Mohon dukungan 😁😁
Like,komen dan vote ya cinta 👌👌👌
Aku Mawar Paramitha tidak percaya dengan ada nya Tuhan,Lalu mengapa aku diminta untuk percaya pada CINTA???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma mossely, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11.Pertemuan pertama setelah lima belas tahun 2
"Orang gila itu akan tiba di sini tiga jam lagi,cepat siapkan apartement untuk nya.Lengkapi semua keperluannya selama dia disini."
Kenn Ganesha berseru heboh ketika mengetahui jika Mawar akan berkunjung ke Ibu Kota.
Boy yang mendengar jika Big Boss nya akan datang berkunjung juga ikut heboh.Dia yang tadi tenang mengelap cipratan kopi yang keluar dari mulut Kenn diatas meja,langsung berdiri.
"Aku akan menyiapkan nya, Tuan." dengan begitu Boy langsung keluar dengan cepat.
Kenn yang melihat sekertaris nya berjalan lebih cepat dari pada berlari langsung terdiam.
"Siapa yang sebenar nya menjadi boss nya disini? Hanya karna wanita gila itu datang,dia sudah seheboh itu."
Kenn menggerutu melihat kepergian Boy.
♧♧♧♧♧♧
Tiga jam kemudian.
Mawar baru saja keluar dari stasiun Kereta Api tanpa membawa apa-apa di tangan nya.
Dia hanya mengenakan celana jeans dan hoodie hitam,dan tangan kiri nya mengenggam ponsel.
Baru saja dia akan melangkah keluar dari stasiun Kereta Api,sebuah mobil BMW tipe 2181 berwarna hitam berhenti tepat di depan nya.
Lalu seorang pria muda dengan kaca mata emas membingkai matanya keluar dari dalam mobil.
"Big Boss" seru Boy dengan senyum lebar.Dia bahkan nyaris memeluk Mawar jika saja Mawar tidak menghindar.
"Maaf Big Boss." Boy cengengesan melihat wajah lumpuh Mawar.
"Low profile?"
Alis mata Mawar terangkat sebelah begitu melihat jenis mobil yang di kendarai Boy untuk menjemputnya.
"Yah,Tuan Muda berkata jika Big Boss tidak suka terlalu menonjolkan diri,jadi aku hanya bisa menggunakan mobil ini."
Jelas Boy dengan gugup.Dia benar-benar merasa senang ketika dirinya diutus untuk menjemput Mawar hari ini.
Boy bahkan dengan sengaja merapikan tatanan rambut nya hari ini,semua demi memberikan kesan yang baik dihadapan Big Boss nya.
Mawar mengangguk membenarkan.
Melihat sang Big Boss tidak mempermasalahkan pilihan nya,Boy semakin senang lagi.
Dengan sigap dia membukakan pintu penumpang untuk Mawar dan mempersilahkan nya masuk dengan hormat.
Mawar merasa geli dengan penampilan Boy,namun dia tidak berniat untuk menanggapinya.Sekarang ini dia sedang fokus untuk mencari tau dimana keluarga sialan itu menyembunyikan Nenek dan Paman kecil nya.
Di sepanjang perjalanan Boy berulang kali mencuri pandang ke arah Big Boss nya melalui kaca spion.
Melihat Big Boss nya memejamkan mata,Boy tidak berani untuk mengganggu nya sama sekali.Dia menyetir dengan sangat hati-hati dan sebisa mungkin meminimalisir guncangan agar sang Big Boss tidak terganggu.
Lima belas menit berkendara,mobil masuk kedalam kawasan Apartement elit yang berada di jantung Ibu Kota negara Matahari tersebut.
"Big Boss kita sudah sampai."
Kata Boy dengan lembut seakan-akan Mawar adalah bayi kecil yang takut mendengar suara yang kuat.
Mawar langsung membuka mata nya dan alis nya berkerut ketika dia melihat lingkungan yang dia datangi.
"Aku meminta Kenn untuk menyiapkan hotel saja untuk ku,aku tidak ingin keberadaan ku di ketahui oleh siapapun,lalu kenapa kalian membuat ku tinggal di Apartement?"
Mawar menatap tajam kearah Boy.
