NovelToon NovelToon
Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Gadis Kesayangan Tuan Ximen

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kaya Raya / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Damien Ximen, pengusaha dingin dan kejam, dikelilingi pengawal setia dan kekuasaan besar. Di dunia bisnis, ia dikenal karena tak segan menghancurkan lawan.

Hingga suatu hari, nyawanya diselamatkan oleh seorang gadis—Barbie Lu. Sejak itu, Damien tak berhenti mencarinya. Dan saat menemukannya, ia bersumpah tak akan melepaskannya, meski harus memaksanya tinggal.

Namun sifat Damien yang posesif dan pencemburu perlahan membuat Barbie merasa terpenjara. Ketika cinta berubah jadi ketakutan, akankah hubungan mereka bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

“Barbie… Mama hanya tidak ingin kau berlarut dalam kesedihan terlalu lama,” kata Joey pelan, “Buka pintu hatimu… Tidak semua pria itu sama…”

Namun Barbie hanya menatap ibunya dengan mata tajam yang berkaca-kaca. “Pria bajingan yang aku kenal ada empat, Ma…” suaranya rendah namun menusuk. “Tiga suamimu… dan Jimmy. Apakah itu masih belum cukup membuktikan bahwa mereka tidak bisa dipercaya?”

Joey terdiam, menunduk menatap jemarinya sendiri. Hatinya terasa ditusuk oleh kata-kata putrinya.

“Baiklah, Barbie… Jangan merasa terluka atau terbebani dengan masalah ini,” ujarnya akhirnya dengan napas berat. “Lakukan saja apa yang kamu inginkan…”

Barbie menatap ibunya lama sebelum berkata pelan, “Di mana makamnya? Bukankah tanggal kematiannya sudah tiba?”

Pertanyaan itu membuat Joey menoleh cepat. Wajahnya langsung pucat. “Barbie… sudah begitu lama…” ucapnya dengan suara gemetar. “Kita juga tidak pernah berkunjung ke makamnya… Kenapa tiba-tiba saja kamu ingin tahu?”

“Aku hanya ingin berdiri di depan makamnya… dan memberitahunya… bahwa tanpa dia, aku hidup dengan baik,” ucapnya pelan namun tegas. “Mama juga mampu membesarkanku seorang diri. Aku ingin dia tahu… semasa hidupnya, dia telah melakukan kesalahan besar. Dan meski sekarang dia hanya tinggal tulang di dalam tanah… aku, sebagai anaknya, tidak akan pernah memaafkannya," jawab Barbie.

Suasana mendadak hening. Joey menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. Ada rasa bersalah yang menyesakkan di dadanya, tapi ia tak mampu berkata apa-apa lagi.

“Barbie… sudahlah…” akhirnya Joey menegakkan punggungnya, berusaha menenangkan diri. “Jangan memikirkan kenangan yang tidak bahagia. Bukankah kamu sedang melamar kerja di perusahaan fashion? Bagaimana, apakah ada kabar baik dari sana?” tanyanya, sengaja mengalihkan topik.

Barbie menatap ibunya dan menghela napas pelan. “Aku sudah menerima panggilan mereka, Ma. Besok aku akan ke sana dan mulai bekerja,” jawabnya dengan suara yang kini terdengar lebih tenang. “Ma… aku ingin fokus pada karirku. Ini kesempatan terbaik untuk aku berkembang. Jadi… tolong… jangan kenalkan aku dengan pria mana pun lagi…”

Joey menatap Barbie lama sebelum akhirnya tersenyum tipis, meski air matanya menetes diam-diam. “Baiklah… Mama berjanji padamu…” ucapnya pelan sambil mengusap pipi putrinya. “Sudah malam… pergilah istirahat. Besok sebelum kamu berangkat kerja… Mama akan siapkan sarapan kesukaanmu!”

