Dara adalah seorang sekretaris cantik dari CEO muda yang tampan dan jadi incaran banyak wanita. Dia sangat pandai dan cekatan. Meskipun dia hanya sekertaris, namun banyak orang yang kagum dan iri padanya karena sang CEO selalu memberikan perhatian yang berbeda padanya.
Kenzie yang merupakan CEO bisa melakukan apa saja. Dia terlihat dingin dan acuh tak acuh namun dia bersikap lain dihadapan Dara dan juga orang-orang terdekatnya.
"Meskipun kamu sekretaris dikantorku tapi kamu adalah CEO dihatiku"
Bagaimana kisah cinta CEO dan sekertarisnya ini? Akankan semuanya berjalan lancar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengumuman Kematian Dara
"Sebenarnya kenapa kita harus kesini sekarang? Pernikahan kita belum ditentukan tapi kamu sudah ingin mencari gaun pengantin". Lucky bertanya dengan nada yang lembut meskipun sebenarnya fia sedikit kesal.
"Kenapa kamu bicara begitu? Kamu tidak suka menemaniku melihat gaun pengantin? Aku hanya ingin melihat saja. Siapa tahu ada yang cocok untukku, aku akan beli agar tidak keburu dibeli oleh orang lain". Nasya menanggapi dengan nada merajuk manja.
"Bukan tidak suka. Hanya saja hari ini aku sibuk. Aku memiliki rapat penting yang harus aku hadiri". Lucky menanggapi dengan sikap yang tenang.
"Apa rapatmu itu lebih penting dariku? Harusnya aku yang jadi prioritas utamamu, bukannya rapat". Nasya terus saja mengeluh pada Lucky selama mereka bersama.
"Eh? Bukannya itu Pak Kenzie? Sepertinya dia sedang menemani seorang gadis berbelanja?", ujar Nasya begitu dia melihat Kenzie yang berdiri diluar toko bersama Dara.
"Ya. Ini pertama kalinya aku melihat Pak Kenzie bersama gadis. Apa kita hampiri mereka saja? Sepertinya mereka juga melihat kita?", ujar Lucky dengan sikap yang tenang.
Nasya terdiam sesaat sebelum menanggapi ucapan Lucky. Setelah beberapa waktu, dia mengangguk sambil berkata,
"Baiklah. Ayo kita sapa Pak Kenzie".
Nasya dan Lucky pun keluar dari toko pakaian pengantin dan berjalan mendekati Kenzie dan Dara.
Dari kejauhan Dara terus memperhatikan Lucky dan Nasya yang berjalan kearahnya. Sorot matanya berubah jadi tajam. Tangannya mengepal keras penuh kebencian. Kenzie menyadari perubahan sang istri dan langsung menggenggam tangannya.
"Tenanglah. Mereka tidak akan mengenalmu", bisik Kenzie dengan suara yang lembut.
"Selamat siang pak Kenzie. Kebetulan sekali bisa bertemu dengan anda disini". Lucky bicara dengan senyum yang ramah dan percaya diri.
"Selamat siang. Ya sangat kebetulan sekali bisa bertemu dengan anda berdua disini. Mungkin anda berdua sedang mempersiapkan kebutuhan pernikahan atau mungkin sedang melakukan survei pasar?. Kenzie bicara dengan sikap yang tenang serta senyum tipis dibibirnya.
"Kami hanya sedang menghabiskan waktu bersama sambil melihat-lihat gaun pengantin saja. Anda sendiri... Apa anda sedang berkencan? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Saya merasa sedikit familiar dengan wajah nona". Nasya menanggapi Kenzie dengan mata mendelik curiga, kemudian dia menatap Dara dengan penasaran.
"Istriku hanya merasa bosan berada dirumah setelah beberapa lama karena sakit, jadi saya membawanya kemari untuk sekedar menghilangkan rasa bosannya". Kenzie merangkul Dara dan bicara dengan tenang.
"Istri?", tanya Nasya yang sedikit terkejut.
"Ya, saya istrinya. Sepertinya ini pertama kali kita bertemu, mungkin anda bertemu orang yang salah?". Dara pun menanggapi Nasya dengan sikap yang dingin dan terkesan acuh tak acuh.
"Benarkah? Ya mungkin saja memang hanya mirip". Nasya kembali menanggapi dengan senyum yang manis.
"Ngomong-ngomong … saya Nasya Darmawan", sambung Nasya sambil mengulurkan sebelah tangannya pada Dara.
Dara menatap tangan Nasya sejenak lalu menyambut uluran tangannya.
"Saya … Prianka Anggara. Senang bisa mengenal anda, nona Nasya", ujar Dara dengan senyum lembut dibibirnya.
Kenzie terkejut mendengar Dara menggunakan nama belakangnya, namun setelah itu dia tersenyum puas.
