( 21+ ) Sebuah pernikahan yang terjadi karena harta warisan, menjadi sebuah jalan bagi Veronika, si pekerja malam untuk membalaskan dendam masa lalunya. Dijadikan sebagai istri kedua yang memiliki misi untuk memisahkan sepasang suami istri, tentulah membuatnya merasa sangat semangat. Dia juga harus menghadapi Ibu mertua dan istri pertama dari suaminya, bagaimana detail kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermalan Bersama
Alex terdiam memandangi Veren yang kini tengah tertidur. Matanya terus tertuju ke wajah Veren sembari terus berpikir. Kapan? dan dimana dia bertemu dengan Veren? lalu kesalahan yang mana yang dimaksud Veren? dia bahkan sampai menanyakan kepada salah satu sahabatnya yang berprofesi sebagai Dokter, Alex mendesak sahabatnya untuk mencari tahu, apakah dia pernah mengalami kecelakaan lalu kehilangan ingatan? bahkan karena sangking penasarannya, dia sampai tidak tahu lagi berapa kali dia menanyakan kepada sahabatnya hingga mendesaknya tanpa sadar.
Alex menghembuskan nafas kasarnya. Di bukanya gorden untuk menatap ke arah luar sesaat. Kelap-kelip lampu kendaraan yang berlalu lalang, suasana malam tapi masih juga ramai. Iya, saat ini Alex dan Veren tengah berada disebuah hotel. Melihat bagaimana Veren mabuk, tidak mungkin Alex membawa Veren kerumah. Karena yang ada, Ibu serta Angel pasti akan semakin memojokkan Veren, dan mencaci seolah Veren begitu hina. Alex menggeleng kesal karena tak mendapatkan ketenangan dengan menatap suasana malam diluar sana. Dia kembali menutup gorden lalu berjalan ke tempat tidur. Dia mendudukkan dirinya disebelah Veren yang masih saja tertidur. Perlahan meski ragu, tangan Alex bergerak menyentuh wajah Veren. Halus, bahkan hampir sama dengan kulit bayi. Alex tersenyum, tapi dia kembali teringat dengan semua yang Veren ucapkan, sontak Alex menjauhkan tangannya meski tatapannya masih tetap terarah kepada Veren.
" Kesalahan seperti apa yang aku lalukan padamu? kenapa aku begitu merasakan kebencian dari tatapan dan juga cara bicaramu? " Alex kembali menggerakkan tangannya menyentuh kepala Veren, dia mengusapnya pelan.
" Kalau memang aku berbuat salah, tolong beri tahu aku saat kau sudah siap. Apapun hukumannya, aku akan mencoba menerimanya dengan iklhas. " Alex perlahan memposisikan dirinya untuk berbaring disamping Veren. Ponsel yang sedari tadi menyala karena mendapatkan banyak pesan dan panggilan, dia sengaja mengabaikannya karena tidak mau menambah beban pikirannya lagi. Karena kalau bukan Ibu, sudah pasti Angel. Kalau tidak merengek dan mengancam, dia pasti akan menyudutkan terus menerus Alex hingga dia tidak memiliki alasan untuk mengatakan tidak.
Kini Alex berbaring dengan posisi miring menghadap ke arah Veren.
" Denzo? " Veren menggerakkan tangannya mencari-cari tubuh bocah yang biasanya ia peluk saat akan tidur. Saat tangannya menyentuh tubuh seseorang, dia tersenyum lalu beringsut memeluk tubuh itu.
" Wangi sekali,... hangat juga. " Veren menyusupkan wajahnya ke dada Alex, lalu memeluknya erat. Terkejut memang, tapi dia lebih merasa sebal karena Veren menyebut nama seorang pria.
Denzo? jadi itu nama pria yang kau maksud?
" Alu bukan Denzo! " Ucap Alex lalu mencoba untuk menjauhkan tubuhnya dari Veren.
" Bukan? kalau begitu tolong peluk saja aku. Suasana hatiku benar-benar sedang kacau. " Veren mengeratkan lengannya memeluk tubuh Alex. Tentu Alex masih merasa kesal, ah! tidak tahu itu kesal atau cemburu maksudnya. Tapi ya sudahlah, dari pada Veren mencari pria bernama Denzo itu, lebih baik biarkan saja dia yang memeluk meski harus dianggap orang lain.
Pagi hari.
Veren menggerakkan tubuh untuk mengubah posisi tidurnya, tapi dia terkejut melihat bagaimana posisi dia tertidur. Bukan hanya ada tubuh pria yang memeluknya, tapi dia juga mendekap pria itu dengan nyaman. Perlahan Veren menaikkan wajahnya mencari tahu siapa pria yang tengah tidur seranjang dengan nya. Alex?
" Kau sudah bangun? " Tanya Alex yang menyadari jika Veren sudah bangun karena tubuhnya merasai pergerakan tubuh Veren.