“Selamat malam, Ma…” ucap Barbie. Ia menatap ibunya sejenak sebelum berbalik menuju kamarnya. “Mama juga cepat istirahat…”

Langkah Barbie perlahan menghilang di lorong apartemen. Joey menatap punggung putrinya sampai menghilang dari pandangan.

“Semoga saja anak ini tidak pernah tahu… di mana ayahnya sebenarnya…” gumam Joey pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

Mansion Damien – Larut Malam

Ruangan kerja Damien dipenuhi aroma kopi hangat dan cahaya lampu meja yang temaram. Pria itu duduk di kursi kulit hitam, menatap layar laptopnya dengan tatapan dingin. Calvin berdiri di depannya dengan tubuh menunduk, menunggu instruksi selanjutnya.

“Tuan Ximen…” ucap Calvin pelan, suaranya menembus keheningan malam. “Barbie Lu… besok mulai bekerja di perusahaan Fashion World. Dia telah diterima karena bakatnya yang luar biasa.”

Damien menatap layar laptopnya beberapa detik, kemudian menutupnya perlahan. Matanya yang tajam menatap Calvin dengan ekspresi datar namun mengandung perintah mutlak.

“Beli perusahaan itu,” ucapnya singkat namun tegas.

Calvin menahan napas sejenak, terkejut dengan perintah tersebut, tapi segera menunduk lebih dalam. “Baik, Tuan.”

Damien bangkit dari kursinya, menyampirkan jas hitam di lengannya. Tatapannya kosong namun aura dinginnya memenuhi ruangan. “Pergi temui ibunya Barbie,” ucapnya sambil menatap keluar jendela mansion yang menampilkan pemandangan kota malam hari. “Aku ingin menemuinya.”

“Baik, Tuan,” jawab Calvin dengan tegas sebelum berbalik meninggalkan ruangan.

Keesokan harinya.

Pagi itu, Joey duduk gelisah di dalam mobil hitam mewah yang menjemputnya tepat di depan apartemennya. Calvin, pria berjas hitam yang sedari tadi diam, mengemudikan mobil itu dengan tenang. Namun sesekali, Joey meliriknya dengan cemas, bertanya-tanya kenapa ia tiba-tiba dipanggil oleh Tuan Ximen.

Tak butuh waktu lama sebelum mereka tiba di sebuah kafe elegan di pusat kota. Calvin membukakan pintu untuknya dengan hormat. Dengan langkah pelan, Joey masuk ke dalam kafe yang sudah disterilkan oleh anak buah Damien. Tidak ada pengunjung lain pagi itu.

Di sudut ruangan, Damien duduk dengan angkuh di atas kursi cokelat berbahan kulit, mengenakan kemeja putih dan jas hitamnya yang rapi. Tatapannya tajam menatap Joey yang berjalan mendekat dengan sedikit gemetar.

Joey menunduk sopan sebelum duduk di hadapan pria muda berkuasa itu.

Calvin, yang berdiri di samping Damien, meletakkan sebuah amplop cokelat tebal di atas meja. Amplop itu tampak penuh hingga bagian tengahnya menggembung.

“Ambil ini,” ucap Damien singkat sambil mendorong amplop tersebut ke arah Joey. Suaranya pelan, namun tegas dan tak bisa dibantah. “Gunakan sesuka hatimu.”

Joey menatap amplop itu dengan bingung. Kedua tangannya gemetar saat menyentuhnya, lalu menatap Damien dengan ragu. “Tuan Ximen, ini… apa?” tanyanya pelan.

Damien menatapnya datar. “Uang,” jawabnya tegas. “Asistenku akan mengirimnya setiap bulan. Kalau tidak cukup, katakan saja.”

“Tuan… saya tidak paham,” ujar Joey, suaranya mulai bergetar. “Untuk apa uang sebanyak ini? Kalau saya menerimanya begitu saja… Barbie pasti akan marah lagi pada saya.”

