Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Tebak ! Siti Bisa Pulang Apa Enggak ?
Para penjaga gerbang yang berjumlah 4 orang itu mulai bereaksi, hidung mereka mendadak mimisan. Mereka sendiri bingung dengan kondisi tubuh kok bisa sampai seperti itu, mereka belum pernah mendengarkan ayat-ayat pembakar jin dan syaithon.
"Lho ternyata berhasil, ngefek cuy, hebat betul Ya Allah," batin Siti.
Bukan hanya hidung berdarah, telinga pun berdarah dan terasa panas. "Aaahhhkk apa yang Putri lakukan ? Tenaga dalam macam apa ini ?" jerit salah satu dari mereka.
Siti terdiam sejenak, berpikir baca ayat apa lagi setelah ayat Kursi. Para jin ini lega sebentar, "huft ! Putri.. kau harus tetap di sini," katanya.
"Aku tidak mau, katakan padaku dimana Bhre Rakha berada !" ucap Siti turun dari tunggangan dan menunjuk ke depan menggunakan satu jari.
"Kami tidak bisa mengatakannya," kata penjaga itu.
Siti mulai bergumam lagi, kali ini ia baca surat Al-Ikhlas alias Qulhu. Biasanya kalau sholat ini menjadi surat favorit selain surat Al-Falaq dan An-Nas. Tentu karena mudah diingat. Siti gak hafat juz 30, tapi ia hafal ketiga surat itu. Para prajurit kepalanya langsung migren, mereka menjatuhkan tombak-tombak dan perisainya.
"Aaaaahhhkkk hentikan, Putri !! Cukup, ampun Putri ampuuun !" lolongan mereka sudah seperti mau sekarat saja, mereka ambruk menggelepar-gelepar di atas tanah.
"Masih nggak mau bilang dimana Bhre Rakha ? Gur lanjutin nih ! Rasain kena ayat-ayat Allah, mampus kalian !!" ancam si Siti.
"Aaakkhh beliau… ahhh beliau ada di bukit kurungan ular, Putri, beliau bilang… beliau tidak ingin kehilangan Putri," jawab penjaga malang itu.
Siti terdiam seketika, "jadi di sana rupanya, okeh kalau begitu," ucapnya sebelum menunggangi kuda lagi.
'Ketoplak ketoplak ketoplak,' Siti berkuda dengan cepat, memang ia takut jatuh tapi lama-lama terbiasa. Percaya saja sepenuhnya pada hewan berkaki empat yang perkasa itu.
Sekitar 1 jam kemudian tibalah Siti di bukit tempat kurungan ular di bangun, ia celingukan sebentar kemudian melongok ke bawah sana, ia bisa melihat Rakha enak-enakan tidur pagi di kasur empuk dari bulu angsa itu.
"Jadi ini yang namanya kerja ? Iih kerja apa tidur-tiduran, dia sengaja ngehindarin gue, dia sengaja gak mau balikin gue," batin Siti.
Siti menapaki anak tangga turun ke bawah sana, ia masuk ke dalam sangkar yang dibentuk begitu sempurna bak hotel mewah ini, berjalan berjinjit tanpa suara mendekati sang suami kemudian diam-diam menjepit telinga yang lebar itu dengan jari telunjuk dan jempolnya.
Rakha terbangun bermimpi telinganya dicapit kepiting laut, "aaahh hah ?! Lho, Sayang, kok kamu bisa ada di sini ?" ujarnya kaget.
Semakin Siti genas menjewer telinga macan itu, "keterlaluaaaaaaan !! Licik kamu, Mas, jin licik, balikin gue sekarang ke alam gueeee ! Atau gue bikin putus nih kuping," pekiknya.
"Aaawhhh aaaah," Rakha menampik tangan itu dan berlari menjauh.
"Heh mau kemana ? Jangan kabur !" ucap Siti.
"Aku gak mau kabur, Sayang, aku hanya.. hanya… aku belum siap kehilangan kamu, seenggaknya kita nikmatin masa-masa bahagia kita jadi pengantin baru sebulan atau 2 bulan paling lama ya, setelah itu aku janji bakal balikin kamu," katanya.
"Masih aja mau nunda-nunda ?! Alesan !" ucap Siti di ujung amarahnya, tak bisa mempercayai sepatah kata pun dari mulut Rakha.
"Terserah kamu aja, Sayang, lagian tanpa aku kamu gak bisa kemana-mana, kamu akan terus di sini sampai aku ridho kamu pergi," ujar Rakha menanggapi.
Siti terdiam, bibirnya yang imut terkatup rapat sejenak, "gue pikir lu cinta sama gue, Bang, hehe, ternyata… lu enggak, sama sekali enggak, lu terobsesi sama gue, elu kepengen nguasai gue," ucapnya.
