Antara Luka Dan Cinta (Pernikahan Yang Terluka)

Zakia berjalan sendiri membawa Gus Kais ke kamar Hotel, ucapan Gus Kais nampak ngelantur membuat Zakia takut sekaligus panik.

Di tambah Gus Kais yang tingi besar membuat Zakia yang kecil itu nampak kewalahan memapahnya. keringat mengucur deras di kening, sudah pasti Zakia merasa Gerah karena berjalan dari Caffe sampai menuju Hotel lumayan jauh.

"Alhamdulilah..." Zakia menghirup nafas lega, kala mendapati sudah berada di lorong kamar Hotel mereka yang mana sebentara lagi sampai kedalam kamar

Zakia mempercepat langkahnya, tibalah ia, di dalam kamar ia langsung menjatuhkan Gus Kais dengan pelan ke kasur, perlahan mencopot sepatu yang di kenakan Gus Kais, ingin mengantikan Gus Kais dengan sarung namun nampaknya Zakia ragu-ragu.

"Sayang ... Sini sayang." Ucap Gus Kais, tangannya melambai kearah Zakia, matanya sedikit terpejam membuat Zakia semakin gugup dan tidak percaya karena sumai dinginnya itu memangil dirinya sayang.

Ragu-ragu Zakia mendekat dengan langkah gemetaran, namun Gus Kais meraih tangan Zakia dan menariknya kedalam pelukanya. Seketika itu juga Zakia terjatuh kedalam dekapan suami dinginnya itu.

"Kamu tahu ngak Mas sebenarnya ngak tega kalau liat kamu nangis." entah sadar atau tidak, tiba-tiba saja Gus Kais mengucapkan itu.

Zakia hanya terdiam tidak berani bersuara, karena ia takut kejadian saat itu terulang lagi, saat itu dirinya yang di dekap bibir Gus Kais malah bergumam membicarakan Ayunda.

Mata Gus Kais sedikit menyipit, bibirnya tersenyum manis, entah itu benar atau tidak senyuman untuk dirinya. "Tapi mas butuh waktu..." kalimat itu tertahan karena tiba-tiba Gus Kais menarik Zakia lebih dekat, sampai wajah mereka saling bertemu pandang.

Membuat Zakia berdebar-debar saat itu juga tiba-tiba Gus Kais melumat bibirnya dalam. Zakia terhenyak ingin mundur namun Gus Kais terus memegangi kepalanya.

Sementara itu, Umi dan Abah mengatur nafas mereka yang tersengal sengal karena lelah berjalan, padahal baru saja sampai

di depan pintu kamar Hotel Gus Kais dan Zakia, "Coba buka saja Mi, barangkali Kia di dalam sedang panik kewalahan." Ujar Abah nampak risau.

Namun Saat mereka buka pintu kamar alangkah terkejutnya Umi dan Abah saat mendapati Gus Kais dan Zakia sedang bercumbu.

"Eh Ya-Allah." Abah dan Umi yang kaget langsung memejamkan matanya pura-pura tidak melihat pemandangan itu.

Zakia lebih kaget, ia langsung mendongak dan melepaskan tautan Gus Kais. " Ya-Allah Umi, Abah." Zakia merasa tidak enak ia langsung menghampiri Umi dan Abah yang masih berdiri dibalik pintu.

"Umi, Abah, Kia minta maaf tadi ngak sempat kunci pintu Kia minta maaf yah." Zakia langsung meraih kedua tangan mertuanya.

"Aduh ngak papa Kia, justru itu bagus, Umi sama Abah yang minta maaf karena sudah lancang main buka pintu ngak ketuk dulu." Wajah Umi dan Abah nampak kentara merona.

"Ngak Umi, Abah Kia yang minta maaf," biar bagimana pun Zakia merasa itu semua sebenarnya tidak harus terjadi.

"Ngak papa, sudah ayo teruskan jangan di tunda kasihan sarang burung Masmu loh itu, Umi sama Abah juga mau Istrahat." Umi dan Abah tertawa pelan, sembari meminta Zakia masuk kedalam kamarnya kembali.

Sekepergiannya Umi dan Abah. Zakia langsung menutup pintu kamarnya, melihat kearah ranjang disana Gus Kais terlentang sambil terpejam.

