NovelToon NovelToon
CINTA DARI MASA LALU

CINTA DARI MASA LALU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Kehidupan di Kantor / Fantasi Wanita
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ASEP SURYANA 1993

Email salah kirim, meeting berantakan, dan… oh ya, bos barunya ternyata mantan gebetan yang dulu menolak dia mentah-mentah.
Seolah belum cukup, datang lagi intern baru yang cerewet tapi manisnya bikin susah marah — dan entah kenapa, selalu muncul di saat yang salah.

Di tengah tumpukan laporan, deadline gila, dan gosip kantor yang tak pernah berhenti, Emma harus belajar satu hal:
Bagaimana caranya tetap profesional saat hatinya mulai berantakan?

Antara mantan yang masih bikin jantung berdebar dan anak magang yang terlalu jujur untuk dibiarkan begitu saja, Emma akhirnya sadar — cinta di tempat kerja bukan cuma drama… tapi juga risiko karier dan reputasi yang bisa meledak kapan saja.

Cinta bisa datang di mana saja.
Bahkan di ruang kerja yang penuh tawa, kopi tumpah, dan masa lalu yang tak pernah benar-benar pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ASEP SURYANA 1993, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 12 — Gosip Pagi dan Ruang Kerja yang Salah

Pagi itu, matahari Seabrook menyelinap lewat jendela besar ruang kerja resort.

Burung camar berteriak di kejauhan, dan aroma kopi dari dapur bawah mulai menyebar.

Sayangnya, pemandangan yang paling “menarik” hari itu bukan laut biru — tapi Emma dan Ryan yang tertidur di kursi kantor, bersebelahan, dengan laptop masih menyala di depan mereka.

Ryan duduk setengah miring, kepalanya jatuh ke bahu Emma.

Sementara Emma, tanpa sadar, menyandarkan kepala di kepalanya juga.

Pemandangan yang damai… sampai pintu terbuka.

“Uh-oh…”

Itu suara Tessa — anggota tim marketing yang datang paling pagi.

Ia berdiri di ambang pintu dengan ekspresi campuran antara kaget dan puas.

“Pemandangan terbaik sebelum sarapan,” bisiknya sambil mengeluarkan ponsel.

Klik.

Satu foto.

Dua foto.

Tiga foto.

Beberapa menit kemudian, seluruh grup obrolan kantor sudah ramai:

> [Gossip Channel - Internal Only]

📸 “Intern dan Senior tertidur di ruang kerja! Sweet banget 😍”

---

Emma terbangun karena bunyi notifikasi ponselnya yang tak henti bergetar.

Ia mengerjap, menatap Ryan di sebelahnya — dan langsung sadar posisi mereka.

“Oh Tuhan—” serunya, langsung bangkit dan menjauh. “Kita tidur?!”

Ryan menguap pelan. “Kalau iya, semoga mimpi kita senada.”

“Ryan! Ini bencana PR!”

Emma menatap layar ponselnya, matanya membulat. “Astaga… sudah viral di grup kantor.”

Ryan mendekat, melihat foto mereka. “Wah, angle-nya bagus juga. Mereka tahu sisi terbaik wajahku.”

“Ryan!” Emma menepuk dahinya. “Kau nggak bantu sama sekali.”

Ryan terkekeh. “Oke, oke. Aku serius. Kita harus jelaskan ke mereka.”

Emma menatap jam. “Dan sebelum itu, kita harus jelaskan ke Liam.”

“Liam?” Ryan meneguk ludah. “Oke, itu lebih menakutkan dari viralnya.”

---

Tak lama, pintu ruang rapat terbuka keras.

Liam berdiri di sana, membawa tablet, wajahnya dingin — terlalu dingin untuk pagi hari.

“Carter. Miller. Duduk.”

Emma menelan ludah. Ryan dengan tenang menepuk bajunya dan duduk, meski jelas gugup.

Liam memutar tablet, menunjukkan foto-foto yang beredar.

“Penjelasan?”

Emma mencoba tenang. “Kami bekerja sampai larut, Pak. Tidak sengaja tertidur.”

Liam menatapnya tajam. “Dan tidak sempat mematikan lampu ruang kerja, menutup laptop, atau mengunci pintu?”

Ryan mengangkat tangan. “Itu salah saya, Pak. Saya lupa karena sedang… terinspirasi.”

Liam menatapnya datar. “Terinspirasi tidur?”

Ryan nyengir. “Lebih ke tidur produktif, Pak.”

Liam menarik napas panjang, jelas menahan emosi.

“Baik. Aku tidak mau tahu alasan lain. Tapi mulai hari ini, kalian berdua tidak akan bekerja di ruangan yang sama tanpa pengawasan.”

Emma membuka mulut. “Pak—”

“Itu bukan permintaan,” potong Liam cepat. “Itu keputusan.”

Suasana hening. Ryan menatap meja, lalu menatap Liam.

“Dengan hormat, Pak, saya rasa itu berlebihan.”

