NovelToon NovelToon
Dermaga Cinta Sang Kapten

Dermaga Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Menikahi tentara
Popularitas:36.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.

Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.

Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.

"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.

Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.

Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Penilaian Amira

Langit siang itu cerah, dengan sedikit awan putih yang berarak perlahan. Amira sudah tiba lebih dulu di Kafe Strawberry, sebuah tempat sederhana dengan nuansa segar yang ia janjikan pada Iqbal kemarin. Interiornya dipenuhi dekorasi bernuansa merah muda dan putih, dihiasi lukisan buah stroberi di dinding, membuat suasana terasa manis sekaligus hangat.

     Ia memilih meja di dekat jendela besar yang menghadap ke jalan. Dari kaca itu, Amira bisa melihat kendaraan lalu lalang, sekaligus memberi kesempatan untuk melihat kedatangan orang yang ia tunggu, yakni Iqbal.

     Tak lama kemudian, sosok lelaki tegap berseragam rapi masuk ke dalam kafe. Wajahnya teduh, penuh wibawa khas seorang perwira polisi. Amira berdiri menyambut, bibirnya membentuk senyum kecil.

     “Kak Iqbal, sini,” panggil Amira sambil melambaikan tangan.

     Iqbal tersenyum ramah, langkahnya mantap menuju meja. “Amira, sudah lama nunggu? Maaf ya, tadi ada sedikit briefing mendadak di kantor.”

     “Tidak apa-apa, Kak. Aku juga baru beberapa menit sampai,” jawab Amira lembut.

     Pelayan datang membawa buku menu. Amira pura-pura membaca dengan serius, padahal ia sudah menyusun rencana sejak dari rumah. Ia ingin menguji Iqbal dengan cara yang sama seperti ia menguji Yoda, yaitu memesan makanan dalam porsi banyak.

     Setelah pelayan menunggu, Amira tersenyum sambil menunjuk menu. “Aku pesan bakso urat spesial satu, terus sop buntut lengkap dengan nasi satu. Minumnya... hmm... jus mangga sama jus stroberi.”

     Iqbal menoleh cepat, alisnya sedikit terangkat. “Amira ... itu untuk berdua ya?” tanyanya setengah bercanda, meski ada nada heran yang jelas.

     Amira tersenyum polos. “Tidak, Kak. Itu semua untuk aku.”

     Sekilas, wajah Iqbal kaku. Ia menahan diri untuk tidak bereaksi berlebihan. “Oh ... baiklah.”

     Ia sendiri hanya memesan nasi goreng spesial dengan es teh manis. Setelah pelayan pergi, Amira melirik ekspresi Iqbal yang masih terlihat menahan sesuatu.

     Amira sengaja bersikap santai. Saat pesanan datang, ia langsung menyantap bakso dengan lahap. Tangannya cekatan, gerakannya cepat, namun tetap rapi. Tidak ada kuah yang tumpah atau makanan yang berantakan. Justru gaya makannya menunjukkan ketulusan tanpa dibuat-buat.

     “Enak sekali, Kak. Baksonya kenyal, kuahnya gurih. Kak Iqbal tidak mau coba?” Amira menawarkan, meski ia tahu Iqbal tidak terlalu berminat.

     Iqbal tersenyum tipis. “Tidak usah, Amira. Makan saja," ucap Iqbal berusaha biasa-biasa saja.

     Namun di balik senyumnya, hatinya bergolak. "Amira makannya cepat sekali, dan porsinya banyak. Kalau jadi istriku nanti, bagaimana pandangan orang? Apalagi sebagai istri Bhayangkari, semua mata tertuju pada penampilan dan sikap. Kalau makan seperti ini di acara resmi, apa tidak memalukan?" Iqbal berbicara di dalam hatinya was-was.

     Ia menghela napas dalam-dalam, mencoba menutupi rasa risih yang mulai muncul. Tapi, Amira bukan tidak peka. Ia menangkap perubahan halus pada wajah Iqbal, senyum yang dipaksakan, tatapan yang sesekali berpaling, bahkan tangan yang meremas sendok tanpa sadar.

