Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan Yang Berkesan
" Be,begitu ya? apa kau benar-benar akan menerima apapun tentangku? apa kau benar-benar akan tetap mencintaiku tidak perduli tentang kesalahan apa yang pernah ku perbuat di masa lalu? " Vanya sendiri begitu ketakutan saat mempertanyakan ini. Menjadi kekasihnya Nath, sudah bisa Vanya pastikan. Cepat atau lambat, dia pasti akan mengetahui tentang Nathan. Dan jawaban Nath saat ini, akan menentukan langkah yang akan diambil oleh Vanya selanjutnya.
Nath mengecup bibir Vanya lalu mengusap pipi mulusnya. " Kau tahu, aku tidak perduli apapun. Tiap manusia memiliki kenangan masing-masing. Aku juga memilikinya. Tapi, aku akan berusaha membuatmu bahagia dan melupakan hal buruk dimasa lalu. Mari kita terus berbagi suka duka. " Nath menatapnya dengan serius.
Entahlah, bagaimana mendeskripsikan rasa bahagia Vanya saat ini. Begitu bahagianya, hingga air mata menggenang di pelupuk matanya. Nathan kecilku, Ibu akan membawamu kepada Ayahmu. Semoga kita bisa hidup bersama. Semoga Ayahmu akan memaafkan Ibu jika suatu hari Ayahmu mengetahuinya.
" Vanya kenapa matamu malah berair? " Nath menatap Vanya bingung. Kedua telapak tangannya memegang wajah Vanya yang mulai memerah karena menahan tangis.
" Kenapa kau mengatakan semua itu?! " Tanya Vanya kesal sembari mengusap air matanya yang mulai terjatuh.
Meski Nath tidak paham kesalahan pada tiap kata yang keluar dari mulutnya, Nath bergegas menyeka air mata Vanya dan langsung memeluknya. " Maaf.
Vanya melepas dekapan Nath dan menatapnya. " Kenapa meminta maaf?
" Eh? " Nath malah semakin dibuat bingung. Sebenarnya apa dan bagaimana dia harus bersikap? " Tapi tadi kau menangis kan? kau marah karena kata-kata ku tadi?
Vanya justru malah meruncingkan bibirnya. " Aku tidak marah.
Tidak marah ya? terus kenapa tadi membentak? nangis juga kan?
" Lalu?
" Itu namanya terharu. " Ucap Vanya sembari mengalihkan pandangan. Malu sekali rasanya. Kenapa juga dia sampai menangis karena bahagia.
Lagi-lagi, Nath tersenyum dengan begitu manis. Ingin sekali rasanya, Vanya membungkus senyum itu pulang dan menyimpannya untuk di nikmati sendiri. " Begitu ya? " Wajah Nath benar-benar tidak bisa mengendalikan rona merah yang terpancar jelas diwajahnya. Wajah yang menandakan sebuah rasa kebahagiaan.
" Vanya, maukah kau tetap disini bersamaku malam ini? " pertanyaan yang lolos dari mulut Nath ini mampu meruntuhkan rasa berani Vanya yang tadi sudah mulai terkumpul.
Tinggal di sini malam ini? ke,kenapa aku sangat gugup. Aku ingin memerintahkan bibirku untuk menolak. Tapi kenapa bibir ini tidak mau terbuka. Ah.....! sial. Tapi, kapan lagi bisa berduaan dengan Pria tampan kan? ih! otak mesum ku sudah bangkit.
" Vanya,bisakah aku anggap setuju kalau kau tidak menjawab? " Nath kembali bertanya.
" Itu, " Vanya menggaruk pipinya yang tidak gatal.
Nath tersenyum melihat tingkah Vanya yang begitu gugup seolah sedang memikirkan adegan 18+. " Tidak perlu gugup. Aku janji tidak akan melakukan hal yang sedang kau pikirkan. Paling tidak, hanya memeluk dan mencium mu saja.
" Iya baiklah. " Vanya bahkan heran dengan dirinya sendiri. Mendengar jawaban Nath justru membuatnya sedikit kecewa. Benar-benar minta di sleding otak mesumnya ini.
" Baiklah, karena kita sepakat, mari terus mengobrol agar menjadi semakin mengenal satu sama lain. " Ucap Nath yang di angguki oleh Vanya.
Semakin larut, mereka semakin seru mengobrol. Hingga satu pertanyaan membuat mereka sedikit menyentil rasa sakit dihati mereka.