Rakha menyadari itu, ia tahu Siti akan terus menderita di sini, ia tahu dirinya sudah dibutakan, "memang," jawabnya singkat.
Siti mengacungkan jari telunjuk ke arah Rakha, kemudian mulai memanjatkan ayat Kursi yang tadi ia gunakan untuk menyiksa para penjaga. Setiap gumamannya membuat Rakha merasa dadanya berdegup kencang seakan ingin meledak, hidung dan telinganya berdarah, kepala terasa mumet seperti sedang gempa hebat.
"Aaahhhh aaaaahhh Sayang, kenapa ini ? Kau apakan aku, Sayang ? Aaaahhhhhhh sayang jangan main-main, Abang bisa mati, SITI !! BERHENTI !! CUKUP !" ucap pangeran bulu itu meremas dadanya sendiri.
Ya memang sang pangeran tadinya baik, dia jin muslim tapi lama-lama nafsu menguasainya, ia menjadi jahat tanpa ia sadari, saat ia memberikan syarat berat kepada Siti untuk menikah dengannya nafsu syaithon telah menguasainya, ia tahu apa yang ia lakukan salah, tapi ia tetap menerobos larangan berat itu.
"Buka portal gaib ! Hubungi Patih Wira sekarang dan suruh tangkap siluman itu !!" ucap Siti berhenti sejenak.
"Aaah Sayang, sabar, kasih Abang waktu," ucap Rakha nafasnya sesak.
"Gak ada waktu lagi, Bang !! Pulangin gue atau gue bakal bunuh elu, Bang !!!" bentak Siti dengan mata berkaca-kaca, ia juga kasihan melihat Rakha tersiksa begitu, tapi jika tidak dengan cara ini jin blegug itu bandelnya gak ketulungan.
"Baik baik, tolong diem dulu ya, Sayang, diem sebentar Abang mohon, Abang mau mati rasanya," ucap pangeran Rakha guling-guling.
Siti berhenti sejenak, ia tetap waspada. Rakha menyeka darah yang mengucur deras di hidung dan telinganya sembari menatap sang istri tak percaya. Ia tak menyangka istrinya setega ini mau membunuhnya, tapi ia sendiri juga salah dan keterlaluan membohongi dan mengumbar janji yang tak ingin ia tepati.
"Ayo buruan ! Gue tungguin nih, awas klo lu ingkar janji lagi," bentak Siti sembari duduk di tepi ranjang empuk buatan Empu dan perewangan sewu miliknya.
"Iya iya," jawab Rakha tak ramah.
Rakha mencoba berdiri, ia menghubungi Patih Wira dengan telepati dulu, "Patih, kau masih di sana mengawasi siluman itu kan ?"
"Iya tentu saja, Bhre, saya menunggu perintah sudah sejak beberapa hari yang lalu. Ini hari Sabtu pagi, perguruan tinggi ini lumayan sepi, hanya ada ibu-ibu senam pakai gebrak-gebrak pentungan di lapangan, dan saya melihat siluman itu sedang janjian dengan laki-laki, ia menunggu di bangku taman," jawab Wira sembari mengamati ibu-ibu semok dan Saraswati bergantian dari balik semak-semak bersama kelima anak buahnya.
***
#Alam manusia…
Pagi itu Saras janjian dengan Mekel di taman kampus. Sabtu, banyak mahasiswa pulang kampung. Keadaan sepi. Sebenarnya ia bisa saja ketemuan di depan kost, tapi ia sempat melihat Jordan saat berangkat ke kampus kemarin pagi-pagi. Ia sadar Jordan diam-diam sudah tahu hubungan spesialnya dengan Mekel.
"Mas Mekel mana sih ? Lama amat, udah nunggu setengah jam," gumam jin cantik itu tetap mengawasi jalanan tanpa menyadari keberadaan Wira beserta anak buahnya.
"Baik, Bhre, kami akan menggiring siluman itu ke tempat sepi sekarang, jangan matikan telepatinya ya, Bhre," kata sang Patih mulai keluar dari tempat persembunyian.
Melihat Patih Wira mak bedunduk nongol Saras melotot dan buru-buru menggendong tas mewahnya yang ia beli dengan kartu kredit Jordan kabur, beberapa titik sudah dihadang sehingga siluman itu berlari ke arah tempat sepi dan terpencil yang sudah direncanakan dengan matang.
Saras berlari sambil sesekali melirik ke belakang dikejar Wira dan anak buahnya. Beberapa orang yang jalan-jalan di sekitar kampus mengira mereka sedang jogging ceria.
