Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.
Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.
Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diandra Ayunda
Flash Back
Diandra tidur di pangkuan ibunya dalam mobil yang membawanya pergi.
Reno dan Silvy tidak percaya nasib buruk yang menimpa putri mereka. Diperkosa di rumahnya sendiri. Reno menyesali dirinya yang langsung gelap mata menuduh Diandra. Berulang kali ia memukul kemudi untuk melampiaskan emosinya terhadap Anwar.
“Bun, ini salah. Anwar harus dilaporkan ke polisi.”
“Ayah, sudahlah. Dalam hal ini Bunda pengin kita mendengarkan Diandra. Anak kita sudah mohon-mohon agar tidak ada orang lain yang tau.”
Reno mendengus. Terbayang wajah Anwar. Jika bukan karena Diandra bersimpuh dan memegang kakinya, ia sudah menghajar bocah sialan itu.
Kendaraan mereka menembus padatnya ibu kota menuju ke kampung halaman di Jawa Timur.
Beberapa minggu setelah menetap di kampung, Diandra merasakan perubahan pada tubuhnya. Ketakutan dirinya hamil menjadi kenyataan. Sedemikian rupa berusaha menyembunyikan kehamilan, akhirnya ketahuan juga.
Para tetangga mencemooh bahkan akhirnya mereka sepakat mengusir Diandra dan keluarganya agar tidak menjadi contoh bagi anak-anak muda di sana.
Nenek Diandra akhirnya menyuruh Reno dan keluarganya pergi karena tidak kuat menghadapi desakan tetangga-tetangganya. Ia menelepon adiknya yang tinggal di Surabaya. Adiknya berbaik hati menampung Diandra dan keluarga.
Diandra berhenti sekolah, karena takut menghadapi bully dan cemooh orang terhadap dirinya. Sementara bercerita bahwa dia adalah korban ruda paksa tidak banyak membantu. Tetap saja Diandra dianggap sebagai pihak yang salah.
Pernyataan-pernyataan seperti, ‘Ah mungkin kamu bajunya terlalu seksi.’ Atau ‘kamunya genit pasti, jadi masnya nggak kuat nahan.’ Begitu menyakitkan didengar.
Diandra memutuskan untuk tinggal di rumah dan membuat kue-kue. Setidaknya ia bisa melupakan hidupnya yang berantakan.
Di usia kehamilan menginjak empat bulan, Diandra merasakan sakit yang sangat hebat di perutnya. Dokter mengatakan bayinya sudah meninggal dalam perut.
Walau ia tidak menginginkan kehamilan itu namun saat bayinya dinyatakan meninggal, Diandra kembali terpuruk. Setelah menjalani prosedur kuret, butuh waktu satu tahun bagi Diandra untuk memulihkan kesehatan fisik dan mental.
Merasa lebih kuat secara fisik dan mental, ia kembali ke bangku sekolah. Diandra bertekat mengejar ketinggalan, berusaha keras hingga ia masuk ke sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta dengan beasiswa.
Reno mencari tahu bahwa Anwar dan keluarga pindah ke Padang. Anwar sendiri sudah kuliah di Belanda. Dengan informasi itu, Reno mengijinkan Diandra untuk ke Jakarta.
Di sanalah pelangi kebahagiaan mulai terbit di kehidupan putrinya.
Diandra bertemu Darius Anantara. Seorang pemuda sederhana asal Padang. Sederhana namun memiliki semangat untuk berhasil.
Darius mahasiswa cerdas, sering ikut lomba sehingga mendapat hadiah uang. Tidak hanya ditabung, uang tersebut diinvestasikan ke saham saat semua sedang anjlok.
Ketika saham-saham booming, Darius melepas dengan keuntungan yang bagus. Kemudian Darius membeli rumah kontrakan sederhana satu pintu. Dari sana ia mendapatkan penghasilan bulanan yang dipakai untuk membeli rumah kontrakan ke dua.
Lama kelamaan, Darius bisa membeli rumah kecil yang direnovasi sedikit kemudian dijual. Demikian Darius ulet dalam berbisnis yang menjadi cikal bakal Anantara Group.
Pertemuannya dengan Diandra di kampus menjadikan awal kisah cinta mereka. Diandra yang tertutup sejak kejadian perkosaan atas dirinya tidak sengaja harus bekerja kelompok dengan Darius.
Walau tertutup tapi Diandra tidak dapat menyembunyikan kecerdasannya. Sosok pendiam berubah menjadi seorang yang antusias menyampaikan ide-ide brilian.
Jujur pada perasaannya, Darius mulai melakukan pendekatan ke Diandra. Wanita itu menceritakan kisah mengerikan yang dialami dan mempersilakan Darius jika ingin mundur.
Sebaliknya, keyakinan Darius semakin kuat. Mereka menikah dua bulan setelah pertemuan mereka pertama kali. Keluarga Darius pun menyambut Diandra dengan baik.
Berasal dari kalangan sederhana, keluarga Darius bisa menerima nasib buruk yang mungkin menimpa seseorang. Ayah dan ibu Darius bahkan mengagumi bagaimana Diandra bisa bangkit.
Berita pernikahan Diandra dan Darius sampai juga ke telinga kedua orang tua Anwar. Rasa bersalah yang kembali terkubur muncul kembali.
Di Belanda, Anwar terbelalak melihat foto ijab kabul yang dilakukan Darius dengan Diandra duduk di sampingnya. Dia langsung terbang kembali ke Jakarta untuk menemui keduanya.