" Vanya, kau memiliki mantan kekasih yang sangat berkesan di hatimu? " Tanya Nath. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa marah atau cemburu. Seolah dia memberikan pilihan. Dijawab syukur, tidak juga tidak apa-apa. Vanya tersenyum dan mengangguk.
" Kau sediri?
Nath menghela nafas panjangnya. Seketika mimik wajahnya berubah. Ada luka yang amat dalam tersirat. " Iya.
Vanya menepuk pundak Nath beberapa kali. " Tidak apa-apa. Kau sendiri bilang kan? semua orang punya masa lalu. Yang paling penting, sekarang semuanya baik-baik saja. " Ucap Vanya sembari tersenyum menatap Nath. Vanya tahu rasanya. Rasa sakit saat mencintai seseorang yang menyakitinya.
Nath meraih tubuh Vanya dan mendekapnya erat. Dia merasa, kata-kata yang keluar dari bibir Vanya seolah meringankan semua rasa sakit yang ia rasakan selama ini. Rasa sakit karena terbelenggu oleh masa lalu. Vanya menepuk pelan punggung Nath. Yang pasti Nath tahu, Vanya sedang menguatkannya.
" Vanya, terimakasih.
" Untuk apa?
" Untuk segalanya.
" Hah....? " Vanya terperangah bingung. Dia bahkan tidak melakukan apapun batinnya.
" Vanya, berjanjilah padaku. " Nath meraih kedua telapak tangan Vanya dan menggenggamnya erat.
" Apa yang harus aku janjikan?
" Tetaplah bersamaku.
Vanya terdiam sesaat lalu mengangguk.
" Vanya, aku benar-benar tidak perduli apa yang terjadi di masa lalu. Aku tidak keberatan siapapun dirimu dimasa lalu. Karena aku hanya ingin kau selalu bersamaku. Jika suatu hari aku melakukan kesalahan dan kau bosan denganku, beri tahu aku. Aku akan memperbaiki diriku agar kau tidak meninggalkanku.
Vanya menatap Nath dengan tatapan prihatin. Masa lalu seperti apa yang membuatnya begitu trauma? dia terlihat begitu ketakutan akan ditinggalkan. Sesakit apa masa lalumu? batin Vanya.
" Jika kau butuh seseorang untuk berbagi duka, maka aku siap. Ceritakan apapun yang membuatmu begitu menderita. Kau pasti akan merasa lebih baik. " Ujar Vanya dengan tatapan tulusnya.
Nath melihat ketulusan itu. Mata yang begitu tulus tanpa kebohongan apapun. Awalnya Nath begitu ragu. Tapi melihat Vanya yang terlihat khawatir, Nath mencoba untuk mengatakan apa yang selama ini ia pendam sendiri.
" Vanya, lima tahun yang lalu, aku memiliki seorang yang begitu spesial di hatiku. Dia begitu gigih mengejar ku hingga aku luluh dengan segala perjuangannya. Tapi tiba-tiba, dia menangis sembari menyerahkan undangan pernikahan untukku. Aku benar-benar terkejut saat itu. Namanya dan laki-laki lain tertulis didalamnya. Aku terus bertanya, tapi dia hanya menjawab, bahwa dia mencintaiku. " Nath tersenyum keheranan.
" Dia begitu mencintaiku tapi menikah dengan pria lain. Aku terus berusaha menemuinya. Tapi sangat sulit. Hingga suatu hari, aku mendengar bahwa ia akan pergi keluar negeri. Aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Aku berharap, dapat menemuinya dan mencegah dia pergi. Tapi,
" Tapi? " Tanya Vanya yang penasaran.
" Aku mengalami kecelakaan. Aku hampir tidak selamat. Aku koma selama dua bulan. Semua dokter menyatakan jika aku tidak akan selamat. Tuhan benar-benar baik karena memberikan mukjizat itu padaku.
Dan karena itulah, anak kita Nathan hadir didunia ini. Entah aku harus bersyukur atau sedih. Karena kejadian itu menghadirkan kebahagian untukku. Tapi kau juga kesakitan.
" Nath, " Vanya memegang wajah Nath. Membuat posisi sejajar dengan wajahnya. " Semuanya sudah berlalu. Kau baik-baik saja. Percaya saja pada rencana Tuhan. Dia, sudah menyiapkan kebahagiaan yang teramat besar untukmu.
Nath tersenyum. Dan mereka berakhir dengan ciuman bibir yang begitu mesra. Ciuman yang membuat hati Nath merasa begitu damai. Vanya juga merasakan hal yang sama. Hatinya benar-benar merasa begitu tenang.
To Be Continued.