" Iya. " Veren menjauhkan tubuhnya lalu mencoba bangun dan duduk ditempat tidur.
" Ah! " Veren memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Alex sontak bangun dari posisinya lalu mengambil obat yang sudah ia siapkan dari semalam.
" Minum ini, sakitnya akan reda sebentar lagi. " Alex menyerahkan obat penghilang pengar dan sakit kepala setelah mabuk, dia juga memberikan sebotol air mineral kepada Veren.
" Terimakasih. " Veren dengan cepat menerima air dan obat itu, dan langsung menenggaknya.
" Kau tidak takut aku mencelakai mu? " Tanya Alex.
Veren tersenyum, dia dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Alex dengan manja.
" Apa kau rela kalau istri secantik aku mati secepat ini? "
Palsu! Alex tahu ini hanyalah sandiwara Veren saja, tapi kenapa juga jantungnya berdebar tidak karuan? mau menyembunyikan dari Veren juga tidak bisa kan? Veren juga pasti sudah mendengarnya dengan jelas. Tapi untunglah, Veren sama sekali tidak mengatakan apapun tentang itu. kenapa? karena dia juga berdebar saat mendengar betapa gemuruhnya jantung Alex.
" Kau istirahat saja lagi, mungkin saat kau bangun nanti, sakit kepalamu akan sembuh. " Ucap Alex.
" Ngomong-ngomong, apa suami tidak bekerja? " Tanyaa Veren seraya mengubah posisi ya menjadi duduk tegak menatap Alex.
" Aku tidak gila kerja sampai hari minggu pun harus bekerja. "
Veren tersenyum kikuk. Sial! bahkan hari saja sampai dia tidak ingat dengan jelas.
" Baiklah, aku akan tidur lagi. " Tadinya Veren ingin kembali meringkuk di dalam selimut, tapi sejenak ia gunakan untuk menggoda Alex.
" Suami, nanti kalau mau mengajakku melakukan anu anu, jangan lupa untuk memberiku sarapan dulu ya? " Setelag mengatakan itu, Veren menjatuhkan tubuhnya, dan menutup seluruh tubuh menggunakan selimut tebal berwarna putih itu.
Alex terdiam dan membatin di dalam hati. Gila! mulut Veren benar-benar sangat los kontrol.
Setelah satu jam Veren kembali tertidur, akhirnya kini dia sudah mulai bangun. Dari caranya tersenyum saat melibat Alex, tentu saja Alex tahu kalau keadaan Veren sudah sangat baik. Itu terbukti dari cara Veren berakting dengan begitu sempurna.
" Makanlah, kau pasti sudah lapar kan? " Veren tersenyum laku mengangguk. Dengan semangat dia menjalankan kaki menuju meja makan yang terletak tak jauh dari tempat tidur. Sepiring nasi goreng Hongkong, lengkap dengan beberapa toping di sana.
" Enak! " Veren tersenyum bahagia lalu lanjut makan hingga habis.
Setelah memastikan kondisi Veren stabil, barulah Alex membawa Veren untuk pulang. Tak banyak berbosa basi dengan Ibu dan Angel yang menatap mereka marah, Alex langsung meminta Veren untuk pergi ke kamarnya. Tapi, karena alasan Veren yang mengatakan jika dia masih merasa pusing, maka Alex membantu Veren untuk pergi ke kamarnya. Angel dan Ibu kini hanya bisa menahan kesal dan terus menatap marah kepada Veren.
Sesampainya di kamar Veren, Alex sengaja ikut masuk karena ingin memberikan sesuatu kepada Veren karena ia lupa di hotel tadi. Setelah Veren berada di atas tempat tidurnya, Alex mengeluarkan dompetnya. Dia memberikan kartu kepada Veren.
" Ambil ini! selama kau menjadi istriku, tidak ada orang lain yang bisa kau mintai uang selain aku. " Veren tersenyum mengangguk, laku dia menerima kartu itu meski dia enggan.
" Berikan ponselmu! " Veren menurut saja dan menyerahkan ponselnya. Bisa langsung terbuka karena Veren tidak memberikan password di ponselnya. Setelah mengetik beberapa angka, Alex menyerahkan kembali ponsel milik Veren.
" Hubungi aku saat terjadi sesuatu! " Veren tersenyum lalu kembali mengangguk. Setelah itu, Alex keluar dari kamar Veren dan kembali menuju ke mobilnya yang masih terparkir di halaman rumah. Tak mau menjawab pertanyaan Angel dan Ibu Mila, Alex kini memilih untuk kembali masuk kedalam mobil, dan melesat dengan cepat.
Ayah, kali ini aku benar-benar berharap kau bisa membantuku menggali masa lalu.
TBC
semangat berkarya terus y tor👍❤️
sekali" bikin beda napa thor🤭🤭
ahh othor mah gg konsisten🤣🤣