Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Mulai Posesif
Jasmine sampai terkejut saat melihat Keenandra menikmati suwiran ayam geprek bekasnya. Dia jadi bingung sendiri melihat pria arogan itu sama sekali tidak merasa jijik. Padahal, dia sangat tahu jika sang suami begitu membencinya.
"Enak!" seru Keenadra tanpa memperdulikan tatapan sang istri yang terlihat terkejut dengan aksinya.
"Kamu doyan atau memang suka?" tanya Jasmine saat melihat sang suami makan dengan begitu lahapnya.
"Dua-duanya, maksudku suka dengan ayam gepreknya. Pedasnya seimbang, pantesan kamu tidak mengeluh kepedasan," ucap Keenandra suka hati.
Pria bewokan itu justru mengalihkan pembahasan. Dia tidak ingin sampai di bilang terlalu mencari perhatian Jasmine. Pada kenyataannya memang iya. Buktinya, dia rela menikmati makanan bekas sang istri.
"Baguslah jika doyan sama suka, itu berarti kamu menghargai aku sebagai istrimu. Biasanya kalau pria tak suka sama istrinya, dia tidak akan mau makan apapun dari tangan sang istri."
Jasmine mengunyah makanannya dengan elegan. Sedangkan Keenandra sontak menghentikan makan siang mereka yang tertunda. Dia saat mendengar ucapan sang istri.
"Aku hanya menyukai makanannya saja. Bukan dirimu, jadi tolong jangan merasa besar kepala atau gede rasa." Keenandra mengusap mulutnya dengan tissue. Mood makannya mendadak hilang saat mendengar penuturan Jasmine.
"Aku tidak pernah memintamu untuk menyukaiku. Tetapi, dengan sikapmu seperti ini justru menunjukkan jika kamu menyukai makanan dari bekas tanganku. Tidak perlu gengsi mengatakan hal yang memang benar adanya. Kita pun sudah sah menjadi suami istri. Wajar saja jika makan satu piring berdua." Jasmine langsung to the point. Tetapi Keenandra terus menyangkalnya.
"Jangan terlalu percaya diri! Aku seperti ini hanya ingin ikut menikmati makan siang bersamamu. Tidak lebih!" tekan Keenandra yang lain di mulut lain di hati. Padahal, ia begitu sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan Jasmine.
"Terserah kamu mau berkata apa. Aku lelah, Mas!"
Jasmine memilih menyudahi perdebatan mereka. Dia cukup lelah menghadapi keangkuhan Keenandra.
"Kau mau kemana?" tanya Keenandra sembari menghentikan pergerakan Jasmine
"Mau kembali ke kamar. Aku pun ingin kembali ke rumah sore nanti. Untuk mengambil motor maticku dan baju seragam untuk mengajar anak-anak TK dan TPQ Qurattul Ain besok pagi."
"Jika ingin pulang aku bisa mengantarkan ke rumah. Atau nanti biar asisten Kyan yang mengambil semua keperluan yang kau butuhkan." Keenandra seakan tak rela melepaskan Jasmine pergi sendirian.
"Aku tidak ingin merepotkanmu! Khawatir kamu merasa risih jika ada aku di sampingmu," ucap Jasmine sembari menundukan pandangan.
"Aku suamimu. Aku berhak atas dirimu. Kamu tidak boleh keluar ke mana pun tanpa izinku." Keenandra menatap tajam ke arah Jasmine. Dia tidak rela istri bercadarnya itu dilihat oleh orang lain. Meskipun dia sendiri belum tahu bagaimana rupa Jasmine.
"Benarkah jika kamu mulai mengakui aku ini istrimu? apa aku tidak salah dengar?" Jasmine tersenyum kecil. Hatinya terasa tergelitik mendengar ucapan Keenandra barusan.
"Aku malas berdebat! Jika kau ingin pulang biar aku temani. Motor matic-mu biar orang suruhanku yang membawanya. Atau jika kau ingin berangkat mengajar biar aku yang antar," ucap Keenandra.
Tanpa sadar pria berwajah dingin itu mulai posesif dengan keberadaan sang istri. Dia pun tidak tahu kenapa, hatinya mendadak tak rela melepaskan Jasmine pergi sendirian.
"Kau ini posesif sekali! Padahal katanya tak suka, tapi terlalu mengekang." Jasmine protes, tetapi Keenandra sama sekali tak peduli. Dia tak rela jika sang istri keluar sendirian.
