NovelToon NovelToon
GAZE

GAZE

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Vanilla_Matcha23

“Setiap mata menyimpan kisah…
tapi matanya menyimpan jeritan yang tak pernah terdengar.”

Yang Xia memiliki anugerah sekaligus kutukan, ia bisa melihat masa lalu seseorang hanya dengan menatap mata mereka.

Namun kemampuan itu tak pernah memberinya kebahagiaan, hanya luka, ketakutan, dan rahasia yang tak bisa ia bagi pada siapa pun.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yu Liang, aktor terkenal yang dicintai jutaan penggemar.
Namun di balik senyum hangat dan sorot matanya yang menenangkan, Yang Xia melihat dunia kelam yang berdarah. Dunia penuh pengkhianatan, pelecehan, dan permainan kotor yang dijaga ketat oleh para elite.

Tapi semakin ia mencoba menyembuhkan masa lalu Yu Liang, semakin banyak rahasia gelap yang bangkit dan mengancam mereka berdua.

Karena ada hal-hal yang seharusnya tidak pernah terlihat, dan Yang Xia baru menyadari, mata bisa menyelamatkan, tapi juga membunuh.

Karena terkadang mata bukan hanya jendela jiwa... tapi penjara dari rahasia yang tak boleh diketahui siapapun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla_Matcha23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33 - AREA AMAN

“Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,” katanya dengan suara rendah.

“Sekalipun aku harus melawan dunia untuk itu.”

Ketegangan di dalam ruangan begitu nyata, meski tak ada satu pun kata yang diucapkan. Yang Xia masih berdiri di sisi ranjang, berusaha menenangkan napasnya, sementara pikirannya terus menilai langkah berikutnya.

Namun tiba-tiba..

Klik.

Pegangan pintu berputar.

Suara kecil itu cukup untuk membuat detak jantung Yu Liang dan Xia sama-sama berhenti sesaat. Pintu terbuka perlahan. Seorang pria berpakaian formal hitam melangkah masuk tanpa mengetuk.

Wajahnya datar, tapi sorot matanya tajam, memeriksa seisi ruangan seperti sedang menghitung tiap inci udara yang mereka hirup.

“Kami mengetahui seseorang memasuki ruangan ini tanpa izin resmi.”

Xia menoleh perlahan, senyum tenangnya kembali muncul seolah tak ada yang terjadi. “Aku meminta mereka memberi izin.” ujarnya lembut.

“Aku dokter yang menangani pasien ini.” Pria itu menyipitkan mata. “Dokter Yang?”

Xia mengangguk sopan. “Benar. Apakah ada masalah?”

Penjaga itu melangkah mendekat, berhenti di sisi ranjang. Matanya menatap Yu Liang yang tampak lemah, lalu beralih lagi ke arah Xia.

“Saya hanya memastikan. Beberapa data pasien ini sangat rahasia. Tidak sembarang orang diizinkan untuk—”

“—menyentuhnya?” potong Xia halus, namun tegas.

“Aku tahu. Karena itu aku ditugaskan langsung oleh dewan medis pusat.”

Nada suaranya tenang, tapi mengandung kekuatan yang membuat pria itu terdiam sesaat. Untuk menambah keyakinan, Xia mengambil kartu identitas dari saku jasnya dan menyerahkannya.

Pria itu menatapnya lama, lalu menerima kartu itu, memeriksa cepat, sebelum akhirnya mengangguk tipis.

“Baik, Dokter. Maaf atas gangguannya.”

Begitu pria itu keluar dan pintu tertutup kembali, Xia menarik napas panjang untuk pertama kalinya sejak tiba.

Yu Liang menatapnya dengan khawatir.

“Mereka tidak akan berhenti,” ucapnya lirih. “Begitu mereka tahu kau di sini—”

Xia menatapnya dalam, dan untuk sesaat, senyum itu kembali muncul, tenang tapi dingin.

Xia menatap Yu Liang lembut, suaranya pelan namun penuh ketegasan yang tak bisa dibantah.

“Tenanglah,” ujarnya sambil mengeratkan genggaman di tangan Yu Liang.

“Mulai sekarang, tidak akan ada yang bisa menyentuhmu tanpa seizin aku lagi.”

Yu Liang ingin menjawab, tapi sebelum sempat bicara, Xia sudah berdiri.

“Aku harus pergi,” lanjutnya lirih.

“Aku tidak bisa membiarkan mereka mencurigai keberadaanku di sini… atau membahayakanmu lebih jauh.”

