NovelToon NovelToon
Diagnosa Cinta Istriku

Diagnosa Cinta Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter / Identitas Tersembunyi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cchocomoy

Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.

Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.

Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.

Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?

Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?

Atau mereka mengakhiri pernikahannya?

Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diagnosa yang Keliru

Tok

Tok

Tok

“Masuk!!” seru suara seorang wanita dari dalam ruangan.

Pintunya terbuka, memperlihatkan Anin yang sedang membaca beberapa berkas medis pasiennya.

“Selamat pagi dokter Anin,” sapa Bima.

“Dokter Bima! Maaf, saya tidak tau jika dokter yang datang.” Anin beranjak dari kursinya saat Bima berjalan masuk ke dalam ruangannya.

“Tidak masalah, saya tau jika dokter sedang sibuk. Saya datang kesini hanya untuk mengantarkan riwayat medis teman saya.”

Anin menerima berkasnya begitu Bima memberikannya. “Baiklah, saya akan pelajari sebelum teman dokter datang.”

“Terima kasih. Oh iya, dok. Dokter yakin tidak akan menerima pasien setelah jam sepuluh nanti?” tanya Bima untuk memastikannya.

Bima sudah tidak sabar menantikan pertemuan Anin dan Raksa. Hatinya semakin yakin jika mereka adalah orang yang sama, yaitu pasangan suami istri.

Waktu sudah memberikan jarak yang sangat lama, hingga membuat mereka berdua tidak mengenal satu sama lain. Bahkan hanya sekedar makanan kesukaan ataupun warna kesukaan satu sama lain saja, mereka tidak tau sama sekali.

“Tidak ada, hanya satu. Itupun sudah selesai, hanya saja ada pekerjaan lain. Dokter Bima bisa melihatnya sendiri. Tanpa saya jelaskan dokter juga sudah tau. Meskipun kita tidak ada jadwal dengan pasien, kita para dokter pasti akan selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan.”

“Benar sekali, itulah kenapa kita sering lembur apalagi saat dihadapkan dengan banyaknya pasien.” Bima membenarkan perkataan Anin.

“Saya setuju, bahkan pekerjaan harus dibawa pulang. Jika tidak kita akan terus menginap di rumah sakit,” celetuk Bima yang membuat Anin tertawa.

“Apa ini perkataan Larisa?” tebak Anin, pasalnya ia seringkali mendengar keluh kesah Larisa.

Bima mengangguk, karena memang Itu adalah kalimat Larisa saat kesal dengan banyaknya pekerjaan.

“Sudah saya duga jika itu adalah kata-kata Larisa. Sepertinya tidak hanya dokter yang sering mendengar keluh kesahnya. Saat di rumah sakit sebelumnya, setiap hari Larisa pasti akan mengeluh.”

Bima mengambil ponselnya, mendapati pesan dari Raksa yang sedang dalam perjalanan kemari.

“Dokter Anin, teman saya sedang dalam perjalanan kemari. Mungkin sekitar lima belas sampai tiga puluh menit dia akan sampai, tergantung ramai tidaknya di jalan.”

“Baiklah, saya akan mulai pelajari. Sepertinya waktu saya hanya sebentar untuk mempelajarinya,” ujar Anin yang mulai membuka dokumennya.

“Kalau begitu saya pamit terlebih dahulu, agar dokter bisa fokus. Saat teman saya datang nanti, saya akan kembali kesini bersama dengan Larisa.” Bima beranjak setelah beberapa menit duduk dan bicara dengan Anin.

Anin ikut berdiri, “Maaf. Saya tidak bermaksud seperti itu,” sesal Anin.

“Tidak perlu minta maaf, saya sangat mengerti. Kita sesama dokter, jadi permasalahannya hampir sama meskipun pekerjaan kita ada perbedaan.”

Anin tersenyum tipis, lalu kembali duduk saat melihat Bima yang sudah keluar dari ruangannya.

Matanya kembali menatap dokumen yang sudah ia buka. Waktunya hanya sedikit, jadi Anin harus mempelajari semuanya.

Begitu fokusnya ia sampai tidak sempat membaca namanya. Anin benar-benar fokus, hingga sampai ia menemukan sesuatu yang aneh.

Anin mengerutkan dahinya, mencoba kembali membaca lembar sebelumnya berkali-kali.

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Dari hasil pemeriksaan semua baik, tapi kenapa bisa diakhir mendapatkan diagnosis ini? Apa ini tidak keliru?” gumam Anin.

“Orang ini memang mempunyai masalah kulit, hanya saja jika kulitnya sedang sensitif. Selain suhu, sepertinya dia juga sensitif dengan makanan. Meskipun ini hanya dugaanku saja.”

Anin benar-benar bingung dengan riwayat medisnya. Dari hasil laboratorium semua aman, dan hanya ada permasalahan kecil. Tapi tidak dengan hasil akhirnya. Ia berpikir jika dokter sebelumnya telah salah mendiagnosis.