     Amira tetap melanjutkan makannya. Kini ia berpindah ke sop buntut, dengan semangat yang sama. Jus mangga di sisi kanan, jus stroberi di sisi kiri. Ia meneguk bergantian, membuat ekspresi puas.

     “Kak, Amira memang makannya banyak dan cepat. Dari dulu begini. Kakak tidak masalah kan?” Amira sengaja bertanya, matanya menatap tajam mencari kejujuran.

     Iqbal terdiam sejenak, lalu tertawa hambar. “Tidak ... tidak masalah kok. Kamu kan memang suka makan. Itu hak kamu.”

     Namun sorot matanya mengkhianati kata-katanya. Ada bayangan keraguan, rasa tidak nyaman yang sulit ia sembunyikan. Sudah berulang kali Amira makannya seperti itu, seperti seorang Kowad atau Polwan yang sedang pendidikan yang diburu waktu.

     "Kenapa aku merasa risih sekali?" batin Iqbal. "Mungkin aku harus bisa menerima dia apa adanya, tapi entahlah, penilaian orang lain, terus nanti bagaimana?" Iqbal kembali membatin.

     Amira menunduk sebentar. Dalam hati, ia sudah memberi penilaian, Iqbal terlihat tidak senang melihat dia hari ini makan. Itu artinya ujian ini Iqbal belum lulus ujiannya.

     Tiba-tiba, suara riang memecah suasana. Seseorang berpakaian seragam yang sama seperti Iqbal memasuki kafe.

     "Bang Iqbal! Eh, kebetulan sekali ketemu di sini."

     Keduanya menoleh. Amira tertegun melihat seorang perempuan berseragam polisi wanita, dengan wajah cantik dan senyum penuh percaya diri, menghampiri meja mereka.

     “Oh, Rindi....!" Iqbal berdiri menyambut. “Kamu juga makan di sini?”

     “Iya, lagi istirahat. Ternyata Bang Iqbal juga di sini, ya?" Pandangannya lalu beralih ke Amira, menilai dari ujung kepala hingga kaki. “Oh, ini...?” serunya setengah bertanya.

     Amira tersenyum sopan. “Saya Amira, teman Kak Iqbal.”

     Rindi mengangguk singkat, tapi sorot matanya jelas memperlihatkan ketertarikan pada Iqbal. “Wah, Bang Iqbal jarang-jarang bisa makan santai ya. Biasanya sibuk terus.”

     Iqbal hanya tersenyum. Namun Amira bisa melihat bagaimana Rindi mencoba mendekatkan diri pada Iqbal. Duduk tanpa diminta, Rindi memesan minuman lalu melanjutkan percakapan.

     “Ngomong-ngomong, Bang... minggu depan ada acara Bhayangkari, kan? Aku dengar Kak Iqbal ditunjuk jadi salah satu panitia keamanan. Wah, bangga sekali. Kalau punya pasangan, pasti ikut bangga juga ya.” Rindi melirik sekilas ke arah Amira dengan senyum samar.

     Ucapan itu seperti sindiran halus. Amira hanya tersenyum tenang, tapi hatinya menangkap maksud tersembunyi, Rindi ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih pantas berada di sisi Iqbal, apalagi masih dalam dunia kepolisian.

     Iqbal tertawa kecil, mencoba mengalihkan. “Ah, biasa saja. Itu kan bagian dari tugas.”

     Namun sepanjang percakapan, Iqbal terlihat lebih cair bersama Rindi dibanding dengan Amira. Tatapannya lebih lepas, ekspresinya lebih hidup. Sementara saat menoleh ke Amira, wajahnya kembali canggung, seolah teringat pada keganjilan barusan, cara Amira makan.

     Amira menatap diam-diam, mencatat semua dalam hati. Inilah bedanya Yoda dan Iqbal.

     Setelah beberapa menit, Rindi pamit kembali ke kantornya. Ia melangkah pergi sambil melontarkan senyum terakhir pada Iqbal, senyum yang menyimpan arti lebih.