Damien menghela napas pelan. Tatapannya melembut, namun tetap tajam. “Uang ini digunakan untuk membeli semua kebutuhannya. Seringlah membelikan makanan kesukaannya… vitamin… atau apa pun yang dia perlukan,” ucapnya dengan suara berat. “Sebelum aku menikahinya… aku ingin kau merawatnya dengan baik.”

Joey menatap Damien dengan mata membesar. “Menikahinya…?”

“Barbie akan menikah setelah empat tahun kemudian,” lanjut Damien tanpa memedulikan keterkejutan Joey. “Tentu saja… aku akan membantumu merawatnya dari belakang. Pertemuan kita kali ini… tanpa sepengetahuannya.”

Joey menelan ludah, hatinya berdegup kencang. Ia mendorong amplop itu kembali ke arah Damien. “Tuan… bukankah ini terlalu berlebihan?” suaranya bergetar. “Kalian bahkan belum menikah. Sebagai ibunya… saya bertanggung jawab merawatnya. Jadi… uang ini tidak perlu sama sekali.”

Damien menatap tangan Joey yang mendorong amplop itu, lalu menatap mata wanita paruh baya itu dengan sorot tajam yang menuntut ketaatan. “Aku tidak suka ada yang membantah permintaanku,” ucapnya pelan namun penuh tekanan. “Karena kamu adalah ibunya… aku menghormatimu… dan menganggapmu seperti ibuku sendiri.”

Joey tertegun mendengar ucapannya. Namun sebelum ia sempat berbicara, Damien melanjutkan, suaranya semakin tegas dan dingin.

“Kali ini aku memintamu tolong… rawat putrimu dengan baik. Belikan apa pun yang dia suka. Pastikan dia tidak kekurangan sesuatu pun,” ucapnya pelan namun menakutkan. “Soal uang… tidak masalah bagiku. Karena aku telah memilihnya… maka dia telah menjadi tanggung jawabku seumur hidup.”

Damien mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Joey dalam-dalam dengan mata tajam berkilat. “Dan hanya satu hal yang harus kamu ingat,” ucapnya dengan suara rendah menakutkan. “Jangan pernah menjodohkan putrimu dengan pria mana pun lagi. Karena pria yang akan menikahinya… hanya aku.”

Joey menatap Damien tanpa bisa berkata apa-apa. Tubuhnya sedikit gemetar. Hatinya diliputi perasaan takut sekaligus bingung menghadapi cinta pria berbahaya itu pada putrinya.

1
Isnanun
kalo serius sama Barbie tahan Damien jangan tergoda
yuning
jangan cemen Damian
yuning
nikahi saja Barbie
Naufal Affiq
bawak barbie kawin lari aja tuan
Nabil abshor
cembukot sayang,,,,
Naufal Affiq
dia cemburu barbie,kalau kau dekat sama jimmy
yuning
mafia posesif dan cemburu 😁
Isnanun
Betul Barbie
yuning
cemburumu membakar tuan 😁
Naufal Affiq
ada yang cemburu ya,nikahin aja tuan,jangan buat kepala mu pusing
yuning
yg cemburu menggemaskan
Isnanun
memberi hukuman yg nikmat🤭🤭🤭
Nabil abshor
tenang sayang,,,, dia tdk bakalan diapa²in k,,,,
yuning
pasti nya yg akan buat reader bahagia 😁
yuning
dia adalah jodohmu
Naufal Affiq
lanjut thor
eva lestari
thooor..brarti eliza ama barbie sodara an ya...trs knp si david he gk kenal ama barbie .lupa gt?


damien pokoknya hrs jagain barbie trs yaaa ..titip barbie sampai bab nya end heheheh
yuning
betul
eva lestari
duuuuuhhh... syeruuuu uyyyyy.....gk sbr wait next chapter....

bqrbie emg ank nya david ya...tp ko knp gk mau ngurus yaaa....pasti gara2 emak nya si eliza niihhhh....
eva lestari
cerdik jg barbie heheheheh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!