Nayla Kei seorang gadis cantik dan manis memiliki sifat periang terpaksa dia menerima perjodohan dengan salah satu sahabatnya yang merupakan anak dari teman dekat ibunya.
Atas dasar balas budi Nayla menerima pernikahannya dengan terpaksa. Namun siapa sangka dalam perjalanan pernikahan itu Nayla mulai merasa hal lain pada suaminya.
Akankah suami Nayla menerimanya sebagai seorang istri?
Akankah Nayla mendapat perlakuan semestinya sebagai seorang istri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Angga hanya naik pesawat datang ke Jakarta, ia tidak menyewa kendaraan. Mama Anggi memberi pinjaman salah satu mobil miliknya. BMW 520i terbaru berwarna putih. Mulanya Angga menolak tapi atas bujuk rayu dan paksaan dari Rayden juga Papa Dave yang mengatakan bahwa Angga harus kembali ke rumah Dave untuk mengembalikan kendaraan tersebut.
Mobil putih nan mewah melaju dengan kecepatan lamban, karena sore ini Ibu Kota tampak ramai, ya maklum karena ini bertepatan dengan jam pulang kerja. Setelah empat puluh lima menit terjebak padatnya lalu lintas, Angga mulai memasuki mansion mewah milik keluarga Bradley.
Nampak wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan langsing menunggu di depan, tersenyum melihat keponakan jauhnya telah sampai. “ Ya ampun ini Angga yang dulu mita jajan sama tante, suka bersin sembarangan, sudah besar ya juga tampan kamu” ujar Mama Anna.
“Aduh awal kalimatnya engga enak banget tante. Tante apa kabar? Maaf Angga baru bisa ke Jakarta sekarang”, menyalami Mama Anna dan memeluknya.
“Tante sehat, ayo nak masuk”, ajak Mama Anna.
“Mansion ini ngga banyak berubah ya tante, masih terjaga dari dulu”, memandangi penjuru mansion.
“Iya dong, susah payah tante jaga. Kamu ajak Adam turun ya, dia di kamar terus model anak gadis aja” sungut Mama Anna.
“HAH? I Iya tante”, sahut Angga. “Tumben Adam di sini, biasanya dia di Singapura atau apartemennya”, gumam Angga. Ia pun masuk lift menuju lantai 3 dimana kamar tidur Adam berada.
Tok
Tok
Tok
“Ada apa lagi sih?” kesal Adam membuka pintu, “LO?” , seketika terperanjat melihat Angga dihadapannya.
“Iya gue, kenapa lo? Turun cepet ditunggu tante Anna”, Angga pun melenggang dari hadapan Adam.
Mereka semua telah duduk di ruang makan bersiap untuk santap malam, Papa Hendrik sudah tiba sepuluh menit lebih cepat dari biasanya. 10 menit lebih awal tapi berharga ya.
Semua makan dalam diam, hanya dentingan alat makan yang terdengar. Seusai makan pun hanya ada obrolan sedikit diantara Adam dan Angga. Ia memutuskan bermalam di mansion ini sebelum esok kembali ke rumah Papa Dave.
**
Sementara di dalam kamar Rayden tengah memandangi Nayla yang sedang mengoleskan krim wajah. “Kenapa sih liatnya gitu banget?” tanya Nayla merasa risih.
“Apa engga boleh suami memandangi istrinya? Salah?”
“Ya bukan seperti itu”, sahut Nayla.
“Hmm, kamu harus pakai krim wajah yang lebih bagus, jangan lupa perawatan, biar lebih enak di pandang ngga jelek kaya gini”, ucap Rayden berlalu ke kamar mandi.
“Hah? Kenapa sih dia, kadang jahil, kadang dingin, kadang datar kaya jalan tol” beralih menatap pantulan dirinya pada cermin, “Apa muka gue jelek ya? Kok bilangnya gitu banget”, sungut Nayla.
“Kamu masih datang bulan?” , tiba-tiba Rayden muncul dibelakang Nayla.
“Eh”, pekik Nayla. “Ma ma masih lama” jawabnya.
“Oke, aku tunggu”. Rayden segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang, dengan posisi membelakangi Nayla.
“Tuh kan, tanya seperti itu apa maksudnya? Terus sekarang tidur gitu aja, dasar aneh” umpat Nayla pelan.
“Kamu bilang apa? Dosa lho”, sahut Rayden tiba-tiba membuat Nayla yang sedang meneguk air mineral langsung tersedak.
