tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH TUJUH
Di kantin Van's High School, tiga laki-laki duduk dengan santai sambil menunggu seseorang yang belum tiba. Banyak lirikan mata yang menatap mereka, paras yang tampan membuat mata kaum hawa berbinar. Tapi mereka tidak peduli sama sekali, sudah biasa, pikir mereka.
Orang yang mereka tunggu akhirnya datang, dia duduk dengan santai sambil meminum minuman miliknya yang sudah di pesan oleh temannya sedari tadi.
"Gimana? Udah kelar? " Tanya Damian, ya... Mereka adalah teman-teman Alex, dragon's sword. Mereka yang biasanya berlima kini harus kurang personil untuk sementara waktu, karena Alex yang tidak hadir ke sekolah.
Lucas yang di tanyai hanya mengangguk kan kepalanya, "udah beres" Katanya.
"Jadi Lexa kelas berapa? " Tanya Arga sambil memakan gorengan.
"IPS a, gak nyangka gue tu anak pinter" Jawab Lucas, dia tadi harus ngurus sesuatu atas permintaan Alex. Karena seluruh keluarga Alex harus pergi ke luar negri termasuk Alexa, Alex takut Alexa tidak menemukan tempat duduk yang nyaman di kelas baru. Jadi dia menyuruh salah satu temannya untuk melihat kelas Alexa dimana sekalian tandai meja untuk adiknya itu.
"Emang menurut lo keluarga Vincent ada yang bodoh? " Tanya Arga sambil terkekeh, membuat teman-temannya ikut tertawa kecil. Benar juga, keluarga Vincent adalah contoh orang-orang dengan otak yang tidak bisa di remehkan.
"Meja Lexa yang lo tandain gak bakal di ambil orang kan? " Tanya Damian, dia sedari tadi makan gorengan dengan Arga yang berada di sampingnya.
"Lo pikun atau amnesia?" Tanya Lucas sinis, "Kita mesti lapor ke wali kelas kalau udah tandain meja, lagian bukannya di meja bakal di tempel nama" Sambung nya kesal. Damian hanya cengengesan, dia lupa tentang itu. Memang murid baru yang sudah menemukan kelasnya akan memilih meja sendiri, lalu menempelkan namanya di atas meja, baru setelahnya lapor ke wali kelas. Para guru melakukan cara itu agar murid-murid tidak memperebutkan soal meja, jadi kalau telat memilih maka pilihan meja hanya yang tersisa saja. Lagi pula siswa cenderung duduk di tempat yang sama sampai mereka pindah ke kelas selanjutnya, bukan kah tempat yang nyaman itu penting?
" Omong-omong, berapa lama Alex di luar negri? " Tanya Lucas kemudian.
"Seminggu" Jawab Kevin yang sedari tadi diam menyimak pembicaraan sahabat-sahabatnya. Dia meminum jus jeruk sambil mengedarkan pandangan, dia belum melihat adiknya setelah di antar papi pagi tadi. Hingga matanya menangkap objek yang di cari, tapi dia tidak menegur hanya memperhatikan saja.
Arga yang berada di samping Kevin ikut penasaran, apa yang laki-laki itu lihat? Arga mengikuti arah pandang teman nya itu. Terlihat dua gadis yang berjalan masuk kantin.
"Suka yang mana Vin, yang tergerai apa yang terikat? " Tanya Arga sambil menyenggol lengan Kevin, tapi laki-laki itu tidak menjawab. Lucas dan Damian yang melihat itu ikut penasaran, akhirnya mereka ikut memperhatikan.
"Kok kayak pernah lihat ya? Tapi di mana? " Batin Lucas sambil mencoba mengingat-ingat.
*******
Gladis dan Amanda berdiri di tengah-tengah kantin, memindai meja kosong mana yang sekira nyaman untuk mereka menikmati makan di kantin. Tinggal beberapa meja lagi yang kosong.
"Mau duduk dimana nih? " Tanya Amanda.
"Di mana aja, yang penting duduk" Jawab Gladis.
"Ya udah, di lantai aja" Canda Amanda, Gladis melirik sinis gadis di samping nya. Lalu dia menarik gadis itu ke arah meja kosong yang rupanya dekat dengan meja Kevin dan teman-temannya. Gladis tidak tau kalau meja yang di pilihnya itu dekat dengan meja kakak nya, sedangkan Amanda hanya pasrah saja ketika di tarik oleh teman barunya itu.
" Lo tau? Gue tu gak nyangka banget bisa sekolah di sini " kata Amanda sambil memakan kentang goreng. Omong-omong mereka sudah memesan makanan sebelum mencari tempat duduk.