"Boss ini adalah perintah dari Tuan Muda,lagi pula Apartement ini di daftarkan atas nama ku.Jadi tidak akan ada yang curiga,lagi pula aku menyewa Apartement yang paling biasa disini.Tuan Muda berkata Apartement jauh lebih aman bagi Big Boss tinggal karna mereka juga dilengkapi dengan fasilitas keamanan yang baik."
Penjelasan Boy tidak membuat kerutan dialis Mawar berkurang,hanya saja dia juga lelah jika harus berpindah-pindah lagi.
"Kalau begitu antarkan aku masuk."
Kata Mawar dengan datar,Boy langsung mengangguki dengan setuju.
Mereka langsung berjalan menuju Kamar milik Boy yang akan di gunakan oleh Mawar.
♧♧♧♧♧♧
Di kantor CEO WIJAYA CORPORATIONS
Arthur tengah mendengarkan laporan dari sekertaris pribadi nya,Kelan.
"Saya sudah mengatur ulang jadwal anda Tuan Muda,begitu juga dengan isi dari surat perjanjian pernikahan yang anda inginkan,sudah selesai."
Kelan mengulurkan file yang ada di tangankan kepada Arthur.
Arthur menerima file itu dan membaca sekilas isi dari surat perjanjian itu dan menutup nya kembali.
"Lalu bagaimana dengan nama calon pengantin nya?"
Tanya Arthur sembari memijat pangkal hidung nya pelan.Sesungguh nya Arthur benar-benar pusing dalam dua hari terakhir ini,tetapi sebagai seorang pewaris dia hanya bisa memaksakan diri nya agar terlihat baik-baik saja.
"Saya sudah mengkonfirmasikan nya kepada seluruh para tamu undangan tentang perubahan nama itu,lagi pula kita masih memiliki salinan dari daftar nama-nama tamu undangan nya."
Jelas Kelan dengan mantap.
"Oh iya? Bagaimana cara mu?"
Mungkin karna terlalu lelah atau tertekan,tetapi Arthur mendadak mengeluarkan pertanyaan yang sangat konyol menurut Kelan.
Namun dia juga tidak berani berkata sembarangan,dia tetap menjawab Arthur dengan sopan.
"Melalui E-mail Tuan Muda."
"Baiklah,lanjutkan pekerjaan mu.Karna nanti sore kita akan bertemu dengan calon 'istri sementara' ku."
Arthur merasa geli dengan ucapan nya sendiri,tetapi dia juga tidak mengetahui sebutan apa yang cocok untuk wanita pengganti itu selain kata tersebut.
Kelan menunduk hormat sebelum benar-benar keluar dari ruangan milik Arthur.
Tinggal lah Arthur sendirian diruangan yang luas dan bergaya maskulin itu.Tangan nya bergerak kedalam laci dan mengeluarkan pigura kecil dari dalamnya.
Di foto itu Alea tersenyum dengan cerah sembari memeluknya dengan mesra.
"Ale " panggil Arthur dengan lirih.
"Kau membuat ku ikut kedalam permainan konyol ini." lanjutnya lagi lalu memasukkan kembali figura itu kedalam lacinya.
♧♧♧♧♧♧
Mawar berdiri di depan gerbang tinggi dan mewah keluarga Paramitha.
Setelah lima belas tahun terusir dalam keadaan kelaparan dari 'istana' ini,kini Mawar kembali lagi untuk menuntut balas dendam atas semua kesakitan yang dialami dirinya dan Ibunya.
Krietttt
Pintu gerbang itu terbuka seolah-olah mereka mengetahui jika dirinya sudah ada di depan.
Mawar melangkahkan kaki nya masuk kedalam rumah yang pernah menjadi tempat nya bernaung di bawah hujan dan panas,tetapi juga rumah yang menjadi neraka baginya.
Tidak ada yang menyambut,tidak ada yang menuntunnya kearah mana harus dituju.Dia hanya dibiarkan berjalan sendirian,layak nya orang asing.
Tap tap tap
Suara langkah kaki nya mantap dan tegas,tidak ada keraguan atau kesedihan sedikitpun dari wajah nya.Yang dia inginkan hanyalah mengetahui apa tujuan para bajingan ini 'bermain-main' dengan nya.
Mawar langsung melangkah menuju ruang keluarga,tempat dimana biasanya para bajingan ini bersantai di waktu siang seperti ini.