“Aku sudah berulang kali memeriksanya, dan seharusnya diagnosisnya bukan ini. Bagaimana bisa seorang dokter bisa melakukan kesalahan yang fatal seperti ini? Jika ada kesalahan tidak masalah, itu pun masih dalam satu lingkup. Tapi ini? Ini benar-benar membuatku bingung.”

Anin menyandarkan tubuhnya, masalah kali ini cukup berat untuknya. Jalan satu-satunya adalah memeriksa kembali dari awal. Itupun jika pasiennya setuju.

Yang membingungkan adalah kenapa dokter yang kedua tidak mencoba memeriksa hasil diagnosa dari dokter yang pertama kali menanganinya.

“Dari semua dokter yang pernah memegang kasus ini, kenapa tidak ada yang menyadari jika diagnosa dari dokter pertama sudah salah. Pantas saja tidak ada yang solusi untuk ini, karena akarnya sudah sangat salah.”

Anin memijat keningnya, kepalanya begitu pusing memikirnya. Ia masih ragu dengan analisa yang dilakukannya. Titik kesalahan yang membuat posisinya serba salah.

Mau bagaimanapun, dokter yang menangani sebelumnya adalah dokter senior. Sedangkan dirinya belum bisa dikatakan senior, tapi ia juga bukan junior.

“Jalan satu-satunya adalah kembali melakukan tes ulang. Semua tes harus dilakukan, jika hasilnya masih sama seperti laporan ini, sudah bisa pastikan ada kesalahan dalam mendiagnosa penyakitnya.”

Dokumen riwayat medisnya sudah cukup lama, apalagi hasil pemeriksaan dilakukan lima tahun lalu. Itulah kenapa Anin begitu pusing melihatnya.

Disisi lain, Raksa baru saja tiba di rumah sakit, tujuan utamanya adalah menemui Bima. Karena Raksa memintanya untuk menemani saat konsultasi dengan dokter yang baru.

Meskipun Bima harus menunggu di luar, setidaknya Bima menemaninya. Karena ia takut tidak bisa menerima kenyataan pahit mengenai dirinya.

Sekarang Raksa berdiri di depan ruangan Bima, saat ia ingin mengetuknya. Kebetulan pintunya terbuka, memperlihatkan seorang perempuan yang akan keluar dari ruangan Bima.

Yang membuat Raksa terkejut adalah kondisi perempuan itu yang sedikit berantakan.

“Bima?” lirih Raksa yang tidak menyangka jika sahabatnya berbuat mesum dengan seorang perempuan.

Tanpa diketahui Raksa, jika perempuan itu tidak lain adalah istri Bima, yaitu Larisa.

Melihat kedatangan Raksa membuat Larisa mengurungkan niatnya untuk kembali ke ruangannya. Ia memilih kembali masuk dan duduk di sofa dengan membenarkan rambutnya.

“Tidak perlu berburuk sangka, dia istriku, Larisa.” Bima memperkenalkan Larisa pada Raksa.

“Ohhh, aku kira dia—" Kalimat Raksa terhenti karena mendapatkan tatapan tajam dari sahabatnya itu.

“Mana mungkin aku melakukannya! Dia sudah sangat sempurna. Mana mungkin aku menduakannya.” Bima membela dirinya dari tuduhan tidak berdasar Raksa.

“Sudah cukup! Tidak perlu diperpanjang lagi. Dan untuk pak Raksa, saya minta maaf karena sudah berbuat tidak senonoh di rumah sakit.” Larisa tidak ingin memperpanjang masalah yang tidak begitu penting. “Jika memungkinkan apa kita bisa langsung ke ruangan dokter Anin, dan sepertinya dia sudah menunggu pak Raksa.”

“Benar, kita pergi sekarang,” balas Raksa.

Mendengar nama Anin, seketika membuat debaran jantungnya berdegup sangat kencang. Raksa juga merasa gugup, setiap langkahnya begitu ragu. Rasanya ia ingin menundanya dan memilih menghilang, karena merasa sangat gugup.

Sebelumnya Raksa tidak pernah segugup ini. Bahkan saat berhadapan dengan dokter yang lebih senior dari dokter sekarang, Raksa merasa biasa saja. Tapi tidak saat ini, ia merasa jika jantung akan melompat keluar.

“Raksa—”

1
partini
dihhh laki laki ko ngiri nanyakn perempuan dihhhh anehhh
partini
wkwkkwk lima tahun di tahan ya meledak,,aihhh ga boleh lama" yah dosa loh nolak 😂😂
partini
lah malah di suruh menjauh kemarin minta cerai gara" ga di sentuh
partini
hayo 5 tahun loh dr cuekin
partini
dah di persilahkan Kokop mengkokop 😂
partini
👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
bagaimana Rekasi mereka berdua biak bertemu dokter dan pasien pasti seru
partini
penyakit kulit Ampe segitunya penyakit kulit apa Thor
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,
partini
ruwet sekali
partini
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!