baik-baik saja, ataukah sang suami menemui masalah?
Tidak hanya bertanya dengan penuh perhatian, Cassie juga siap membantu mengatasi masalah yang membebani pikiran Felix.
Kini, semua harapan itu sirna dan yang tertinggal hanyalah kesedihan yang makin menggerogoti jiwa.
Rumah yang dia pikir bisa mengobati rindu, justru membuatnya semakin terpuruk dan hampa karena ketiadaan Cassie.
Menghela nafas kasar, Felix melangkah gontai menyusuri setiap sudut rumahnya.
Ke mana pun pergi, ada saja bayangan Cassie bermain di ingatan Felix, membuatnya seperti menyaksikan dirinya dari layar televisi.
Saat di ruang tengah, sosok Cassie sedang menghentikannya minum alkohol.
"Felix, kenapa kamu minum terlalu banyak? Ini tidak baik untuk kesehatanmu." Cassie mengambil alih botol alk0hol dari tangan Felix, lalu membersihkan kekacauan yang dibuat sang suami.
Kemudian, dia bangkit berdiri sambil berkata dengan lembut. "Tunggu sebentar, aku akan membuatkanmu sup pereda mabuk."
Sosok Cassie perlahan menguap, dan tiba-tiba berdiri di pintu dapur dengan mengenakan celemek.
"Felix, kemarilah. Aku belajar menu baru, kamu harus mencobanya." Senyuman Cassie terasa hangat dan teduh, membuat Felix merasa nyaman berada di rumah.
"Baik, aku akan mencicipi apa pun masakan yang kamu buat untukku."
Felix berjalan menuju meja makan, merasakan aroma masakan yang seakan hidup kembali.
Namun, bayangan Cassie yang riang itu lenyap dalam sekejap, sesuai dengan hukum alam; seolah-olah dia tak pernah ada.
"Sisie, bisakah kamu kembali? Selama kamu bersedia kembali, aku akan menuruti semua keinginanmu," bisik Felix, berharap suaranya bisa menjangkau tempat di mana Cassie berada.
Namun, itu hanya angan-angan belaka. Felix tahu bahwa kata-katanya tidak akan mampu membangkitkan sosok yang telah hilang dari hidupnya.
Pada akhirnya, Felix kembali ke kamar tidurnya.
Lagi dan lagi, bayangan Cassie muncul di benak Felix.
Bayangan Cassie memang ada di mana-mana, tetapi semua barang-barang sang istri sudah tidak tersisa satu pun seakan wanita itu tidak pernah tinggal bersamanya.
Felix berjalan ke dinding yang dulunya dipenuhi foto-foto keluarga mereka yang beranggotakan empat orang.
Dalam kebisingan sunyi itu, dia menemukan hampa yang tak tertahankan. Rasanya seperti mengingat satu kenangan indah, hanya untuk menyadari bahwa semua itu kini hanyalah bayangan.
Di sana, di tempat yang seharusnya dipenuhi momen bahagia, hanya ada dinding putih kosong.
Jangankan foto, bahkan jejak Cassie dan anak-anaknya tidak ada lagi di mana-mana seakan mereka tidak pernah tinggal di rumah itu.
Felix ingat, bagaimana raut kebahagiaan menghiasi wajah cantik Cassie saat memajang foto mereka.
Dia jadi bertanya-tanya, bagaimana pula perasaan Cassie ketika melepas semua pajangan itu.
Tiba-tiba, Felix teringat percakapan terakhir mereka.
"Kenapa aku merasa rumah akhir-akhir ini terasa kosong?" tanyanya, kata-kata yang telah terucap mendorongnya pada tepi jurang pemandangan yang menyakitkan.
"Aku menyukai merk lain, jadi yang sebelumnya aku berikan kepada anak bibi," jawab Cassie dengan nada tenang, seakan-akan itu adalah hal biasa yang harus dia lakukan.
Felix merasakan rasa pahit yang menyengat. Semakin dia memikirkan kata-kata itu, semakin jelas baginya bahwa Cassie telah mempersiapkan untuk pergi. Dia berusaha mengabaikan rasa sakit di dadanya, tetapi kenyataan tak bisa dihindari.
"Sisie, ternyata kamu sudah tahu segalanya dan telah bersiap meninggalkanku!" ucapnya dengan suara yang pecah, merobek kesunyian yang menyiksa itu.
Felix merasakan tubuhnya bergetar, jiwanya lelah dan patah. Dalam keadaan depresi yang mengacak-acak pikiran, dia menyadari bahwa dirinya telah kehilangan lebih dari sekadar seorang istri.
Dia kehilangan sahabatnya, pengertian, dan semua yang mereka bangun bersama.
Dan kini, semuanya tinggal kenangan belaka.
***
Malam harinya, Felix berbaring di atas ranjang, terjebak dalam kegelapan pikirannya. Setiap kali dia menutup mata dan ingin berlabuh ke Pulau Kapuk, seperti ada tangan tak terlihat yang menariknya kembali.
Dia berguling-guling di ranjang, dari sisi ke sisi, mencoba memanggil tidur yang tak kunjung datang. Sebuah nafas panjang dihembuskan, disertai dengan suara ketidakpuasan, menandakan bahwa malam ini akan terasa panjang.
Felix tidak bisa menahan diri lebih lama, dia bangkit dari tempat tidurnya dan berteriak, "Bibi Sun!"
"Iya, Tuan, saya di sini." Bibi Sun segera memasuki kamar Felix.
"Ke mana aroma terapi yang biasa diletakkan di atas nakas?" tanya Felix dengan nada ketus dan diwarnai rasa jengkel, raut wajahnya menunjukkan ketidaksenangan yang tak bisa tertutupi. "Bukankah kamu tahu aku tidak bisa tidur tanpa aroma terapi itu?"
