Demi keluarganya dia rela menanggalkan gelar yang diraihnya hingga dia larut dalam statusnya sebagai ibu rumah tangga dengan segala kesibukan mengurus rumah dan dua anak balitanya.
Sampai pada akhirnya pengkhianatan suami dan hinaan yang tiada henti dari mertuanya menyadarkan dia untuk bangkit dan merubah dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon thatya0316, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Rujuk?
Lumayan lama Gilang berada di ruko hanya untuk melihat-lihat cara kerja karyawan Amanda. Setelah cukup puas, dia pun pamit untuk kembali ke kantor. Baru saja Gilang pergi bersama dengan Rama. Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba Bu Sopiah datang ke konveksi Amanda dengan berkacak pinggang.
"Bagus ya kamu jadi janda gatel! Sudah menggoda anakku ternyata kamu juga melayani lelaki lain. Aku tidak mengerti apa yang dilihat anakku sampai dia mau sama kamu," sentak Bu Sopiah.
"Maksud Ibu apa? Kenapa Ibu suka sekali mencari gara-gara? Selama ini aku selalu mengalah pada Ibu, tapi Ibu malah semakin senang menindas aku. Apa Ibu pikir, aku akan diam saja saat Ibu menghinaku? Tidak Bu, aku bukan Amanda menantu Ibu yang selalu dihina dan direndahkan oleh suami dan mertuanya. Dulu aku diam saja karena aku menghargai Ibu sebagai ibu mertuaku. Tapi maaf! Sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi," tegas Amanda bicara panjang kali lebar sudah seperti rel kereta api.
Karyawan yang mendengar Amanda bicara panjang lebar hanya melongo. Tidak biasanya bos mereka yang dikenal baik dan ramah berbicara seperti itu. Apalagi yang mereka lihat, lawan bicara Amanda seorang ibu-ibu yang sudah berusia sekitar 50 tahunan.
"Semakin hari kamu semakin tidak punya sopan santun. Apa karena sekarang sudah memiliki usaha sendiri jadi kamu kurang ajar?" Lagi-lagi Bu Sopiah bicara dengan nada tinggi.
"Harun, tolong urus ibu ini. Aku sibuk mau mengurus pesanan daster." Amanda langsung naik ke lantai atas, tempat para penjahit bekerja. Meninggalkan Bu Sopiah yang terlihat sangat kesal.
"Dasar mantan menantu yang tidak tahu di untung. Tidak punya sopan santun. Janda gatel, main pergi saja saat orang tua sedang bicara." Bu Sopiah meluapkan sumpah serapah karena merasa tidak ditanggapi oleh Amanda.
"Maaf Bu, kalau mau demo di gedung dewan saja. Jangan di sini! Karena tidak akan ada yang mau mendengarkan aspirasi Ibu." Harun yang disuruh mengurus Bu Sopiah agar pergi malah membuat ibu paruh baya semakin geram.
"Kamu juga, ikut campur saja urusan orang!" tunjuk Bu Sopiah pada Harun.
Bu Sopiah pun langsung pergi menuju ke sebuah mobil yang sudah menunggunya. Saat sampai di sana, dia langsung masuk begitu saja. Senyum manis menyambut kedatangan Bu Sopiah dari seorang wanita cantik yang memiliki hati hitam pekat.
"Bagaimana, kamu lihat kan kalau ibu sudah memarahinya? Sekarang mana uang bulanan Ibu." Bu Sopiah langsung mengulurkan telapak tangan kanannya, meminta uang bulanan yang biasa Apandi berikan padanya.
"Karena kerja ibu bagus, aku tambahin 500 ribu jadi pas dua juta," Citra langsung memberikan uang kepada ibu mertuanya
Padahal dulu waktu sama Amanda, tiap bulan dia pasti kasih dua juta. Semenjak sama Citra, jatah bulanan aku berkurang 500 ribu. Entah kenapa aku gak bisa protes sama dia padahal aku ingin sekali bicara dan bilang sama Apandi, batin Bu Sopiah.
Sebenarnya, selama ini Bu Sopiah diperalat Citra untuk terus menghina Amanda. Setiap kali Bu Sopiah meminta uang bulanannya, Citra pasti menyuruhnya untuk memarahi Amanda terlebih dahulu. Sudah seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Bu Sopiah selalu menurut apa yang dikatakan oleh Citra.
Tidak sia-sia aku mengeluarkan uang. Suami dan mertuaku sudah ada dalam genggamanku. Inilah akibatnya kamu sudah merebut laki-laki yang disukai kakakku. Aku pun akan merebutnya kembali dan menjadikannya milikku sendiri, batin Citra.