“Uhuk uhuk uhuk”,mengusap dadanya pelan. “Engga ada” ketus Nayla. Saat kepala dengan rambut berwarna hitam pekat itu mulai menyentuh bantal, Rayden yang jahil langsung menarik bantal, alhasil kepala Nayla langsung mengenai kasur. “RAYDEN”, pekik Nayla tidak terima perbuatan suaminya.
Pria itu hanya menggerakkan bahunya saja, tidak tertawa atau tersenyum, yang jelas dalam hati dia ketawa sih. Nayla melempar bantal pada suaminya, tapi tidak semudah itu mengenai Rayden, begitu mudah ia menghindar.
Nayla turun dari ranjang dan menghampiri Rayden, tetapi pria tampan itu sudah lebih dulu menghindar, Nayla terus mengejar Rayden sembari membawa bantal dalam tangannya. Terus saja aksi kejar-kejaran diantara mereka.
Hingga keduanya lelah, “Huh huh huh”, napasnya saling memburu karena olahraga malam (Lari ya maksudnya kan habis kejar-kejaran jadi lelah dong).
“Minum!”, Rayden menyerahkan sebotol air mineral. Nayla yang sangat haus meneguk satu botol air hingga tandas, dan membasahi bibir, dagu mengalir turun ke lehernya. Rayden melihat itu semua hanya diam membisu.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Empat detik
Lima detik
Rayden mulai menghampiri Nayla, merengkuh pinggang istrinya untuk merapat dengan tubuhnya. Nayla yang merasa tangan itu menyentuh tubuhnya hanya terkesiap, gugup menatap Rayden dan langsung menundukkan wajahnya. Debar jantung Nayla semakin bertalu-talu.
Hanya dipandangi saja wajah Nayla dari dekat, perlahan tangan kekar Rayden menyentuh dagu sehingga wajah keduanya hanya berjarak kurang dari lima centimeter. Hembusan napas Rayden sangat hangat terasa menerpa wajah Nayla.
Menelusuri wajah sang istri, membelai penuh kelembutan, hingga jemari itu sampai pada bibir tipis Nayla, menghapus jejak air yang membasahi, diusap pelan, Rayden mulai mendekatkan wajahnya. Tanpa terasa hidung keduanya bersentuhan. Rayden hanya tersenyum tipis, “Kamu sudah besar bukan anak ingusan lagi, minum tapi airnya tumpah, ganti baju, lihat basah bajumu”, sinis Rayden langsung melepaskan tangannya dari tubuh dan wajah Nayla.
Mendengar ucapan suaminya Nayla langsung melebarkan kedua matanya, mulutnya terbuka tidak percaya dengan apa yang dikatakan Rayden. Ia pikir akan ada adegan romantis tapi suaminya kembali jahil. Nayla langsung melayangkan tinju pada tubuh Rayden, namun pria tampan itu sudah menjauh terlebih dahulu.
Nayla geram, sudah berapa kali dirinya selalu jadi bahan candaan Rayden. Dengan langkah tegas dan hembusan napas kasar, menghampiri suaminya yang sedang berjalan hendak meraih handle pintu.
Klek
“Aaah” pekik Nayla tersandung bantal di lantai.
Bugh
Wanita itu terjauh, matanya terpejam, “Eh gue jatuh tapi engga sakit, kepala ini tidak benjol. YES”, gumam Nayla, langsung membuka matanya dan melotot.
Terkejut? Iya ternyata Rayden tepat berada dibawahnya, pantas saja tidak merasa sakit ternyata ada Rayden. Hingga beberapa detik keduanya saling menatap kembali. Nayla yang tersadar langsung menarik tubuhnya tapi terasa sulit. Ternyata Rayden memeluk istrinya dengan erat, Nayla pun kembali menatap Rayden.
Cup
Kecupan singkat Rayden berikan pada Nayla. Pancaran kasih sayang Rayden berikan pada sahabat sekaligus istrinya itu. Kali ini keduanya kembali saling bertautan, sentuhan lembut Rayden berikan pada Nayla.
Tap
Tap
Tap
“Eh kenapa kamar Rayden terbuka sedikit begitu ya, sebentar Pa. Mama mau cek dulu takut terjadi sesuatu”, Mama Anggi melepaskan rangkulannya pada sang suami.
“Sudah ma, biarkan saja” , sahut Papa Dave.
“Mana bisa pah, sebentar”. Mama Anggi terkesiap melihat pemandangan di depannya, spontan menutupi wajah dengan kedua tangan tetap saja masih bisa mengintip. “Anak muda sekarang ekstrem banget sih”, gumamnya pelan.
Berusaha meraih handle pintu, dan
Klek
Pintu kamar Rayden tertutup.