Saras merogoh hpnya di tas sambil terus lari, "halo ? Halo Mas, Mas ada dimana sih ?!!" pekiknya menelepon Mekel.
"Kang Mas udah di jalan depan kampus ini, Dek, Mas tadi beliin bubur ayam dulu antrinya panjang," jawab Mekel yang sedang nyetir.
"Mas tolong Mas ! Aku dikejar-kejar cowok, toloong cepetan Mas !! Aaaaahhh !!" jerit Saras panik karena Wira tiba-tiba mengeluarkan jaring sakti perangkap siluman buatan para empu di alam jin.
"Dek, ini posisinya dimana sekarang ? Halo Dek ! Dek Siti !!" pekik Mekel tak dijawab.
'Klotak,' hp Siti terjatuh dan Saras tak sempat memungutnya karena ia kena jaring di pojokan gedung yang sepi dan rimbun.
"Bhre, kami sudah mendapatkannya, Bhre bisa buka portal gaibnya sekarang, keburu dia mekar jadi raksasa ini Bhre," ucap Wira di depan kaca telepati yang terus terbuka.
Mekel melaju lebih cepat mencari, ia ngedrift di belokan demi belokan kampus, syukur nggak ada yang nyebrang, karena di hari libur begini area kampus memang sering dijadikan tempat foto dan refreshing orang-orang di sekitar.
***
#Alam Jin….
"Ini saatnya gue pulang," kata Siti begitu melihat Rakha membuka portal gaib warna hijau menyala.
"Abis ini, kamu bisa langsung lari nabrakin diri ke arah tubuh kamu biar siluman ular itu mental, kamu ngerti, Sayang ?" kata Rakha memandu.
Siti angguk-angguk, ia mundur dikit ambil ancang-ancang bak atlet lomba lari dengan kedua tangan menyentuh tanah dan pantat rada nungging gitu. Tapi kemudian Rakha membuat istri sesaatnya itu bangkit lagi, "tunggu dulu, Abang ada kata-kata terakhir."
"Apa ?" tanya Siti udah gak sabaran.
Wira di seberang sana terus memegangi jaring, sedangkan Saraswati mengamuk berusaha melepaskan diri. "Buruan, Bhre !" pekik sang Patih.
"Kamu yakin mau kembali hidup di alam kamu sana bukannya tinggal di sini sama aku ? Di alam manusia gak ada jaminan hidup kamu bakal sebahagia di sini, kamu di sana harus kerja, capek, berjuang idup susah ngirit-ngirit duit, gak ada jaminan kamu bakal nikah sama lelaki yang bisa mencukupi dan membahagiakan kamu, tapi di sini kamu enak, kecukupan, dihormati, terlindungi, dan dicintai," ucap Rakha sembari memegangi kedua pundak Siti.
Siti berpikir tapi tak lama, ia kedip-kedip dan mengangguk, "gue yakin sama pilihan gue," jawabnya.
Rakha melepaskan pundak itu dengan tatapan sedih, "yaudah kalau itu keputusan kamu, Abang selalu cinta kamu, cinta kita ini abadi bahkan hingga maut menjemput, jangan pernah lupain itu."
Siti mengangguk, kemudian ia berjinjit dan mencondongkan tubuhnya ke sang suami, ia cium bibir itu begitu dalam tapi singkat, "makasih, Abang," bisiknya.
Siti pun berlari sekencang yang ia bisa, ia masuk ke dalam portal itu, langsung menubruk tubuhnya sendiri yang sedang dirasuki oleh Saras, 'brrruughh !' Saras terpental keluar dari jasad yang ia rampas. Wujud aslinya bersisik dan menakutkan.
Wira langsung menyeret jaringnya bersama ke 5 anak buahnya masuk ke dalam portal, membawa siluman itu pulang ke alamnya. "Bhre !! Bentar lagi dia mau meledaaaak !! Lari Bhree !" pekik sang Patih.
Rakha menutup portal gaib kemudian bergegas berlari bersama Wira dan anak buahnya keluar dari sangkar. Saras yang penuh dengan amarah meluap-luap berteriak nyaring mengguntur, "AAAAAARRRRRGGHHHHH !!!! AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUAAAAAA !!! KALIAN AKAN MATI !!!"
Seketika tubuh wanita itu bercahaya, cahaya itu memanjang dan membesar, saat cahaya menghilang sosok ular raksasa sebesar bukit di gunung tercipta, ular warna putih berjenis phyton. Selama ini tiada phyton warna putih kecuali ular siluman. Rakha bergegas menutup kembali pintu sangkar dan menguncinya dengan segel kerajaan.