"Sekolah di sini emang impian semua orang" Timpal Gladis, di tangan nya sudah ada hamburger.
"Permisi, boleh gabung?"
Gladis dan Amanda melihat ke arah suara, laki-laki tinggi namun sedikit kurus dan berkacamata berdiri di samping Amanda sambil memegang makanan nya.
"Duduk aja, lagian ini tempat umum kok" Ucap Gladis sambil tersenyum, dia lalu menggigit hamburger nya yang tadi sempat tertunda karena kedatangan laki-laki tersebut.
"Berani macam-macam sama adek gue, gue mampusin lo! " Batin Kevin yang melihat laki-laki berkacamata dengan poni menutup kening itu menghampiri meja adiknya, dia sedari tadi memperhatikan adiknya itu walau dia tau Gladis tidak mengetahui keberadaan nya.
"Nama gue Deon Ander, nama kalian siapa?" Tanya Deon.
"Aku Gladis Agnia".
"Gue Amanda Lofan".
" Kalian dapat kelas mana? " Tanya Deon lagi sambil memakan nasi goreng.
"Tau dari mana kami mubar? " Tanya Amanda sambil memicingkan matanya, dari pertanyaan Deon bisa dia tebak kalau dia tau mereka mubar, karena kalau murid lama pertanyaan nya 'kalian kelas berapa' bukan?
"Gue di belakang lo pas di lapangan" Jawab Deon, "trus kalau Gladis, gue liat pas bubar dari lapangan, dia lagi di goda sama kakel" Lanjutnya tanpa beban. Amanda segera melihat ke arah teman barunya itu.
"Wahhhhh, keren lo! Hari pertama sekolah udah ada yang naksir" Goda Amanda. Gladis hanya terkekeh saja mengingat kejadian tadi pagi ketika bubar dari lapangan.
"Pasti udah biasa, dia kan cantik. Ya gak Glad? " Cetus Deon. Gladis hanya mengibas kan rambutnya lalu tertawa kecil dengan kelakuan nya sendiri.
"Ya sih... Gue yakin lo bakalan jadi primadona di sekolah ini" Ucap Amanda serius.
"Udah sih... Ngapain mikirin itu, lagian kita di sini buat belajar bukan buat tebar pesona" Ucap Gladis bijak. Membuat Amanda mengangguk setuju.
"Siapa yang berani ngegoda adek goda tadi pagi? Cari masalah sama gue? " Batin Kevin tak suka, kalau dia tau siapa orang nya, bakal babak belur laki-laki itu. Ketiga temannya yang melihat reaksi Kevin ketika mendengar pembicaraan meja di dekat mereka hanya diam sambil di kepala mereka sibuk menerka-nerka.
"Kalian kelas mana? " Tanya Deon lagi, soalnya pertanyaan nya tadi belum ke jawab.
"Kita kelas IPA a, kamu?" Tanya Gladis balik.
"Gue IPS a" Jawab Deon, " Kalian murid beasiswa? " Tanya nya ragu. Amanda dan Gladis mengangguk serempak. Deon menghela napas lega. Dia sudah berpikir kalau Amanda murid beasiswa dari segi penampilan yang sederhana, tapi tidak dengan Gladis. Walau gadis itu terlihat sederhana, tapi Deon tau sepatu bahkan jam yang di pakai Gladis adalah merek mahal.
"Kenapa lo nanya soal itu? " Tanya Amanda.
"Kalau bukan murid beasiswa, bukannya itu anak orang kaya? Karna menurut gue, mereka gak bakal mau berteman sama orang miskin kayak gue" Jawab Deon.
"Jadi lo murid beasiswa juga dong? " Tanya Amanda, Deon mengangguk membenarkan.
"Tapi yon, gak semua anak orang kaya berpikir kalau gak selevel sama anak miskin. Karna banyak di luar sana yang berteman tanpa memandang status sosial" Ucap Gladis. Dulu dia sempat berpikir begitu, tapi setelah bertemu dengan Alex dan orang-orang seperti tuan Thomas yang tidak memandangnya rendah, akhirnya dia mengubah cara pandangnya.
"Yang lo bilang gak salah sih, cuman untuk bertemu yang benar-benar tulus itu sulit" Ujar Deon.
"Sulit bukan berarti tidak bisa kan" Timpal Gladis, Amanda dan Deon mengangguk membenarkan.
Mereka terus bertukar cerita sambil sesekali terdengar tawa, mereka bercanda tanpa sungkan. Mereka seolah sudah akrab dan berteman lama. Hingga mereka berhenti bercanda ketika kantin yang tiba-tiba hening.
semangadddd/Determined/
grazy uup dong thor 🥲
grazy uup dong thor 🥲
grazy uup dong thor 🥲