NovelToon NovelToon
Tak Disangka Jodoh Terbaik

Tak Disangka Jodoh Terbaik

Status: tamat
Genre:Duda / CEO / Anak Yatim Piatu / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Orang Disabilitas / Tamat
Popularitas:28.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Alvaro Neo Sandler adalah pria kaya raya yang memiliki kerajaan bisnis di dalam negri maupun di luar negri, saat ini Alvaro sudah berusia 28 tahu.

Dulu Alvaro menikah di usia 18 tahun setelah lulus SMA, saat itu ia menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya karena balas budi.

tapi pernikahan itu tidak tahan lama karena Alvaro mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Kedua orang tuanya meninggal sedangkan ia lumpuh dan di nyatakan mandul.

disaat terpuruk sang istri justru menghina dirinya yang cacat serta mandul, lalu memberi surat perceraian.



Tiara Puspa, gadis cantik dan juga baik hati yang baru saja menginjak usia 17 tahun dan duduk di kelas tiga SMA. Tiara adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya sudah meninggal tujuh tahun lalu akibat kecelakaan.

Ia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri oleh dan Tante yang menumpang hidup padanya. hingga hampir di jual karena akan di jadikan alat pembayar hutang.

ingin tau kisah keduanya ayo mulai mengikuti kisah mereka berdua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Kejadin Tak Terduga

Hari itu matahari baru saja menyinari jendela besar rumah Alvaro dan Tiara ketika aroma roti panggang dan telur orak-arik menyebar di dapur.

Iya semalam Tiara ingin makan roti panggang dan telur orak-arik pagi ini,

Tiara berdiri di depan wastafel, mengenakan daster hamil berwarna pastel dengan rambut diikat asal-asalan. Perutnya yang besar membuncit jelas menunjukkan bahwa hari persalinan sudah dekat. Hari ini adalah hari kontrol rutin ke dokter kandungan, minggu ke-36 dari kehamilan kembarnya.

“Aku masih nggak percaya, kita bakal punya dua bayi sekaligus,” ucap Alvaro dari meja makan, menyendok sarapannya sambil memandangi istrinya dengan senyum penuh cinta.

Tiara tertawa kecil, meski wajahnya sedikit letih. “Aku juga mas, Tapi semalam mereka aktif banget. Tendang-tendangan, bikin aku nggak bisa tidur.”

Alvaro bangkit dan mendekati Tiara. Tangannya menyentuh perut istrinya dengan penuh kelembutan. “Hei, anak papi... santai dong. Mami capek, tahu.”

Tiara mengangguk pelan, tapi tiba-tiba ekspresinya berubah. Ia memejamkan mata, tangannya mencengkeram sisi meja dapur.

“Ada apa?” tanya Alvaro cepat, ekspresinya berubah waspada.

“Perutku... nyeri. Tapi sebentar, mungkin cuma kontraksi palsu,” katanya dengan napas tersengal.

Alvaro menuntunnya ke kursi. Ia terlihat panik, tapi mencoba menyembunyikannya. “Kita nggak ambil risiko. Kita ke rumah sakit sekarang aja, kontrolnya dipercepat.”

Tiara mengangguk, tapi belum sempat berdiri, ia mendadak menegang. “Mas... air ketubanku… pecah!”

Wajah Alvaro pucat seketika. Lantai di bawah Tiara basah. Detik berikutnya, insting Alvaro mengambil alih. Ia mengeluarkan ponsel dan menelepon satu nama yang paling ia percaya, Candra, adik sekaligus asisten kepercayaannya.

“Candra! Air ketuban Tiara pecah. Kontraksinya makin sakit. Aku butuh kamu siapkan ambulans atau mobil rumah sakit sekarang!”

Candra yang saat itu sedang mengurus rapat online di kantor Sandler Global Corp langsung berdiri. “Aku di jalan. Kirim lokasi!”

Alvaro kembali ke sisi Tiara, berusaha menenangkan istrinya yang mulai mengerang kesakitan. “Sayang, napas dalam-dalam. Aku di sini, oke?”