Bibi Sun menelan ludah, mengelap keringat dingin di dahi. "Tuan, aroma terapi itu disiapkan secara pribadi oleh nyonya. Saya ingin mengambil stok yang biasa nyonya letakkan di lemari, tetapi semua minyak itu tidak ada di sana."
"Ya sudah, pergilah!" Felix melambaikan tangannya untuk mengusir Bibi Sun.
"Sisie, kamu benar-benar telah mempersiapkan diri untuk meninggalkan aku, bahkan minyak aroma terapi pun tidak kamu tinggalkan untukku." Suara hati Felix bersenandung getir, wajahnya sangat menyedihkan dan hatinya terasa nyeri seperti ada tangan tak kasap mata yang merematnya.
Dengan langkah limpuh, Felix beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju rak alkohol. Di sanalah, dia menemukan pelarian dari kesedihan yang merobek hatinya.
Felix mengambil botol demi botol, membuka tutupnya dengan tangan yang bergetar, dan meneguk isinya seolah itu hanyalah air putih.
Setiap tegukan hanyalah cara untuk menenggelamkan rasa sakitnya, meski dirinya tahu bahwa itu adalah cara yang salah.
Dalam setiap hirupan, wajah Cassie dan kedua putranya melintas, membangkitkan rasa rindu yang tersiksa. "Sisie, kembalilah padaku ...." ujar Felix sambil memegang dadanya yang terasa seperti dilemparkan ke dalam api.
Dia berharap rasa sesak itu akan berkurang, dan kata-katanya akan mengudara sampai ke tempat Sisie berada. "Aku janji, aku akan memperlakukanmu dan anak-anak kita dengan baik."
Tapi sebaliknya, rasa sakitnya malah semakin menyengat.
"Aku ... uhuk, uhuk, uhuk ...." Felix terbatuk hebat, dan dalam sekejap, seteguk darah merah mengalir dari sudut bibirnya.
Felix menatap darah itu tanpa rasa peduli, dia mengabaikan pertanda yang jelas bahwa tubuhnya sudah mulai runtuh. "Tidak akan ... mengkhianatimu," ucapnya dengan suara setengah terengah-engah.
"Aku juga tidak akan...." Tubuh Felix tiba-tiba limbung dan dia jatuh ke lantai, menghadapi realitas pahit.
Felix merasa dunia di sekelilingnya mulai menggelap, momen demi momen terbayang dalam pikirannya seperti film yang tak terhentikan. Gelak tawa anak-anak yang bermain, gemerisik daun di taman yang mereka rawat, dan dekapan hangat Cassie.
Sebelum matanya benar-benar tertutup, satu kalimat tersisa di bibir Felix. "Mengecewakan kalian lagi."
terimakasih Thor atas cerita indah nya
semangat berkarya lagi
beautiful story'
taukah kah wahai para pria yg bergelar suami
ketika kaki kalianyg melangkah keluar rumah yg sedang berikhtiar mencari rejeki untuk keluarga nya
selama kalian didalam rel yg benar
maka setiap langkah kalian teruntai doa dan harapan kami dari rumah.
dan Malaikat pun akan mengamini nya.
tapi....ketika kalian mulai berkhianat dan menipu keluarga kalian...
maka laknat Malaikat pun akan menemani setiap langkah kalian.
jangan bergaya menyesal kalau akhirnya terungkap,
karena kalau belum terungkap kalian tak akan menyesali tiap dosa yg kalian lakukan
ga perlu berlaku seperti yg paling korban kalau kami tak mau memalingkan wajah lagi.
karena di saat kalian mulai memalingkan wajah disaat detik itulah kami sudah meyakini hati,tak akan kembali lagi
doa saya buat semua yg tersakiti
ga usah sedih ,dan ga usah khawatir
karena mungkin itu adalah salah satu doa yg diberikan tuhan pada kita
supaya kita bisa terbebas dr para suami dzalim dan manipulatif.
kasih penghargaan terbesar buat kita para wanita tangguh yg bisa bertahan di situasi ini
kembar blm jatuh cinta
itu sebabnya kau selalu merasa dunia tak pernah adil untuk mu
untuk apa mencoba menggenggam pasir yg selalu bisa meloloskan diri dra tangan
untuk apa mengimpikan cinta dan kasih sayang yg berlandaskan ketidakpastian dan ketidaksetiaan
sia sia dan selalu menyakitkan
kenapa sedih pak,kan itu risiko yg kau dapatkan kalau mang sudah memutuskan jadi laki laki murahan
nikmati aja lah
bisa keluar dari lingkaran setan itu
anak anak makin tidak tersakiti dan,...kita juga makin ga tersakiti 😭😭
5 tahun hidup bareng tapi ga tau apa apa
lah...kemana aja lu selama ini
trus..bisa bisa nya mengklaim orang yg paling mencintai
anak anak adalah makhluk paling jujur .
dia hanya me refleksi apa yg kita kerjakan
kalau kau selalu memberikan kesakitan
mereka akan mudah berpaling
begitu pun sebaliknya...
punya cucu baru,anak udah ga ada guna nya
kalau kalian mang mencintai pasangan kalian sebegitu dalam nya
tapi kok bisa ya Ampe selingkuh?
sebenarnya apa y, didalam pikiran mereka
yg cowok tolong bantu jawab donk🤦🙄
bahagia itu sederhana buat ank ank
bukan intan berlian, tapi perhatian yg cukup
kiyowo nya
memberikan kesempatan pada diri sendiri..
untuk masa depan yg lebih baik