"Aku suamimu, sudah seharusnya kau patuh padaku. Terlepas perjanjian kontrak yang kita tanda tangani masih tersimpan berkas salinannya padaku. Tetap saja kamu harus menjaga diri dari pandangan laki-laki lain. Bila perlu kau tak usah mengajar lagi! Aku mampu menafkahimu berapa pun kau mau," ucap Keenandra dengan penuh keangkuhan.
"Maaf, aku tidak bisa meninggalkan dunia mengajar anak-anak. Asal kamu tahu TK dan TPA Qurattul Ain itu milikku. Aku tak mungkin lepas tanggung jawab terhadap para guru atau ustadz dan ustadzah yang mengajar di sana," ucap Jasmine dengan nada yang begitu serius.
"Jadi, sekolah itu milikmu? Kau hebat sekali!" puji Keenandra dengan rasa tak percaya.
"Bukan aku yang hebat, tetapi Allah yang Maha Menghebatkan sehingga aku bisa bertahan di posisi ini." Jasmine tetap merendah diri. Dia tidak ingin bersikap angkuh seperti Keenandra.
"Ya sudah, jika memang kau masih ingin berdedikasi di sana aku izinkan. Asal kamu bisa menjaga pandangan dari guru laki-laki yang mengajar di sana."
Keposesifan Keenandra semakin terlihat. Dia benar-benar tak suka jika Jasmine menjadi pusat perhatian laki-laki.
"Menikah atau belum menikah aku sudah terbiasa menundukkan pandangan dari laki-laki non mahram. Jadi jangan khawatir jika aku sampai tebar pesona. Aku bukan dirimu yang masih menjalin hubungan dengan wanita lain. Sedangkan kamu sadar jika sudah memiliki istri!" tandas Jasmine dengan nada penuh keseriusan.
"Jangan membandingkan antara diriku dan dirimu! Laki-laki bisa saja menikahi lebih dari satu orang wanita. Aku rasa kau sendiri paham jika di dalam ajaran Islam laki-laki boleh poligami. Lalu mengapa terus takut jika aku memiliki wanita idaman lain?" kilah Keenandra semaunya.
"Benar laki-laki boleh poligami. Tetapi, dengan syarat tertentu. Bukan karena nafsu belaka. Aku rasa kau ingin membersamai kekasihmu karena akal sehat dan nafsumu yang tak terkendali. Dengarkan aku baik-baik, aku Jasmine Qurattul Ain tak rela untuk dimadu. Jika kamu menginginkan kekasihmu silakan ceraikan aku sekarang juga!" pinta Jasmine tanpa ragu.
"Aku tidak akan menceraikanmu! sebelum datang batas waktu yang kita sepakati." Keenandra malah menantang badai. Dia tak rela kehilangan Jasmine.
"Terserah kamu, Mas. Hanya saja aku tak kan tinggal diam jika dimadu. Aku akan pergi jika terus kamu sakiti!" Jasmine mengeluarkan keluh kesahnya. Sebagai wanita dia pun tak rela jika harus terus-menerus diduakan.
"Aku akan menikahi kekasihku setelah kita bercerai," ucap Keenandra lagi.
"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Sekarang juga kau boleh menceraikan aku. Agar kedepannya kita tidak saling menyakiti." Jasmine berlalu pergi dari hadapan sang suami. Dia terlalu lelah berdebat dan meyakini Keenandra atas hubungan antara mereka berdua.
"Sudah kukatakan jangan berkata begitu lagi. Kau ingin aku menceraikanmu sekarang juga. Oh no, kamu tetap milikku untuk hari ini sampai enam bulan kedepan" Keenandra bersikap penuh keangkuhan. Dia sama sekali tidak ingin kalah satu langkah pun dari Jasmine.
Jasmine merasa tertekan lahir batinnya. Dia lelah terus berdebat dengan suaminya.
"Ya Allah, sampai kapan aku bisa lepas darinya. Dia benar-benar menyakiti perasaanku," batin Jasmine meringis pilu.
dan orang tua keenan dan Jasmine tau perlakuan kenann terhadap Jasmine sangat menyakiti Jasmine... seharusnya sebagai orang tua menanyakan keinginan anaknya bukan memaksa kan kehendak nya.. dan orang tua kenaan tidak berterus terang kepada abba dan umma tentang kenaann dan sekarang Jasmine yg harus menanggung kebencian dan kekesalan akibat kekecewaan dari perjodohan ini.