Tiara mengangguk, tapi kontraksi berikutnya membuat tubuhnya gemetar. Wajahnya basah oleh keringat.

Kurang dari dua puluh menit kemudian, mobil ambulans tiba dengan suara sirine. Candra juga datang, setengah berlari ke dalam rumah. Ia membantu Alvaro dan petugas medis menaikkan Tiara ke brankar.

“Aku ikut di ambulans!” teriak Alvaro, lalu menoleh ke Candra. “Tolong, kabarin mama dan papa, Jangan biarkan mereka kaget dari orang lain!”

“Aku urus. Fokus sama Tiara dulu!” jawab Candra cepat.

Di dalam ambulans, suara monitor detak jantung menyatu dengan tangisan pelan Tiara. Alvaro menggenggam tangan istrinya erat-erat.

“Kalau anak-anak ini lahir hari ini, itu artinya mereka prematur, ya?” bisik Tiara dengan suara lemah.

“Tenang, mereka kuat, kayak mamanya,” Alvaro mencoba tersenyum meski jantungnya berdentum keras.

Setibanya di rumah sakit, tim medis langsung membawa Tiara ke ruang observasi. Alvaro terpaksa menunggu di luar. Beberapa menit kemudian, seorang dokter keluar dan memanggilnya.

“Pak Alvaro, kondisi istri Bapak membutuhkan tindakan cepat. Bayi pertama dalam posisi normal, tapi bayi kedua dalam posisi sungsang. Selain itu, detak jantungnya menurun. Kami menyarankan operasi caesar segera.”

Alvaro mengangguk cepat. “Lakukan apapun yang perlu. Selamatkan mereka semua, dok. Istri saya... dan anak-anak saya.”

Sementara itu, di tempat lain, mama Nara baru saja duduk di ruang makan ketika telepon rumah sahabat papa yang mengundang mereka dari kemarin. Papa Neo yang menjawabnya, tapi ekspresinya langsung berubah.

“Tiara dibawa ke rumah sakit. Kontraksinya datang lebih awal,” katanya pendek.

Mama Nara menjatuhkan sendoknya. “Apa? Minggu ke-36 baru masuk, kan? Belum waktunya!”

“Candra yang kabari. Dia minta kita ke rumah sakit sekarang juga.”

Tanpa banyak tanya, mereka berdua meluncur ke rumah sakit dengan hati cemas. Bayangan akan cucu pertama mereka berubah menjadi kekhawatiran akan keselamatan anak dan dua nyawa kecil lainnya.

Di rumah sakit, ruang tunggu keluarga dipenuhi keheningan dan doa. Alvaro berdiri mondar-mandir, tak sanggup duduk. Candra duduk di pojok, sesekali melihat ponsel untuk memastikan segala urusan kantor tertunda dan semua tim tahu bos mereka sedang dalam keadaan darurat.

“Kamu udah kasih kabar ke semua orang kantor?” tanya Alvaro tanpa menoleh.

“Sudah. Semua rapat kamu batalkan. Aku atur. Fokus sama Tiara,” jawab Candra.

“Kalau terjadi sesuatu... Candra, aku nggak tahu harus gimana.”

“Jangan ngomong gitu. Mereka bakal selamat. Tiara kuat. Kamu tahu itu.”

Pintu ruang operasi terbuka. Seorang perawat keluar, membawa pakaian operasi lengkap. “Pak Alvaro, maaf, untuk prosedur ini, Bapak tidak bisa masuk. Kami akan kabari setelah proses selesai.”

Alvaro mengangguk lemah, lalu terduduk di bangku dengan kepala di tangannya.

Waktu berjalan sangat lambat.

Setengah jam... satu jam...

Akhirnya, pintu operasi kembali terbuka. Seorang dokter keluar, wajahnya berkeringat tapi tersenyum.

“Pak Alvaro… bayi pertama lahir dengan selamat. laki laki . Berat 2,3 kilogram.”

Tangis meledak dari dalam dada Alvaro. Ia menutup wajahnya, menangis tanpa suara.

“Tapi bayi kedua...” Dokter terdiam sejenak. “Kami sedang melakukan tindakan penyelamatan. Tali pusar melilit dan posisinya menyulitkan. Kami mohon doanya.”