Langkahnya pelan namun pasti.

Bayangan tubuhnya terpantul samar di kaca jendela ruangan, sebelum akhirnya pintu menutup lembut di belakangnya.

Yu Liang menatap kepergian Xia dengan pandangan kosong. Di dadanya, sesuatu bergetar antara rasa takut dan rasa hangat yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

Apakah pilihannya itu benar? Dengan membiarkan wanita itu masuk kedalam hidupnya? Ataukah ia baru saja menyeret wanita itu ke dalam bahaya yang sama?

Ia menarik napas pelan, menatap langit-langit putih yang terasa semakin menekan.

“Aku tidak bisa membiarkannya menderita hal yang sama denganku,” gumamnya putus asa.

Keheningan menyelimuti ruangan.

Hanya suara alat pemantau jantung yang berdetak pelan. Ritmenya lambat, menandakan tubuh yang lemah dan hati yang kacau. Lalu dari balik napasnya sendiri, Yu Liang berbisik lirih, hampir tak terdengar. Mengingat perkataan Yang Xia padanya.

“Justru itu… tenanglah,” matanya memejam perlahan.

“Mereka akan tahu… tapi tidak lebih cepat dariku.”

Langkah Xia terdengar pelan di koridor rumah sakit yang sepi. Setiap denting hak sepatunya bergema lembut di lantai marmer, seolah menandai jarak yang perlahan ia paksakan dari Yu Liang. Jarak yang hatinya sendiri enggan tempuh.

Udara di lorong terasa dingin.

Terlalu sunyi.

Terlalu bersih.

Dan di tengah keheningan itu, nalurinya yang terlatih mulai bergetar. Ada sesuatu yang tidak wajar.

Ia berhenti melangkah.

Matanya menyapu sekitar dengan tenang, pada pandangan pertama, tak ada siapa pun selain perawat yang berlalu cepat di ujung lorong. Tapi napasnya perlahan tertahan.

Bayangan samar di pantulan kaca terlalu stabil untuk sekadar refleksi.

Seseorang mengawasi.

Tangannya secara refleks meraih ponsel di saku jasnya, mengetik cepat sesuatu, pesan singkat ke Feng Xuan:

"Pastikan area lantai tujuh bersih. Jangan biarkan siapa pun masuk tanpa izin dariku."

Ia mengembuskan napas pelan, berusaha menenangkan diri. Tapi di dada, sesuatu terasa sesak. Genggaman tangannya tadi masih terasa hangat, rapuh, membuat hatinya nyaris berbalik arah.

Mungkin aku harus kembali… pikirnya, tapi segera ditepis.

Tidak.

Jika ia kembali sekarang, orang-orang itu akan tahu. Mereka akan menebak siapa yang sebenarnya ia lindungi.

Dan itu berarti Yu Liang dalam bahaya.

Xia menutup matanya sejenak.

Bayangan wajah Yu Liang pucat, lemah, tapi tetap mencoba tersenyum, kembali menari di benaknya, membuat langkahnya gemetar sesaat.

“Tenanglah, Liang…” bisiknya nyaris tanpa suara.

“Aku tidak akan membiarkan mereka mendekat… meski aku harus menjauh darimu sekarang.”

Seketika, suara langkah kaki lain terdengar samar di belakangnya cepat, nyaris tak terdeteksi jika bukan karena kepekaannya. Xia menoleh perlahan, matanya berubah dingin.

Hanya sekejap, tapi cukup untuk membuat bayangan di ujung lorong berhenti bergerak.

Ia menarik napas panjang, kemudian melangkah lagi, meninggalkan lorong itu tanpa menoleh.

Namun setiap langkah yang menjauh terasa seperti menyayat, seolah ia meninggalkan sebagian dirinya di ruangan itu, bersama pria yang berusaha ia lindungi.

Ponsel Feng Xuan bergetar hanya sekali.

Satu notifikasi masuk, dengan nama pengirim, Nona Besar. Hanya satu kalimat yang cukup membuatnya menegakkan tubuh seketika.

“Pastikan area lantai tujuh bersih. Jangan biarkan siapa pun masuk tanpa izin dariku.”

Ia menatap layar beberapa detik, kemudian menyipitkan mata.

Nada itu.

Tegas, terukur. Itu bukan sekadar instruksi medis, itu perintah operasi.

“Lantai tujuh,” gumamnya rendah. “Apa Nona Xia, dalam bahaya? Tunggu... Apakah target masih di ruang isolasi.”