"Sepertinya kami harus pergi lebih dulu. Istri saya masih harus banyak istirahat karena kondisinya belum pulih total", ujar Kenzie menghindari percakapan yang lebih lanjut.
"Oh tentu. Semoga anda kembali sehat seperti semula". Lucky bicara dengan senyum lembut namun Dara menanggapinya dengan acuh tak acuh.
"Terima kasih. Ayo, Sayang".
"Kalau begitu kami permisi". Dara dan Kenzie pun langsung beranjak pergi tanpa menunggu tanggapan dari Nasya dan Lucky.
"Apa kamu baik-baik saja?", tanya Kenzie setelah mereka menjauh dari Nasya dan Lucky.
"Ya, aku tidak papa. Seingatku perusahaan kita tidak pernah bekerja sama dengan mereka. Tapi bagaimana kamu bisa mengenal Lucky dan Nasya?". Dara bertanya sambil menatap Kenzie dengan dahi berkerut.
"Aku juga tidak tahu. Tapi mereka mengirimkan undangan saat pertunangan waktu itu. Itu sebabnya aku bisa bertemu denganmu dipesta". Kenzie menjelaskan dengan sikap yang tenang pada Dara.
"O iya, kudengar pengumuman kalau kamu sudah meninggal akan dilakukan besok, jadi semua yang kamu miliki akan sepenuhnya diserahkan pada Bu Melati sebagai ahli waris yang ada", sambung Kenzie sambil menatap wajah Dara.
"Besok ... Mereka benar-benar melakukan semuanya demi harta. Bahkan mereka sampai tega membunuh keluarga sendiri agar bisa menguasai semuanya". Suara Dara bergetar karena kesal dan kedua tangan mengepal kuat disampingnya.
Kenzie menatap mata kemarahan sang istri dan menggenggam tangannya untuk membuatnya tenang.
"Bagi mereka Dara Prianka Darmawan memang sudah meninggal, tapi bagiku Prianka Anggara baru saja muncul, jadi aku akan dengan senang hati menyambutnya". Kenzie bicara dengan senyum menggoda Dara.
"Berhenti menggodaku. Aku tidak tahu harus menggunakan nama apa saat Nasya menanyakan namaku, karena itu aku asal sebut nama saja". Dara tersipu malu dengan nada bicara yang manja.
"Tidak papa. Justru aku sangat senang mendengarnya, karena istriku menggunakan nama belakangku. Kurasa nama itu sangat cocok denganmu, tapi apa nama panggilanmu ya? Prianka, Ara atau … Ana?".
"Nama panggilan?", tanya Dara dengan dahi berkerut.
"Ya, mulai sekarang jangan menggunakan nama Dara. Kita harus gunakan nama panggilan baru agar tidak ada yang tahu kalau kamu masih hidup". Kenzie dan Dara pun terdiam dan memikirkan nama yang cocok untuk Dara.
"Menurutmu ... Nama apa yang cocok untukku?". Dara bertanya dengan mata menatap penuh harap pada Kenzie.
"Kita gunakan saja nama Ana. Jika menggunakan nama Ara, mereka bisa merasa curiga dan menyelidiki identitasmu. Meskipun tidak akan bisa menghasilkan apapun juga". Kenzie tetap bicara dengan nada bicaranya yang tenang.
"Ana … baiklah, aku setuju". Dara tersenyum lembut menanggapi Kenzie
...****************...
Keesokan harinya.
Bu Melati membuat konferensi pers di perusahaan milik ayah Dara terkait kematian Dara.
"Terima kasih atas kehadiran kalian semua disini. Saya mengadakan konferensi pers ini untuk memberitahukan kabar tidak mengenakan mengenai cucu saya. Saat ini, cucu saya yang bernama Dara Prianka Darmawan telah dinyatakan meninggal dalam kecelakaan beberapa waktu lalu. Polisi telah menghentikan pencarian karena tidak dapat menemukan jasadnya, namun karena tidak ada tanda-tanda kalau dia selamat dan pergi ke tempat lain disekitar tebing … mereka bilang besar kemungkinan kalau jasadnya telah hangus terbakar hingga jadi abu bersama taksi yang dia tumpangi saat itu. Oleh karena itu, saya sebagai neneknya dan satu-satunya wali yang dia miliki … mulai saat ini akan mengelola semua aset yang dimiliki oleh cucu saya, termasuk perusahaan dan semua aset pribadi lainnya".
Bu Melati menjelaskan dengan sikap yang tenang dan raut wajah yang seakan sedih dengan kematian Dara. Namun tanpa semua orang sadari, ujung bibir bu Melati sedikit naik keatas dan menunjukkan senyum kepuasan.
Akhirnya semua ini jadi milikku. Harusnya sudah dari dulu aku habisi anak rendahan itu dan mengambil semua aset milik anakku.
𝘴𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘨𝘢𝘬 𝘥 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯, 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘢𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘬𝘢𝘬...
𝘶𝘥𝘩 𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘵𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘫𝘶𝘵𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