'Bruaaaak brak brak brak !!!' Saraswati menggeliat berusaha menghancurkan sangkar berwarna merah jambu itu, tapi karena mantra Empu Mangkusegoro ilmu Saraswati seakan tak berfungsi, kekuatannya lenyap, tenaga dalam dan kesaktiannya menghilang.
"TIDAAAAAAAKKK !! BEBASKAN AKU !! Huhuhuhu huwaaa !" ular raksasa itu memekik meraung menangis pilu, kebebasannya kembali terenggut, kehidupan yang ia impikan dan telah ia rasakan nikmatnya sirna sudah dan yang paling menyakitkan adalah ia harus berpisah dengan Mekel yang telah membuatnya jatuh cinta.
Rakha ngos-ngosan setelah mendaki anak tangga ke atas bukit, ia tengok ke bawah sana, ia pandangi sangkar itu dengan tatapan sedih. Bukan karena seluruh perabotan bagus di dalam sangkar itu telah hancur gara-gara ular raksasa, bukan, karena itu adalah tempat pertama kalinya ia bertemu cinta dan melepaskan cinta terindah dalam hidupnya.
"Perempuan itu sekarang sudah bahagia, Bhre, Bhre harus sabar, laki-laki selalu berkorban untuk orang yang mereka cintai," ujar Wira menasehati sambil menghirup kembali udara alam jin yang tak sesegar alam manusia.
'Tes tes tes,' air mata mengalir satu per satu di pipi Sang Pangeran Harimau, laki-laki tak akan menangis karena kematian, karena kesusahan atau karena kelaparan, mereka menangis karena kepergian yang dicintainya.
***
#Alam manusia….
Siti pingsan sangat lama. Mekel akhirnya menemukan juga wanita yang ia cari-cari, ia pungut hp Siti yang terjatuh segera setelah turun dari mobil, "Dek !! Dek !! Ya Allah, apa yang udah terjadi ? Dek, Kang Mas udah dateng," ujarnya berusaha membangunkan.
Namun Siti yang kepalanya ada di pangkuan Mekel tak bangun juga. Wajah Siti pucat dan suhu tubuhnya berubah. Mekel menggendong tubuh itu dan membawanya masuk ke dalam mobil, ia segera melaju ke rumah sakit terdekat agar Siti segera mendapatkan penanganan dari dokter.
Saras terus melenguh dan mencak-mencak di dalam sangkar, bumi di alam jin rada getar-getar gitu jadinya. Wira merangkul punggung Rakha, "ayo kita pulang saja, Bhre," ajaknya.
"Aduuh !! Istriku lupa gak bawa bekal emasnya lagi," ucap Rakha menepuk pahanya sendiri.
***
Sore menjelang malam….
'Plek plek plek plek plek,' Yuli berlarian di lantai rumah sakit mencari dimana sahabatnya dirawat setelah mendapatkan telepon dari Mekel lewat hpnya Siti. I pake sendal jepit, celana training, kerudung bergo instan dan jaket tipis, gak sempet dandan lagi, bangun tidur siang langsung dengar kabar buruk.
Begitu Yuli melihat Mekel duduk-duduk di dekat pagar salah satu ruang rawat, Yuli memberondong dengan pertanyaan, "Mas, gimana kabarnya Siti ? Udah siuman belom ? Kok bisa sampek begini sih ? Ya Allah."
"Tadi sebelum ketemu gue sempat ditelepon sama Siti, katanya dia lagi dikejar-kejar sama beberapa cowok, pas ketemu tau-tau udah pingsan gitu di belakang gedung Fakultas Ekonomi. Dia belum siuman sampe sekarang," jawabnya.
"Kata dokternya gimana, Mas ?" tanya Yuli resah dan gelisah.
"Katanya gak ada cedera sama sekali, gak ada luka, semua normal baik-baik aja, katanya sih… kemungkinan Siti mengalami trauma, entah dia abis liat sesuatu atau mengalami kejadian yang traumatis sehingga… yah… dia terguncang gitu jiwanya, kaget. Dokter nyuruh kita nunggu sampai besok, kalau belum sadar juga bakal diambil tindakan selanjutnya," jawabnya.
wisss angel2 angel tenan
wahh kasihan siti klo amoe di bunuh yaaa
Siti juga bukannya cari solusi tapi malah mau nambah dosa... ya Tuhan... nggak mikirin nyak babe kayaknya...
cocoklah sama Jordan... sama-sama nggak jelas...
kasihan aja kang mas Mekel...😂😂😂
kek mana yaaaa
alah sittt kabur aja dlu napa ambil tuh emas dr raka hidup mnydrindlu jauh keluarga tau anak udh gede aja gtu dan kmu akan tau klo ank mu membatu mu meyangimu gtu nya sit