NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 19

DI Sana masih tampak seseorang sedang mengawasinya. Orang itu bersembunyi di balik dua batang pohon yang tumbuh merapat, bagaikan pohon kembar siam.

"Dianti, aku ke sana untuk satu urusan penting dan berbahaya. Aku tak bisa membawamu!"

"Tidak mau, tidak mau... aku tidak mau ditinggal!" Rengek Dianti lagi sambil kedua kakinya menghentak-hentak seperti anak kecil. Rengekan itu membuat Suto merasa ingin membentaknya, tapi ia tak tega lakukan hal itu. Suto hanya menggeram dengan gigi menggeletuk, sementara matanya melirik ke arah semak-semak seberang.

Akhirnya pendekar tampan itu berbisik,

"Dianti, Di sana ada orang yang mengintai kita. Aku ingin menangkap orang itu dan menanyai apa maunya."

"Hahhh...?! Ada orang mengintai kita? !" Dianti justru berteriak keras-keras dengan wajah menegang takut. Tentu saja teriakan itu didengar oleh si pengintai. Akibatnya, mata Suto Sinting melihat bayangan si pengintai melesat ke arah lain. Mungkin

"Sial!" Gerutu Suto dengan gigi terkatup rapat. la menahan jengkel karena tak bisa menyingkirkan kedua tangan Dianti yang berpegangan baju buntungnya kuat-kuat. Bisa saja Suto menyentakkan tangan itu. ia takut membuat si gadis menjerit dan sakit hati, Juga takut kalau bajunya robek tanpa ada penambalan.

Karena itu, Suto Sinting hanya mengikuti gerakan bayangan itu sejauh mata memandang, tanpa menghiraukan rengekan Dianti yang bernada manja itu.

"Suto, aku di sini sendirian! Aku takut sekali. Tolong jangan tinggalkan aku, Suto. Bawalah aku pergi jika kau ingin pergi. Nanti kalau aku sudah n pulang ke Kadipaten Buranang, silakan kau pergi sendirian. Tapi untuk sementara ini, tolong... tolong. Suto. Jangan tinggalkan aku sendirian, Suto. Aku tidak mau menjadi abu seperti mereka!" Rengekan manja dan permintaan yang mengharukan itu hanya bisa dijawab oleh Suto dengan

tarikan napas panjang. Tapi dalam hatinya ia masih menggerutu jengkel menghadapi kemanjaan seperti itu.

"Sial betul! Orang itu telah kabur ke timur! Hmmm... sebaiknya aku harus mengejarnya biar hatiku tak sepenasaran ini. Tapi... ah, bagaimana mungkin aku mengejar orang itu jika harus membawa Dianti?! Pasti aku harus mengimbangi kelambanan gerak larinya, dan itu sama saja membiarkan orang tersebut minggat lebih jauh lagi?!"

Tiba-tiba timbul gagasan di benak Suto. Gagasan itu membuat tangan Suto Sinting bergerak cepat, menotok jalan darah Dianti. Desss...! Dianti terkena totokan Suto Sinting di bawah ketiaknya.

Seketika itu juga si gadis jatuh terkulai bagai tak bertulang lagi. Suto Sinting menangkapnya, lalu segera memanggul tubuh si gadis di pundak kirl, dan la pun melesat mengejar si pengintai yang bergerak ke timur.

Zlaapp, zlaapp, zlaap...!

Jurus 'Gerak Siluman' yang berkecepatan seperti gerakan cahaya itu dipergunakan oleh Pendekar Mabuk. Kecepatan gerak itu diharapkan dapat menyusul si pengintai yang melarikan diri. Tapi agaknya si bayangan yang lari ke timur itu juga punya kecepatan gerak yang lumayan, Sehingga Suto tak bisa mengejarnya dalam waktu singkat.

"Untung aku tadi sempat melihat pakaiannya yang berwarna kuning dan... oh, agaknya dia mengenakan jubah abu-abu juga! Apakah orang itu yang dikatakan Dianti sebagal orang yang mempunyai bayangan bisa bergerak sendiri?!" ujar Suto dalam hatinya sambil mencari arah orang yang dikejarnya. la tak ingin salah arah, sehingga pengejarannya akan sia-sia.