“Berlebihan adalah ketika foto dua karyawan tidur bersama beredar di seluruh kantor,” balas Liam dingin. “Aku berusaha menyelamatkan reputasi kalian.”

Emma menatap Liam tajam. “Atau reputasimu sendiri?”

Liam terdiam. Sekilas, ekspresinya seperti tertampar.

Ryan menoleh ke Emma, lalu pelan berkata, “Aku rasa kita perlu istirahat.”

Liam berdiri tegak, lalu berkata pendek, “Istirahatlah. Tapi ingat, mulai sekarang semua mata tertuju pada kalian.”

Ia pergi tanpa menoleh lagi.

---

Ketika pintu tertutup, Emma langsung menunduk. “Hebat. Sekarang dia benar-benar marah.”

Ryan bersandar di kursi, mencoba meringankan suasana.

“Yah, kalau dipikir-pikir, ini bisa jadi momen ikonik. Dua orang pekerja yang tidak berdosa, difitnah oleh keindahan tidur alami.”

Emma melotot. “Ryan!”

Ryan tertawa kecil. “Oke, oke. Maaf. Aku cuma nggak mau lihat kamu stres lagi.”

Emma menatapnya. “Kau selalu bisa bercanda di saat paling salah.”

Ryan menatap balik, lebih lembut kali ini. “Mungkin karena aku nggak tahan lihat kamu terlalu serius. Kamu beda waktu ketawa.”

Emma menatap Ryan beberapa detik. Ada sesuatu di sana — sesuatu yang mulai tumbuh tanpa mereka sadari.

Tapi sebelum suasana berubah terlalu jauh, suara notifikasi baru muncul dari ponsel Emma.

> Monica:

“Emma, kalian masuk berita kantor! Mereka bikin meme kalian berdua 😭🤣 #TeamEmYan”

Emma memejamkan mata. “Oke. Ini resmi jadi mimpi buruk nasional.”

Ryan memandangnya, lalu dengan nada santai berkata,

“Kalau gitu, biarkan aku jadi mimpi indah di tengah mimpi burukmu.”

Emma mendengus. “Kau nggak pernah berhenti, ya?”

Ryan tersenyum. “Nggak. Soalnya setiap kali aku berhenti, kamu terlihat lebih jauh.”

---

Siang harinya, mereka pergi makan siang bersama tim di restoran tepi pantai.

Semua orang pura-pura sibuk membaca menu, padahal jelas-jelas memperhatikan Emma dan Ryan.

Tessa menyenggol Monica. “Kau lihat cara Ryan naruh sendok buat Emma tadi? Romantis banget.”

Monica terkikik. “Aku udah bilang dari awal, chemistry mereka nggak bisa disembunyikan.”

Emma menatap mereka berdua dengan senyum kaku. “Kami cuma rekan kerja.”

Ryan menatapnya cepat. “Tapi rekan kerja bisa saling peduli, kan?”

Emma menatap Ryan, terkejut oleh nada suaranya yang serius.

Untuk sesaat, ruang itu hening — lalu semua tertawa, mengira Ryan bercanda lagi.

Tapi Emma tahu, di balik senyum itu, ada makna yang sebenarnya tidak main-main.

---

Malam harinya, Emma berdiri di balkon penginapan, memandangi laut.

Ponselnya bergetar — pesan dari Liam.

> Liam:

“Kau baik-baik saja?”

“Aku tidak ingin ini menyakitimu lebih jauh.”

Emma menatap pesan itu lama, lalu menjawab:

> “Aku baik-baik saja. Mungkin sedikit malu. Tapi aku mulai terbiasa.”

“Jangan khawatirkan aku, Liam. Aku bisa jaga diri.”

Beberapa detik, belum ada balasan.

Lalu muncul lagi:

> “Aku tidak tahu apakah itu hal yang baik atau buruk.”

“Tapi aku senang kau masih menjawab.”

Emma menatap laut, lalu tersenyum kecil — campuran getir dan lega.

Ia tahu, dalam caranya sendiri, Liam masih peduli. Tapi hatinya… perlahan mulai menatap ke arah lain.

Dari kejauhan, Ryan muncul sambil membawa dua gelas cokelat panas.

“Kalau kamu sibuk balas pesan mantan, aku bisa simpan satu gelas buat aku sendiri,” katanya ringan.

Emma tersenyum kecil. “Bukan mantan. Bos yang terlalu sulit dihapus dari pikiran.”

Ryan menyerahkan satu gelas padanya. “Kalau gitu, biar aku bantu nambah pikiran baru.”

Emma menatap Ryan. “Kau yakin bisa?”

Ryan tersenyum, menatap laut juga. “Aku nggak tahu. Tapi aku nggak akan berhenti nyoba.”

Ombak menggulung, cahaya bulan memantul di mata mereka berdua.

Malam itu, tidak ada yang mereka katakan secara langsung — tapi semuanya mulai terasa jelas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!