NovelToon NovelToon
Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sekarani

Tari tiba-tiba jadi buronan debt collector setelah kekasihnya menghilang berbulan-bulan. Tari dipaksa melunasi utang Rp500 juta meski dirinya tak pernah mengajukan pinjaman sepeser pun.

Putus asa mendapat ancaman bertubi-tubi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Tari mendadak dapat tawaran tak terduga dari Raka.

Pewaris keluarga konglomerat tersebut berjanji melunasi utang yang dibebankan kepada Tari jika gadis itu mau menjadi istrinya. Raka bahkan bersedia membantu Tari balas dendam pada sang kekasih.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekarani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekacauan di Kafe

Tari merasa kewalahan. Andai bisa mengajukan surat pengunduran diri dari posisinya sebagai istri pewaris Bhaskara Group, Tari akan melakukan itu secepatnya.

Tentu saja niat Tari untuk bercerai dengan Raka masih sekuat batu karang. Hanya saja, bukankah dia mesti balas budi perkara Raka yang membantunya bebas dari jerat pinjol? Bagaimana cara mengumpulkan uang Rp500 juta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya tanpa membawa Tari ke masalah baru?

Tidak ada. Sementara ini, belum ada. Tari tetap harus bekerja sekeras mungkin demi menghilangkan beban utang budi.

Namun, Tari sekarang tak yakin masih punya cukup tenaga untuk menjadi workaholic. Kelas kepribadian oleh instruktur pilihan nenek mertua sungguh membuat energi Tari terkuras habis. 

Ini baru hari pertama Tari ikut kelas kepribadian, tetapi dia sudah sangat frustasi. Saat berkenalan kemarin, sang instruktur terlihat sangat ramah dan bersahabat. Jadi, walau sempat syok dengan begitu banyaknya buku dan modul yang perlu dibaca, Tari tetap optimis dirinya akan baik-baik saja sepanjang kelas.

Tari juga senang karena mereka hanya perlu belajar tiga jam sehari, mulai pukul 9 pagi. Artinya, masih tersisa banyak waktu yang bisa Tari gunakan untuk mencari uang.

Namun, ternyata Tari salah. Tiga jam tidak layak dilabeli 'hanya'. Rupanya itu adalah waktu yang sangat lama dan menyiksa baginya.

Coba bayangkan. Materi pertama hari ini adalah berjalan. Tari pikir dia tidak seburuk itu dalam hal ini. Dia merasa tahu cara berjalan yang baik dan anggun. Dia sanggup berjalan dengan beragam jenis alas kaki, mulai dari sandal jepit hingga sepatu hak tinggi tipe stiletto.

Sayangnya, ternyata Tari hanyalah bocah kemarin sore di hadapan instrukturnya. Postur tubuh, panjang langkah dan kecepatannya, ketukan irama, bahkan soal cara berhenti dan memulainya kembali, semua punya pakem masing-masing.

"Kami nggak akan beranjak ke materi selanjutnya kalau cara jalanku belum dianggap sempurna. Sumpah, capek banget …."

Tari mengeluh pada Sandra yang tak bisa memberikan solusi apa pun selain menyuruhnya sabar.

"Memangnya ada berapa materi?" tanya Sandra.

"Sekitar 20 atau 25? Pokoknya banyak banget. Bahkan ada materi khusus soal cara tersenyum dan tertawa. Capek banget, Sandra …."

Sandra baru saja hendak kembali menanggapi keluhan dengan kalimat penyemangat pasaran saat suara teriakan seseorang menyita perhatian semua pengunjung kafe, tak terkecuali dirinya dan Tari.

Suasana ceria kafe rooftop yang menawarkan keindahan pemandangan senja di tengah kota, mendadak berubah mencekam gara-gara insiden tak diharapkan. Pria yang duduk bersama seorang perempuan di salah satu meja sudut membuat keributan.

Entah apa yang dua orang itu bicarakan sebelumnya, tetapi si perempuan langsung angkat kaki setelah pria yang tampak lebih muda menggebrak meja. 