Feng Xuan segera menutup laptop di depannya. Ruang kontrol kecil di basement rumah sakit itu langsung sunyi. Hanya deru lembut pendingin udara dan cahaya biru dari deretan monitor keamanan yang menyoroti wajahnya.

Ia menekan tombol di headset-nya.

“Unit satu, perimeter tujuh aktif. Pastikan semua CCTV berfungsi, dan hapus rekaman tiga puluh detik terakhir.” Suara-suara pelan menjawab di seberang, singkat, efisien.

Ia berdiri dan berjalan cepat menuju ruang pemantauan utama. Di layar, puluhan kamera menampilkan lorong, ruang perawat, dan area steril rumah sakit.

Di salah satu sudut monitor, ia melihat sosok Xia berjalan menjauh dari ruang pasien. Gerak langkahnya tampak tenang, terlalu tenang bagi seseorang yang baru saja keluar dari ruangan pasien yang terancam nyawanya. Feng Xuan tahu, di balik ketenangan itu, ada badai yang sedang berputar.

Namun pandangannya segera beralih ke sisi lain layar, titik hitam bergerak di bayangan refleksi kaca jendela lorong.

Seseorang mengawasi.

“Dapatkan dia,” ucap Feng Xuan pelan.

Tak perlu teriak, tak perlu menjelaskan. Dua orang berpakaian staf kebersihan yang tadi bersandar di dekat lift segera bergerak. Gerakan mereka cepat dan nyaris tanpa suara.

Dalam waktu kurang dari satu menit, kamera menunjukkan sosok mencurigakan itu sudah terjepit di antara dua lorong kosong.

Feng Xuan menatap layar tanpa emosi.

“Non-lethal. Bersihkan, lalu seret keluar lewat pintu servis. Aku tidak mau setetes pun darah di dalam gedung.”

“Baik.”

Sambil mematikan mikrofon, ia membuka kembali ponselnya. Jarinya berhenti sejenak sebelum mengetik balasan singkat.

“Area aman. Tapi seseorang telah memperhatikanmu, Nona. Kami tangani tanpa jejak.”

Pesan terkirim.

Dan untuk sesaat, Feng Xuan menatap layar monitor tempat Xia menghilang di ujung lorong, sosok yang bahkan dalam diam, bisa menggerakkan seluruh sistem keamanan hanya dengan satu pesan singkat.

“Seperti biasa,” gumam Feng Xuan pelan, setengah kagum, setengah khawatir.

“Dia selalu berjalan sendirian… bahkan di tengah medan perang.”

1
Rama 23
Baru baca 3 Bab, sampai disini menarik. Tapi mau nabung bab dulu, biar bacanya gak nanggung dan penasaran. Soalnya author nya baru. Jangan lelah nulisnya ya, Thor. Aku menunggu cerita selanjutnya. jangan sampai gak update! SEMANGAT THOR ✍🏻💪🏻🔥🔥
Rama 23
Yu Liang kamuuu
Rama 23
Dokter Yang Xia, AKU PADAMU/Angry//Kiss/
Rama 23
Menyimak
Rama 23
Masih awal, sepertinya menarik.
Zerine Leryy
/Determined/ Kemarin absen mau nabung BAB dulu. Gak nyangka author update setiap hari. /Good//Good/ ditunggu kelanjutan nya thor, sekarang aku mau panen BAB dulu/Joyful//Applaud/
Om Ganteng
Lanjut thorrr💪
Om Ganteng
Yang Xia
Om Ganteng
Chen Wei
Om Ganteng
Yang Xia/Determined/
Om Ganteng
Yu Liang/Sob/
Om Ganteng
Thor... apa ini Yu Menglong?
Rama 23: Ya..ya sepemikiran.
total 1 replies
Zerine Leryy
Thor, Yu Liang... seperti Yu Menglong/Sob//Sob/
Zerine Leryy
Guang Yi keren...
Zerine Leryy
Bagus, lanjutkan Thor... Semoga ceritanya bagus sampai akhir/Good//Ok/
Zerine Leryy
Yang Xia dibalik Yang Grup, Guang Yi dan Feng Xuan 👍 perpaduan keragaman yang keren
Zerine Leryy
Ceritanya bagus, Sangat jarang ada Ceo wanita yang tangguh seperti Yang Xia.
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jelek nggak banget!
Yue Sid
Aduh, cliffhanger-nya bikin saya gak tahan nunggu, ayo lanjutkan thor!
Gladys
Asik banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!