“Ya Tuhan…” bisik mama Nara yang baru tiba.

Papa Neo memeluk bahu istrinya, tapi bahkan pria setegar dirinya tampak berkaca-kaca.

Detik berganti menit. Ketegangan di ruang tunggu menebal. Lalu—tiba-tiba, terdengar suara tangisan bayi dari balik pintu ruang operasi.

Tangisan keras. Tegas. Hidup.

Dokter keluar kembali, kali ini dengan senyum lega. “perempuan. 2,0 kilogram. Dia kuat. Kami beri nama sementara... Bayi B.”

Mama Nara menangis. Papa Neo menunduk dan menyapu air mata diam-diam. Candra langsung memeluk Alvaro.

“Lihat, mereka lahir. Mereka selamat.”

Alvaro mengangguk lemah. “Tapi Tiara? Istriku?”

Dokter menarik napas. “Kami masih menangani perdarahannya. Tapi kami lakukan semua yang bisa. Doakan terus.”

Alvaro menggigit bibirnya. “Boleh aku lihat anak-anakku?”

Dalam unit NICU, dua inkubator kecil menampung dua bayi mungil. Seorang perawat menuntun Alvaro masuk. Ia mendekati inkubator pertama—bayi laki-laki dengan tangan mengepal seakan siap bertarung dengan dunia.

Lalu bayi kedua— perempuan dengan pipi merah muda dan rambut halus

Alvaro menempelkan telapak tangannya ke kaca inkubator. Matanya berkaca-kaca.

“Kalian datang ke dunia dengan cara yang heboh, ya…” bisiknya.

“Tapi kalian kuat. Kalian anak-anak Papi dan mami ujar Al

Candra diam di belakang, memotret momen itu dengan kameranya. Di luar, mama Nara dan papa Neo menunggu kabar soal Tiara dengan jantung yang belum juga tenang.

Alvaro mencium kaca inkubator, air matanya jatuh perlahan.

“Sayang... tunggulah kami di ruang bangun. Aku ingin kamu lihat betapa luar biasanya mereka... anak-anak kita.” ujar Al dalam hati

Bersambung

1
Dewiendahsetiowati
makasih Thor buat ceritanya dan terus berkarya
Ayudya
Alhamdulillah sampai tamat juga aku bacanya walau kadang sinyal di tempat aku susah.mau kirim komen kadang ga terkirim.makasi Mak
Ayudya: sama sama mak.maaf kalau ada sikap kata aku yg menyakitkan perasaan mak
inda Permatasari: terima kasih udah mampir kak, 🌹🌹🌹
total 2 replies
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Alhamdulillah ceritana sampe tamat, ending yg bahagia 😉😊🤗 makasih thor sehat sllu
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Tinggal tara yg belom ya
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kapan bisa begitu /Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Waah bahahian na 🫠🤗
biby
terimakasih sdh menghibur dg bacaan yg bagus banget
Aghitsna Agis
yah udah tamat kasih season 2 tjor atau judul dendiri tentang anak2nya
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Kumpul lagi deh
Aghitsna Agis
tapi kasihan tara blm.ada jodoh jgn lupakan tara dong biar tara juga ikut bahadia ajak srkali.kali untuk.ngumpul bersama seperti yg sudah sudah agar tambah erat lagi apalagi dekarang udah jd kel. dr canfra
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Dwi Setyaningrum
kirain sdh tamat😁 Krn sdh bahagia semua
Cindy
lanjut kak
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Lah bukanna mereka kaya juga, punya rumah besar, kemana harta yg mereka takut bagi2 🤔
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃: Ooh begitu ceritana, pantesaan.. 😅 baguslah
inda Permatasari: di jual semua dan di simpan, karena bongin kabur tapi dapat musibah hingga tidak ada lagi
total 2 replies
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Hhiih moal mereun 😏 bikin susah sendiri
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝© 🦂🍃
Ya ampuun menghilang gara2 warisnkah
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Aghitsna Agis
lagi thor upnya masuh pe asaran nih kel candra pada kemana fitu ggu ipnya mks
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!