Sepanjang perjalanan Mawar tidak melihat banyak nya perubahan yang berarti dari rumah mewah ini,hanya ada beberapa tambahan barang-barang mahal,seperti lukisan mahal,guci-guci mahal,dan foto-foto dari orang-orang berengsek itu.
Sesampai nya diruang keluarga,Mawar menghentikan langkah nya karna melihat pria itu,pria bajingan yang menyebabkan dunia nya berantakan,sedang berdiri tegak menantikan kedatangan nya.
♧♧♧♧♧♧
Baskara berulangkali melihat waktu di jam mahal yang melingkari pergelangan tangan nya.
"Kenapa dia belum datang juga? Kita masih harus bertemu dengan Arthur nanti sore."
Adnan dengan resah berjalan mondar mandir di ruangan itu.
"Sudahlah duduk saja ,dia pasti akan datang.Nyawa Nenek dan Paman nya ada bersama kita."
Dengan tenang Sartika berbicara untuk menenangkan cucunya.
Namun didalam hatinya,dia juga merasakan kecemasan yang luar biasa.Entah mengapa sejak tadi malam hatinya sangat gelisah,dan semakin bertambah gelisah ketika mereka menantikan kedatangan cucu nya yang telah mereka sakiti sedemikian rupa.
"Oh , dia sudah ada disini."
Ucapan Baskara menarik perhatian mereka semua.
Mereka dengan serentak menoleh kearah layar monitor yang menampilkan sesosok kurus tengah berdiri dengan tangan di dalam saku celana,menatap lurus kearah kamera.
Wajah nya angkuh dan penuh dengan niat membunuh.
"Bukakan gerbang dan persilahkan dia masuk.Aku akan menyambut nya dengan baik."
Suara Baskara bergetar karna kegembiraan,dia berbicara kepada para penjaga yang memantau CCTV dari ruang kontrol,dengan menggunakan walkie-walkie ditangannya.
Baskara segera berdiri di depan jalan masuk menuju ruang keluarga,dia merentangkan tangan nya dengan penuh senyuman.
'Akhirnya pohon uang ku telah tiba' batin nya.
Satu detik,dua detik,....tiga puluh tiga detik kemudian,sosok kurus itu perlahan-lahan muncul dan menjadi jelas di hadapan mereka.
Sartika sontak berdiri melihat cucu yang sudah lama dia lupakan keberadaan nya,mata tua nya tampak berair ketika melihat cucu nya sudah begitu besar.
"Apa ini? Hitam seperti arang,kurus,berpakaian kasar bahkan tidak separuh dari Putri ku Alea."
Suara Aulia membuat keadaan jatuh kedalam titik beku.
Tidak ada yang berharap dia akan mengatakan hal-hal yang bersifat menyinggung seperti itu saat ini.
Gadis itu hanya menatap wajah mereka tanpa emosi.
"Selamat datang kembali Nak.Sudah lima belas tahun sejak terakhir kali kita bertemu,Apa kabar?"
Baskara berkata dengan penuh kebahagiaan tanpa tau jika dia telah mengundang monster datang kerumah nya.
Mawar melangkahkan kaki nya mendekati Baskara,yang membuat Baskara semakin merentangkan tangan nya,siap menyambut pohon uang nya dengan pelukan hangat.
Namun yang terjadi selanjutnya adalah kebalikan dari kebahagiaan yang diangankan oleh mereka.
Baskara merasa dunia nya berputar sebelum tubuh nya terbanting dengan kuat kelantai marmer yang mahal.
Bum
Syok
Semua tidak menyangka akan perubahan mendadak ini.Belum sempat Baskara mencerna rasa sakit yang menimpa punggung dan kepala nya,dia kembali lagi merasakan rasa sakit yang tajam di perut nya.
Akhhhh
Jerit nya ketika kaki Mawar menginjak perut nya tanpa ampun.
Bugh
Bugh
Tendangan bertubi-tubi menghujami tubuh tua nya yang masih tampak gagah.
Akhhh
Ahhhh
Tolonnnnng
Jeritan ketakutan bercampur dengan kesakitan menggema di ruangan keluarga Paramitha.
Sementara si pelaku tampak mulai mengatur nafas nya karna emosinya sudah di luar kendali dirinya.
"Dia Ayah mu."
Plak
Wajah Sartika langsung membengkak,bahkan sudut bibir nya terkoyak karna kuatnya tamparan tersebut.