"Oh ya, Bang, aku duluan ya. Aku masih harus ke kantor," pamitnya tanpa menoleh ke arah Amira. Iqbal mengangguk diimbuhi senyum.

     Suasana meja kembali hening. Amira menyelesaikan sisa jusnya, lalu tersenyum kecil.

     “Kak Iqbal,” ucapnya pelan. “Terima kasih sudah meluangkan waktu makan bersama Amira. Maaf kalau Amira banyak makan. Dari dulu memang begini adanya.”

     Iqbal mengangguk kaku. “Tidak apa-apa.”

     Namun Amira bisa membaca jelas bahwa dalam hati, Iqbal tidak sepenuhnya menerima. Ada beban, ada gengsi, ada keraguan besar yang ia simpan.

     "Ujian ini sudah cukup," batin Amira. "Aku sudah tahu jawabannya."

     Meski ia masih menjaga senyum di bibirnya, dalam hati Amira sudah mulai condong membuat keputusan. Iqbal belum bisa menerima dirinya apa adanya. Dan itu adalah hal yang sangat penting bagi Amira.

1
Esther Alviah Ekawati Paulus
Sukses selalu adek Lina dalam menulis dan suka dengan karakter Yoda yang move on dari Aika, serta mantan tunangannya.
Lina Zascia Amandia: Mksh byk Bun.... 🥰🥰🥰
total 1 replies
dewi_nie
jodoh Amira SDH terlihat jelas hilalnya..
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
dewi_nie
si Iqbal masuk jebakan Batman Amira..
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
Lina Zascia Amandia: Heheheh.... ikutan kenyang sampe perut gak muat.
total 1 replies
dewi_nie
semoga Serelia segera mendapatkan pengganti Yoda.
Marya Dina
wes mir coba tes lgi yoda nya.soal nya emak mu ini.kyak nya koo sreg.ma yoda dr pada ma babal.minta saran juga ma saka jangan lupa😁☺️
Supryatin 123
pilih sesuai hati yg paling dalam amira.minta petunjuk kpd Allah SWT.lnjut thor 💪💪💪
K4RL4
akuh mendukung mu dengan yoda, amira. ni akuh kasih bunga mawar merah biar kamu semangat milih yoda, ga perlu ragu utk buang iqbal sejauh mungkin.
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.
Lina Zascia Amandia: Mksh Kak...
total 1 replies
Marufah Rufah
udah mir ngk usah pusing2 pilih aja Yoda ,,, dia lebih tulus lebih Nerima km apaadanya ngk kyak Iqbal blum apa2 udh bandingin km sm cwek lain
Rina
Udah deh pilih Yoda aja Amira , sepertinya dia mau menerima kamu apa adanya gak seperti Iqbal yang harus mengikuti keinginannya 🫢🫢🫢
Ayudya
ayo lah Mira lebih baik Yoda dari pada Iqbal yg gede gengsi
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt mba othor
ana nuryana
/Smile/
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka banget .😍😍
Lina Zascia Amandia: Mksh byk Kak...
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
suka cara Amira menguji calon pasangannya, mana yg lebih mau menerima aliran apa adanya, dan Amira dapat bonus kenyang ..🤣🤣🤣
Lina Zascia Amandia: Aliran dana inginnya ya... heheheh
total 2 replies
Siti Nurjanah
aamiin
Marufah Rufah
jangan di luluskan ujian untuk Iqbal ,,, biar Amira sama Yoda aja thorr
Lina Zascia Amandia: Hehehh......
total 1 replies
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Yuliana Tunru
nah mulai tau kan beda kedua x yg mana tulus dan mn yg agak2 terpqksa jg kaget..
Marya Dina
fiiling kita sama amira.
iqbal gk cocok
rnak yg lebih tua iya kan ehhh mapan buka n tua ding🤣😁😁☺️
Marya Dina: iya itu maksut nya😁😁😁
total 2 replies
Marya Dina
aku denger lhoo bal ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!