...***...
Hari pun sudah beranjak malam, Amanda dan anak-anaknya sudah bergelung dengan selimut. Hari yang melelahkan untuk jiwa dan raganya, membuat dia ingin segera pergi merajut mimpi. Namun, saat matanya akan mulai terpejam, terdengar suara ketukan pintu dari luar yang membuat Amanda mengurungkan niatnya untuk segera tidur. Dilihatnya jam dinding yang dengan setia menggantung di sana, nampak jarum pendeknya masih di angka tujuh dan jarum panjangnya sudah di angka enam.
"Pantas saja masih ada yang bertamu, ternyata masih sore," gumam Amanda.
Amanda pun langsung menuju ke depan untuk melihat siapa yang bertamu malam-malam padanya. Dilihatnya Apandi yang sedang menunggunya di teras. Amanda menghela napas dalam saat melihat mantan suaminya yang datang malam-malam ke rumahnya.
"Mau apa lagi dia? Merepotkan saja!" Meski kesal, tak urung Amanda pun membukakan pintu untuk mantan suaminya.
"Manda, boleh aku masuk? Di sini dingin," ucap Apandi saat mantan istrinya membuka pintu depan.
"Ada apa Mas, malam-malam ke sini?" tanya Amanda dengan mata yang memicing.
"Ada yang mau Mas bicarakan sama kamu," ucap Apandi seraya menerobos masuk dan langsung duduk di kursi tamu.
"Ada apa lagi, Mas? Apa Ibu mengadu pada Mas karena tadi dia datang ke ruko tempat aku kerja?" tanya Amanda.
"Aku belum bertemu dengan ibu dan kedatanganku ke sini tak ada hubungnnya dengan ibu," ucap Apandi dengan menatap lekat mantan istrinya.
"Lalu, Mas ada apa datang malam-malam ke sini? Anak-anak juga sudah tidur," tanya Amanda.
"Manda, kamu sayang kan sama anak-anak? Mas pikir, lebih baik kita rujuk demi mereka. Mereka pasti sangat membutuhkan kehadiran orangtuanya." Apandi tidak mengalihkan pandangannya dari Amanda. Meski sekarang dia hanya memakai daster, tetapi penampilannya membuat jiwa liar seorang lelaki mencuat dengan sendirinya.
Mendengar apa yang mantan suaminya katakan, Amanda hanya tertawa hambar. "Kenapa baru sekarang Mas berpikir begitu? Kenapa tidak dari dulu di saat aku memberikan Mas pilihan untuk memilihku atau perempuan itu? Mas tahu, dulu aku sangat berharap Mas akan berubah. Tapi apa yang aku dapat, hanya hinaan, cacian dan makian yang aku dapatkan dari Mas dan juga ibu. Maaf Mas! Aku menolak untuk rujuk."
"Manda! Kenapa kamu sangat egois? Kamu hanya memikirkan dirimu saja, kamu tidak berpikir bagaimana anak-anak nanti tumbuh tanpa seorang ayah bersamanya," sentak Apandi.
"Apa Mas, aku egois? Kamu bercanda, Mas!" Lagi-lagi Amanda tertawa hambar mendengar apa yang mantan suaminya katakan, "bukan aku yang egois, tapi kamu Mas! Kenapa kamu tidak memikirkan masa depan anak-anakmu saat dulu kamu berselingkuh dengan perempuan itu?"
"Dulu, aku selalu mengalah karena aku berpikir, kalianlah keluargaku yang aku miliki. Tapi ternyata, aku salah! Kamu dan ibumu hanya baik padaku di saat aku memiliki sesuatu tapi saat aku bukan siapa-siapa, kalian tega menyakitiku. Sudahlah Mas! Aku tidak ingin mengungkit lagi, aku harap Mas Pandi tidak usah mengungkit lagi tentang hubungan kita. Aku hanya akan menganggap Mas Pandi sebagai ayah dari anak-anakku, tidak lebih!"
...~Bersambung~...
...Dukung terus Author ya kawan! Klik like, comment, vote, rate, gift, dan favorite....
...Terima Kasih!...
dadah.....
istri sah yang begitu cinta siap melayani suami dengan tulus namun dibalas dengan penghianatan!
emosi gue baca jalan ceritanya nih!
😁😁😁
Suami gendeng,, kl mau istri cantik modalin kasih art. Kerja pegawai tp pelit
si citra emang dasarnya pelavur lah kamu yg rajin do'a ,katanya sakit hati gimana sih sakit hati tp mau mau ngangkang sama mantan
mirisnya jadi istri yg terkungjung dlm rumah padahal harta istri dah habis utk kesuksasan suami.