Angkasa Djiwa adalah pengusaha sukses yang suka membual, suatu hari ia dikerjai temannya dan ditinggalkan di suatu kampung di pinggiran Jakarta tanpa identitas. Beruntung Djiwa ditolong oleh Mawar, Janda Bohay penjual ayam geprek yang baru pulang belanja di pasar.
Djiwa yang tertarik dengan Mawar menyembunyikan identitasnya dan berakting menjadi pemuda polos dari kampung yang terkena hipnotis. Kisah cinta mereka pun dimulai.
Bagaimana perasaan Mawar saat tahu Djiwa bukan pemuda kampung yang ia kenal? Bagaimana juga dengan Djiwa dan keluarganya saat tahu kalau Mawar adalah mantan narapidana yang dihukum karena membunuh mantan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah Tempat Jualan
Djwa dan Mawar berbagi tugas. Mawar bertugas menjaga warung, sementara Djiwa mencari ruko yang cocok untuk Mawar berjualan. Djiwa sengaja mencari ruko yang letaknya strategis dan mudah dijangkau oleh pembeli.
Saat tak ada Djiwa, warung Mawar kembali ramai. Fans Mawar kembali datang berkumpul dan menggoda Mawar. Rupanya mereka tak peduli kalau saat ini Mawar sudah memiliki suami. Bagi mereka, Mawar tetaplah Janda Bohay yang layak untuk diperjuangkan meskipun kini statusnya sudah menjadi istri orang.
"Mawar kelihatan capek banget sih semenjak menikah? Coba Mawar jadi istriku, pasti dengan sukarela akan aku pijitin tiap malam agar Mawar tidak lelah dan terlihat mengantuk terus," goda pemuda berkulit hitam yang kembali makan di warung ayam geprek milik Mawar.
Mawar menunduk malu karena dibilang terlihat lelah. Memang benar ia terlihat lelah. Setiap malam Djiwa selalu mengajaknya berhubungan suami istri. Djiwa kini sudah mulai mengerti dan malah mengajak Mawar mencoba berbagai gaya baru yang ia dapat dari hasil browsing di internet.
Mawar tidak pernah keberatan, ia selalu merasa puas dengan apa yang dilakukan oleh Djiwa. Hanya saja Mawar jadi cepat lelah. Bagaimanapun Mawar harus tetap berjualan dan melayani pembeli yang datang. Ia merasa selalu kurang tidur namun tuntutan mencari nafkah membuatnya menunda keinginan untuk tidur lebih lama.
"Namanya juga pengantin baru, Mas. Pasti sedang menikmati momen bahagia berdua," balas mawar membuat pemuda berkulit hitam mencibirkan bibirnya.
"Setelah menikah kamu bahagia tidak Mawar? Kalau tidak bahagia aku bisa kok memberikan kamu kebahagiaan yang tidak diberikan oleh suami kamu," rayu bapak-bapak berkoyo.
"Alhamdulillah sampai saat ini Mas Djiwa selalu membahagiakan aku. Bapak doain saja ya semoga rumah tangga kami selalu rukun dan langgeng sampai maut memisahkan," jawab Mawar.
"Kalau mendoakan kamu, saya jadi sedih dong. Padahal saya lebih senang saat kamu menjadi janda. Peluang saya lebih besar untuk mendapatkan kamu. Sekarang, kamu sudah jadi istri orang. Kamu tenang saja, saya tetap menunggu kamu kok, Mawar. Andai kamu berubah pikiran dengan suami kamu dan tidak bahagia, aku siap menunggu jandamu kembali," kata bapak-bapak berkoyo yang diiyakan oleh semua bapak-bapak yang ada di warung Mawar.
"Saya juga siap nunggu."
"Saya juga."
"Saya waiting list ya!"
Mawar geleng-geleng kepala melihat ulah bapak-bapak tua yang semakin menjadi-jadi saja. Mereka terkadang menjadi hiburan yang membuat Mawar tidak bosan ketika berjualan. "Maaf bapak-bapak semua, aku mau ngasih pengumuman. Rencananya, warung aku mau pindah."
"Pindah? Pindah kemana? Kamu mau ikut suami kamu? Yah ... kita nggak ada hiburan dong?" tanya pemuda berkulit hitam bertubi-tubi.
"Insya Allah pindahnya tidak jauh dari sini. Rencananya aku mau menyewa ruko agar warung aku bisa lebih besar lagi, jadi bapak-bapak bisa makan dengan nyaman. Nanti, kalau aku pindah kalian tetap mampir ya ke warung aku!" kata Mawar sambil tersenyum ramah.
"Oh nggak jauh. Tentu dong, kita pasti akan mampir. Warung Mawar itu bagaikan surga buat kami bapak-bapak yang sudah jenuh di rumah. Mawar tak pernah marah kalau kami goda. Meskipun kesal, Mawar hanya terlihat ketus tapi tidak benar-benar marah. Mawar seakan menjadi penghibur bagi kami yang merasa bosan di rumah. Jadi, kemanapun warung Mawar pindah, kami pasti akan datang!" kata bapak-bapak berkoyo yang lagi-lagi diiyakan oleh bapak-bapak lainnya.