Wajah angker muncul di lereng perbukitan. Wajah angker yang mirip kuburan tak terawat itu berhadapan dengan wajah cantik

yang mirip rembulan berhias. Mereka saling berhadapan dengan tegang. Tatapan mata mereka saling memancarkan permusuhan. Seakan masing-masinq saling ingin mengirimkan lawannya ke neraka dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Wajah angker itu milik seorang lelaki berjubah abu-abu dengan rambut putih sebahu tanpa ikat kepala. la adalah tokoh tua yang dikenal dari Pulau Wingit. Tongkat merah berukir kepala naga mengangakan mulut ke langit mirip asbak, adalah ciri-ciri yang

dikenal oleh para tokoh rimba persilatan. Tongkat seperti itu hanya satu pemiliknya, yaitu si Jahanam Tua, kakek berusia tujuh puluh tahun yang tergolong tokoh aliran hitam.

"Sangat kebetulan sekali kau kutemukan di sini! Dengan begitu aku tak perlu lagi menunggu kelengahan si Pendekar Mabuk. Satu kali gebrakan kau pastl akan modar, Anak iblis!" ujar si Jahanam Tua kepada lawannya yang masih muda, berusla sekitar dua puluh tiga tahun.

Gadis yang digertak tidak merasa takut sedikit pun. Gadis Itu sudah mencabut pedangnya dan siap pergunakan jurus pedang 'Satria Lintah' yang menJadi andalannya. Si Jahanam Tua agaknya tahu kalau gadis itu punya jurus pedang yang cukup berbahaya, Karena itu la selalu menjaga jarak agar tak mudah dijangkau oleh si gadis berjubah tanpa lengan warna jingga,

dengan kutang dan celana komprangnya berwarna biru. Siapa lagi yang memiliki jurus pedang 'Satria Lintah' jika bukan si Burung Bengal dan murid perempuannya yang bernama Karina Larasita.

"Kali ini kau akan salah duga, Jahanam Tua. Nyawamu yang akan kukirim ke neraka tanpa ragu-ragu lagi!" ujar Karina dengan mata mengecil memancarkan kebencian dan dendam. Sebab dari dulu si Jahanam Tua selalu ingin mencelakakan dirinya.

Bahkan terakhir kali Jahanam Tua nyaris berhasil membunuh Karina bersama sang guru; si Burung Bengal itu. Beruntung waktu itu Pendekar Mabuk segera datang menolong, Jahanam Tua larikan diri dalam keadaan luka, dan si pemuda tampan itu

akhirnya berkenalan dengan sang gadis dan gurunya.

Jahanam Tua memutar separo lingkaran, mencari kesempatan bagus untuk lepaskan serangan yang mematikan. Sambil mereka bergerak memutar.penuh waspada, si Jahanam Tua serukan kata dengan pandangan matanya yang dingin.

"Kall ini aku tak akan gagal! Kali ini hancurlah kau, Karina! Musnah sudah keturunan sl keparat Rukmina yang menjadi ibu harammu!"

"Tutup mulutmu, Jahanam Tua!" bentak Karina.

"Sekali lagi kau sebut-sebut nama mendiang ibuku, Pedangku akan merobek mulutmu dan kubiarkan terbenam di tenggorokanmu!"

"Jangan sesumbar dulu, Anak Iblis! Terimalah ajalmu sekarang juga! Heaaah...!" Jahanam Tua sentakkan kaki kirinya ke tanah.

Deess..I Tubuhnya melesat seperti anak panah dengan tongkat dihantamkan ke kepala Karina.

Wuuut...! Weeess...!

Karina nyaris tak melihat gerakan si Jahanam Tua. Gerakan pedangnya yang terangkat ke atas adalah gerakan naluri yang di luar pemikirannya. Pedang itu beradu dengan kepala tongkat merah. Trak, duaaarrr...! Benturan tongkat dengan pedang hasilkan satu ledakan yang memancing perhatian seseorang di balik perbukitan itu. Rupanya tenaga dalam yang disalurkan dalam tongkat itu lebih besar daripada yang disalurkan dalam pedang, sehingga Karina terlempar ke samping dan berguling-guling. Pedang nya terlepas dari genggaman tangan dan jatuh dalam jarak tiga langkah darinya.

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!