***
“Sayang, hari ini sahabatku datang dari Belanda.”
“Sahabat? Kakak belum pernah cerita punya sahabat.”
“Hehehe maafin, kemarin Kakak fokus ke pernikahan kita. Ini sahabatku sejak SMA. Dia lebih dulu kuliah. Kamu tau kan, selepas SMA aku kerja mengumpulkan uang baru setelah itu mendaftar kuliah?” Cerita Darius sambil menoel pipi Diandra karena gemas.
Darius menunjukkan fotonya bersama Anwar. Diandra mencelos menatap teman SMA yang telah merenggut kegadisannya.
Melihat perubahan wajah istrinya, Darius cemburu.
“Kenapa? Dia lebih ganteng, ya? Kaya pula bisa sekolah di Belanda.”
Diandra tidak sanggup berkata-kata. Tapi menceritakan kejadian bahwa Anwar-lah yang telah menghancurkan masa remajanya, mengambil hak kesucian yang harusnya milik Darius, dirinya tak sanggup.
Darius menatap netra istrinya.
“Are you okay?”
“Kak, jangan tinggalin Diandra, ya.”
“Hey, kamu kenapa? Aku malah yang takut ditinggalin kamu setelah Anwar datang.”
Diandra menggeleng, “Aku nggak ikut ketemuan, ya. Hari ini aku ada bimbingan skripsi.”
“Oya?”
Diandra mengangguk.
“Ya udah. Nanti pulangnya Kakak nggak bisa jemput. Ada pertemuan sama anak-anak senat.”
“Aku bisa pulang sendiri, kok.”
Bertemu Anwar adalah hal terakhir yang diinginkan Diandra. Terbayang saat tubuhnya didorong ke atas ranjang, menerima ciuman yang tak dikehendaki, serta kesakitan saat pertahannya diterobos paksa membuat netranya berlinang.
Buru-buru mengambil tas lalu berpamitan, Diandra berharap Darius tidak mengajak Anwar ke rumah mereka.
Harapannya pupus ketika tiba di rumah melihat Darius dan Anwar sedang duduk bercakap akrab di teras.
“Sayang, sini. Rapas senatnya dicancel. Aku ajak Anwar ke rumah buat makan malam,” seru Darius tak sabar ingin mengenalkan wanita pujaannya ke sahabatnya.
“Assalamualaykum,” sapa Diandra lirih lalu mencium takzim punggung tangan suaminya.
“Waalaykumussalam,” sahut dua pria bersamaan.
Mata Anwar berbinar memancarkan kerinduan sekaligus penyesalan. Cinta pertamanya menikah dengan sahabat yang sudah dianggap sebagai saudara.
Diandra hanya menggangguk, napasnya memburu, namun ia berusaha tenang agar Darius tidak bertanya-tanya.
“Diandra, apakabar? Long time no see?”
Darius terbelalak.
“Loh kalian sudah saling kenal? Small world.”
Diandra menempelkan tangannya ke Darius lalu menggandengnya. Seperti meminta perlindungan.
Anwar menyadari betapa bagi Diandra, dirinya adalah monster masa lalu yang tiba-tiba muncul.
“Kami sempat satu SMA sebelum aku pindah ke Padang. Makanya pas aku liat kamu nikah sama Diandra aku spesial datang ke sini. Yus, kamu beruntung mendapatkan Diandra.”
Darius menatap wajah Diandra dengan penuh cinta. Begitu pun Diandra yang merasa aman dengan adanya Darius di sampingnya.
“Yes, I’m the luckiest guy in the world.”
“Well, aku nggak jadi makan di sini. Kayaknya Mama dan Papa ke Jakarta dan minta aku ke hotel. Darius, Diandra, sekali lagi selamat. Yus, jaga dia. I mean it.”
“In syaa Allah. Gue jaga dia. Beneran kamu nggak mau makan? Istriku masakannya enak banget.”
Anwar menatap sekilas ke arah Diandra yang berdiri agak di belakang Darius.
“I know. Next time. Btw, sepertinya aku juga mau nikah. Mama dan Papa jodohin aku sama sepupu jauh. Rianti namanya. Nanti aku kasih undangannya kalian datang, ya.”
“Wah, wah. Satu sama kita. Nikah nggak saling bilang. Maaf ya Bro. Tapi semoga kalian bahagia.”
“In syaa Allah. Pamit Yus, Di.”
Anwar naik ke mobilnya, merelakan wanita yang ia cintai sekaligus pernah ia lukai agar bahagia bersama sahabatnya.
“Setidaknya ini caraku menebus kesalahanku dulu, Di. Semoga kamu selalu bahagia.”
***
Delapan belas tahun kemudian, Anwar bersimpuh di depan nisan Diandra. Makam yang masih dipenuhi bunga. Sengaja ia datang tengah malah agar tidak ada yang tahu.
“Diandra, sayang, aku marah. Harusnya Darius melarang kamu naik pesawat itu. Aku rela kamu berbahagia dengannya, tapi aku menyalahkannya atas kepergianmu. Di, Darius sudah lalai menjagaimu. Maafkan aku, tapi mulai sekarang, ia akan terus kehilangan orang-orang yang dia cintai.”
Dalam mobil mewahnya selembar surat kabar tergeletak dengan berita utama: Kecelakaan Pesawat Maskapai MAX menewaskan seluruh penumpang.
***
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
❤❤❤❤
karyamu keren thor. good job
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️