Anak Kembar Ketua Gangster

Dokter Arthur keluar dari kamar setelah memeriksa Dean. Ia kini berada di ruang tamu sedang berbicara dengan Jane. Ada hal yang harus disampaikan Arthur mengenai kondisi kesehatan Dean yang sebenarnya kurang baik. Jane jelas belum tahu soal rekam medis Dean, dan ini adalah kesempatan Arthur untuk memberitahu Jane.

" Semua berawal dari 4 tahun yang lalu Nyonya, saya diminta oleh Pablo Martinez dan Elizabeth Martinez untuk merawat Tuan Dean. Saya di minta memberikan obat penghambat kerja otak, dimana obat tersebut akan membuat Tuan Dean tidak bisa mengingat kenangannya. Dalam hal ini amnesia itu terus dipertahankan, bukan untuk diobati agar dapat sembuh tapi dibuat semakin terus lupa. Dan mungkin sakit kepala Tuan saat ini adalah efek samping dari obat tersebut. Sepemahaman saya, frekuensi sakit Tuan semakin bertambah sekarang. Setiap Tuan mencoba menggali ingatannya, maka dia akan semakin merasakan sakit, dan sekarang mulai berada di level tidak tertahankan."

Penjelasan Arthur membuat Jane terhenyak. Dia tidak menyangka Dean mengalami kesusahan seperti itu. Bisa ia lihat sekarang bahkan Dean hanya seperti cangkang kosong. Jiwa Dean tidak ada di sana, dia hanya seseorang yang bahkan tidak tahu siapa dirinya sendiri. Meskipun begitu, Jane masih salut dengan Dean karena mampu membuat rencana yang hebat yakni memalsukan kematiannya.

" Maaf, lalu setahun sebelumnya apakah Dokter Arthur tidak tahu menahu?"

Arthur menggeleng cepat mendengar pertanyaan dari Jane. Dia memang baru diminta merawat Dean setelah Dean sudah dalam kondisi fisik yang baik.

" Baiklah Dokter Arthur, terimakasih untuk kesediaan Anda datang memeriksa Dean. Oh iya, jika nanti kakak saya datang, saya harap Anda berkenan untuk bisa menjelaskan apa saja yang Anda lakukan kepada Dean selama 4 tahun ini. Kemungkinan kakak saya akan sampai malam ini. Nanti saya akan menghubungi Anda lagi."

" Apakah kakak Nyonya adalah seorang dokter?"

Jane mengangguk, Arthur pun paham. Dia tentu saja siap untuk membantu, bagaimanapun dia ikut andil dengan apa yang menimpa Dean saat ini. Arthur meresepkan obat penghilang rasa sakit. Hanya diminum ketika Dean mengalami sakit kepala yang seperti tadi lagi.

Arthur pamit untuk kembali ke rumah sakit, Jane mengantarkan Arthur sampai di pintu depan. Setelah itu ia menghubungi Joy bahwa hari ini dia tidak akan datang ke perusahaan karena Dean tidak dalam kondisi tubuh yang baik.

" Haruskah aku memasak sesuatu. Ya sebaiknya begitu, masakan kesukaan anak-anak," gumam Jane. Ia tersenyum saat menuju ke dapur. Kegiatan ini yang dulu sering ia lakukan jika menunggu Dean pulang kerja.

Bibi Lucy sedikit heran saat melihat sang nyonya masuk ke dapur. Selama datang ke rumah ini, ia baru kali ini melihat Jane memasak. Setelah mengamati beberapa saat, bisa Bibi Lucy lihat, Jane memiliki skill memasak yang mumpuni juga.

" Waaah, tidak saya sangka ternyata Nyonya hebat juga dalam memasak. Tapi Nyonya, kalau boleh saya tahu ini apa ya?"

Bibi Lucy menatap heran dengan apa yang Jane masak. Dia belum pernah melihat masakan itu sebelumnya. Sebuah soup tapi tidak menggunakan cream atau susu. Kuah soup itu bening namun berwarna sedikit kuning. Dan ada kondimen lain yakni kubis, kecambah, mie dan juga bola-bola kentang. Tadi Bibi Lucy melihat Jane mengupas kentang yang kemudian digoreng lalu ditumbuk, setelah itu dicampur dengan bumbu dan telor. Kemudian saat sudah dibentuk menjadi bola-bola lalu digoreng kembali.

" Ooh ini adalah masakan khas Negara I Bibi Lucy, namanya soto ayam, dan yang bulat-bulat ini dinamakan perkedel kentang. Ethan dan Emma sangat suka. Ini pas sekali dimakan saat cuaca dingin begini. Nanti Bibi ikutan makan ya."

Jane begitu puas dengan hasil masakannya, saat dia melihat nya kembali Jane bau ingat bahwa ternyata itu juga merupakan makanan kesukaan Dean selama di Tanah Air. Akhirnya ia berinisiatif untuk membawakan makan siang kepada Dean. Ia membawakan soto ayam dengan perkedel, tidak lupa sambal nya juga.

" Entahlah, Dean masih suka ini atau tidak," gumam Jane lirih.

" Apakah perlu saya banyu Nyonya?" tawar Bibi Lucy.

" Tidak perlu Bi, aku bisa kok. Jika Bibi tidak sibuk, boleh kah minta tolong untuk membereskan kekacauan yang aku buat," ucap Jane dengan senyuman.

" Baik Nyonya, tidak perlu khawatir, saya akan membereskannya segera."

Jane tersenyum, ia kemudian berjalan menuju ke kamar dengan membawa nampan yang berisi nasi, soto ayam, dan juga air teh panas. Jane membuka handle pintu dnegan satu tangan lalu mendorongnya menggunakan punggung. Ternyata Dean sudah bangun. Saat ini dia duduk di samping jendela melihat salju yang sedang turun.

" Sudah bangun, mau makan siang?"

" Ya, maaf sudah merepotkan kamu."

Dean merasa tidak enak dengan apa yang terjadi pada dirinya. Dia merasa tidak berguna sebagai seorang pria.

" Tidak merepotkan, mungkin sedikit membuat hati tergelitik, tapi kamu adlaah suamiku dan ayah dari anak-anak ku. Fakta itu tidak terbantah karena kita memiliki sertifikat pernikahan. Sudah tidak perlu dibahas. Sekarang makanlah.entah kamu masih suka ini atau tidak."

Dean sedikit terkejut dengan kata-kata Jane, ia tidak menyangka Jane akan berkata seperti itu. tapi setelah itu fokus Dean ke arah soto ayam yang ada di depannya.ia melihatnya dengan sedikit aneh, tapi Dean merasa familiar. Ia pun memberanikan diri untuk mencobanya. Dean menyuapkan satu sendok kuah ke mulutnya. Matanya terpejam sesaat menikmati rasa yang menyatu di lidah.

" Ini sungguh enak. Aku seperti pernah memakannya, tapi aku lupa. Rasa ini begitu akrab di lidah ku." Dean berucap takjub, ia sungguh merasa dirinya sering makan itu.

" Baguslah kalau kamu masih suka. Kamu paling suka nasi yang dipisah begitu. Dan entah kamu percaya atau tidak, soto ayam merupakan makanan favoritmu, sama dengan Ethan dan Emma juga menyukainya."

Air mata Dean menetes, berapa banyak hal yang ia lupakan. Dia sungguh sedih akan hal tersebut. ia sedih karena sepertinya banyak melupakan kenangan indah di dalam hidupnya.

" Maafkan aku, maafkan aku yang belum bisa mengingat kalian."

" Tidak maslaah, kita bisa pelan-pelan untuk mengingat nya nanti."

TBC