Namun, pria itu tak membiarkannya pergi begitu saja. Dia menahan si perempuan dengan cengkeraman tangan, pasti sangat kuat dan menyakitkan. Buktinya, sampai berteriak sekeras itu.

"Mau ke mana kamu?! Jangan harap kamu bisa kabur!"

Pria tersebut kini tampak mencengkeram kedua bahu si perempuan. Melihat bagaimana dia hanya bisa menunduk sambil memejam mata, perempuan itu pasti sangat ketakutan dan butuh bantuan.

Sementara Tari memerhatikan dua orang itu dari kejauhan, Sandra celingukan mencari bantuan. Ada beberapa karyawan kafe yang melihat kejadian itu, tetapi mereka tampak ragu ikut campur. 

"Aku cari petugas sekuriti dulu. Kamu diam di sini, ya. Oke?" kata Sandra pada Tari sambil beranjak dari kursi.

Baru jalan tiga langkah, Sandra dan pelanggan lainnya kembali dibikin syok karena situasinya semakin parah. Pria itu menampar si perempuan dengan sangat keras hingga tubuhnya oleng dan tersungkur di lantai.

"Jangan sok lemah! Bangun! Kamu mau pergi dari sini, 'kan? Ayo, pergi! Mau ke mana? Aku antar! Mau ke mana?!”

Pria itu memaksa si perempuan bangkit dengan menarik lengannya. Tak peduli dengan rintih kesakitan yang terdengar memilukan.

Beberapa pelanggan mulai terdorong untuk menolong si perempuan, tetapi belum ada yang benar-benar bertindak. Sandra akhirnya buru-buru berlari keluar untuk segera mencari petugas keamanan.

Sandra yakin dia hanya pergi tak lebih dari semenit. Namun, saat kembali masuk kafe bersama beberapa petugas sekuriti, dia mendapati Tari sudah maju lebih dahulu dan tengah adu pandang dengan pria kasar pembuat onar.

"Perempuan itu terlalu berani."

"Takut banget dia bakal kena tampar juga."

"Ini kenapa orang sekuritinya nggak gercep, sih?"

Kasak-kusuk para pelanggan bikin Sandra semakin khawatir. Melihat Tari memegang lengan si pria, Sandra tebak sahabatnya itu pasti baru saja nekat menghentikan pelaku yang mungkin hendak menampar atau memukul korban lagi.

"Jangan ikut campur!"

"Saya harus ikut campur. Anda sudah keterlaluan, jadi saya wajib ikut campur," ujar Tari yang tak gentar dengan bentakan pelaku.

Si pria menghempas kasar tangan Tari. Dia lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, bersiap membungkam Tari dengan tamparan yang dilayangkan sekuat tenaga.

"Kamu tahu siapa saya?! Dasar …"

Sebelum benar-benar menampar Tari, pria itu tiba-tiba jatuh terjerembap menubruk meja dan kursi yang ada di dekatnya. Hidungnya bahkan langsung mengeluarkan darah karena terbentur kuat.

"Sampai ada lecet sedikit saja, nyawa Anda taruhannya …."

1
Fitria Agustina
makin penasaran, sebenarnya saat terjadi peristiwa apa yg menimpa raka lalu tari menolongnya
Sekarani
maaf yaa menunggu lama/Hey/
Fitria Agustina
di tunggu lanjutannya thor..
R. Danish D
ah sakit telinga, tolong
R. Danish D
baru mulai udh kissu kissu
tapi aku suka gaya penulisan authornya
Sekarani: makasih yaaaa
semoga betah bacanya sampai ending nanti❤
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. Ceritanya keren.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan.
semangat menulis terus ya
Sekarani: wah makasih yaaaa /Smile//Smile//Smile/

semangat dan sukses selalu untuk kita🔥
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal thor..
Sekarani: halo! makasih udah mampir kak/Heart/
total 1 replies
Sekarani
Halo! Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat adalah karya pertamaku di NovelToon /Heart/

Terima kasih untuk dukungannya! Semoga suka dengan kisah yang disajikan /Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!