Mawar tersenyum senang. Semua fans yang mendukungnya selama ini juga akan mendukung usahanya di manapun berada. "Terima kasih ya bapak-bapak semua. Saya senang bisa mengenal bapak-bapak di sini, semuanya baik sama saya."
"Kita juga senang mengenal Mawar," kata bapak-bapak yang ada di warung dengan kompak. Mereka semua pun tertawa bersama dan kembali menggoda Mawar dengan mengeluarkan rayuan mautnya masing-masing.
****
Djiwa pulang ke rumah kontrakan Mawar saat adzan maghrib berkumandang. Djiwa membawakan Mawar sebungkus martabak telur spesial. Djiwa sebenarnya sejak tadi tidak benar-benar mencari ruko. Djwa sibuk meeting di kantornya.
Tugas mencari ruko ia amanatkan kepada anak buahnya yang layak dipercaya. Ruko yang dipilih pun adalah ruko yang masih masuk dengan budget uang yang Mawar memiliki. Semua bertujuan agar Mawar tidak menaruh curiga.
Pulang dari meeting, Djiwa lalu mampir ke ruko yang telah dipilihkan oleh anak buahnya. Djiwa langsung setuju karena tempatnya cocok dan strategis untuk memulai usaha baru. Djiwa pun menceritakan tentang ruko yang ia pilih. Bagaimana situasi di sekitar ruko dan lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah Mawar.
"Maaf ya Mas tadi lama, Mas harus mampir dulu ke rumah Rendi. Tadi Rendi minta tolong agar Mas membantu sedikit pekerjaannya. Kamu tidak marah 'kan Mas pulang agak malam?"
"Tak apa, Mas. Toh Mas Djiwa jarang pergi keluar kecuali memang ada pekerjaan dari kantor. Mawar mengerti. Mengenai ruko yang Mas pilih, Mawar setuju saja. Letaknya juga tidak jauh dari rumah kontrakan ini. Pasti para pelanggan Mawar juga akan tetap datang karena jaraknya yang dekat dengan lokasi sebelumnya. Mawar setuju saja dengan rencana Mas Djiwa," kata Mawar.
Beberapa hari kemudian Mawar dan Djiwa pindah rumah. Semula mereka menempati rumah kontrakan petak 3 pintu, kini mereka menempati ruko 2 lantai. Di lantai atas mereka gunakan sebagai tempat tinggal dan di bawah khusus untuk Mawar berjualan ayam geprek.
Djiwa membuatkan konsep bisnis Mawar yang baru. Ada menu baru yakni ayam geprek hot plate. Ayam geprek yang disajikan di atas hot plate dengan disiram bumbu steak dan di atasnya diberi sambal yang pedas.
Sebelum membuka bisnis barunya, Djiwa melakukan beberapa promosi, diantaranya adalah membagikan selebaran kepada orang-orang yang lewat. Djiwa turun tangan langsung, namun sambil memakai masker agar wajahnya yang lumayan terkenal tidak dikenali oleh orang-orang yang berada dalam ruang lingkup barunya.
Djiwa juga mendaftarkan Mawar di beberapa aplikasi, kini Mawar menerima pesanan dalam bentuk langsung ataupun online. Persiapan pembukaan toko ayam geprek Mawar pun hampir 90 persen. Djiwa berharap usaha Mawar akan sukses dengan begitu ia bisa buktikan pada kedua orang tuanya kalau dirinya memilih pasangan yang tepat.
"Huft ... capek ya Sayang!" kata Djiwa sambil merebahkan tubuhnya di atas lantai.
"Mas mau aku buatkan es jeruk peras pakai madu?" tawar Mawar.
"Tidah usah. Nanti Mas ambil sendiri air putih dingin dari lemari es. Bagaimana menurut kamu tentang ruko dan konsep bisnis baru kamu?" Djiwa berbalik badan dan menyanggah kepalanya dengan kedua tangan.
"Bisnis baru kita, Mas. Sekarang bisnis ini tuh punya kita, bukan aku seorang," ralat Mawar. "Aku suka strategi Mas memajukan bisnis. Aku saja tidak menyangka kalau Mas sepintar ini. Terkadang aku berpikir kalau Mas bukanlah pemuda kampung yang terkena hipnotis loh."
"Masa sih? Apa yang kamu pikirkan tentang aku?" tanya Djiwa.
"Mas itu ... seperti pengusaha muda yang sukses dan pintar. Yang biasanya mengenakan jas mahal dan turun di lobby dari mobil mewah," jawab Mawar.
Djiwa menelan salivanya dengan susah payah. "Apa Mawar mulai mencurigaiku ya? Atau Mawar sebenarnya tahu siapa aku?" batin Djiwa.
****
negara Konoha kebanyakan beking and bekap.......