Zakia berjalan kearah ranjang, menyentuh bibirnya, merasakan bibirnya yang tadi Kebas karena Ciuman sumai dinginnya itu.

Zakia sekarang tepat berdiri di samping Gus Kais, ia memandang dalam Laki-Laki yang terpejam dengan damai itu.

"Apakah aku harus kembali memulai?" Zakia merasakan tubuhnya meremang mengingat kecupan hangat yang baru saja Gus Kais berikan.

Zakia lama mematung, rasa-rasanya ia tidak sanggup jika harus memulai dalam keadaan Gus Kais yang terlelap pulas.

"Aku rasa tadi dia hanya sedang bermimpi mungkin saja tadi Ayunda memberikan nya sesuatu." Zakia meremas kedua tanganya gugup

"Lagi pula, aku tidak mungkin menyerahkan segalanya dalam gelora hasrat yang salah, dia bisa saja berubah kapanpun yang ia mau, sedangkan nanti aku akan layu dan mengering karena penolaknya saat sadar pasti akan begitu terang-terangan." Zakia sudah memikirkan itu matang-matang, alhasil malam ini ia kembali tidur dengan jiwa yang begitu hampa.

.

.

Sementara Di kamar sebelah, Abah dan Umi masih terjaga, menatap langit-langit kamar Hotel sembari berbincang dalam kebingungan atas kejadian beberapa jam yang lalu.

"Umi kok jadi kepikiran Zakia yah Bah." Ujar Umi sembari menggenggam erat tangan suaminya.

"Iya Abah juga Mi, di tambahkan Zakia ngak tahu kalau Ayunda itu pernah pacaran sama Kais, apa tadi dia ngak marah yah Mi, atau curiga gitu sama Kais?" Abah juga nampak khawatir

Umi mengerutkan keningnya tapi ia merasa janggal kalau Umi merasa Zakia itu sudah tahu. "Tapi Umi yakin sih Bah, kalau sebenarnya ia sudah tahu, cuma Abah kan tahu sendiri kalau Kia itu anaknya pendiam dan patuh, jadi sudah di pastikan masalah rumah tanganya juga dia ngak bakalan cerita sama kita, karena ini juga bukan yang pertama kalinya kan Bah, sebelumnya waktu Umi minta tolong belikan buku di Toko Marwah, kan Ayunda juga nekat melabrak kesana."

Abah mencoba mengingat saat malam itu anaknya di hajar Habis-habisan oleh Ustadz Hisyam, dan itu alasanya karena Gus Kais malah memilih Ayunda ketimbang istrinya sendiri.

"Iya Umi, Abah juga bingung menyikapi Kais, karena kalau dia masih diam-diam berhubungan dengan Ayunda sama aja itu bakal jadi pemicunya."

"Tapi Umi salut loh Abah sama Kia, dia ngak pernah ngeluh soal masalah Kais pada kita."

"Yah Justru itu kita harus terimakasih sama Gusti-Allah, karena sudah mengirimkan Zakia pada kita buat jadi menantu." Abah menimpali, tubuhnya kini mengubah posisi miring berhadapan dengan sang istri.

"Tapi kalau kita jadi orang tua ngak bisa selamatkan Kais dalam hubungan yang haram kita juga toh yang dosa Mi, makanya biar gimana caranya agar kita bisa membuat Kais jauh dari Ayunda." Imbuh Abah.

Umi dan Abah sedang rundingan, memikirkan cara bagimana caranya agar Gus Kais bisa melupakan Ayunda.

"Tapi kalau masalah cinta mungkin anak kita sudah mencintai Zakia Bah, buktinya saja tadi pas di dalam kamar Zakia lagi di Kiss.." Umi tersipu, mengingat tadi tidak sengaja masuk kedalam kamar Zakia dan Gus Kais.

"Yah belum tentu Mi, memangnya kamu ngak memperhatikan Kais tadi waktu keluar dari Caffe sudah sempoyongan pastinya yah Ayunda sudah memasukan sesuatu dalam minuman atau masakan, bukanya Abah Seuzon, tapi Ambisi seseorang kan bisa saja melakukan Apa-pun Umi." Abah begitu sangat yakin dengan semua kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu adalah ulah Ayunda karena Ambisinya.