Aku Bukan Pengangguran

Ibu kesal karena merasa dihakimi oleh anak-anaknya. Alih-alih dapat pembelaan malah cenderung disalahkan.

Selama ini anak-anak dan para menantu pun sudah setengah mati menahan diri oleh perilaku ibu yang selalu ingin benar sendiri. Dibantah pun ngeyel tingkat dewa akhirnya yang membantah capek dan akhirnya membiarkan saja.

Sekarang tampaknya ibu mendapatkan akibat dari penyebab yang dibuatnya sendiri.

“Sekarang ibu maunya bagaimana? Ayah sudah jelas memilih istri barunya. Dipaksa pulang pun percuma wong dia punya kaki. Pasti nanti ya minggat lagi.” kata Fitri.

“Suruh perempuan itu pergi dari kehidupan ayahmu!” Teriak ibu.

“Kami bisa menyuruh bu tapi kalau yang disuruh tidak mau bagaimana?”

Ibu mulai histeris lagi. Dia menelungkupkan kepalanya di bantal kursi ruang tamu. Semua hanya bisa saling pandang.

Setelah ibu mulai tenang. Dony menggenggam tangan ibu seraya berkata “ibu bisa hidup tanpa ayah, bukankah selama ini kalian hidup masing-masing hanya saja masih serumah. Ibu hanya perlu menyesuaikan diri sekarang sudah tidak serumah dan lebih lagi dalam lagi menjalani hidup masing-masing.”

“Ibu tidak akan hidup kekurangan. Jangan khawatir soal uang. Ibu hanya perlu menata hidup ibu kembali. Lakukan hobi ibu, lakukan apapun asal itu positif.” Kata Tono. Semua mengangguk setuju.

“Baiklah ibu akan menemani Satria seperti biasa. Ibu akan pindah ke rumah Fitri dan Tono.” Kata ibu akhirnya.

Malam itu Fitri memboyong ibunya ke rumahnya. Semua pakaian ibu dibawanya.

Setiap pagi bu Warni ikut mengantar Satria ke sekolah selesai mengantar sekolah bu Warni mengunjungi toko bunga milik temannya awalnya hanya bertamu sambil curhat. Lama-lama dia membantu temannya saat orderan sedang membludak dan semua orang kewalahan.

Ternyata bu Warni cukup pintar merangkai bunga. Dia cukup bahagia dengan kegiatan barunya.

Akhirnya bu Warni memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai karyawan toko bunga milik temannya. Dan dengan senang hati bu Hani pemilik toko bunga menerimanya.

Toko bunga itu cukup besar dan bekerja sama dengan berbagai vendor. Bu Warni mempromosikan toko bunga milik temannya di perusahaan milik menantunya dan dengan senang hati menantunya selalu memesan bunga untuk ucapan yang dikirimkan kepada klien-klien perusahaannya.

Dony dan Fitri merasa senang dengan kemajuan ibu mereka yang tidak berlama-lama sedih ditinggal selingkuh oleh suaminya.

Fitri sekarang sudah terbiasa menemani suaminya di berbagai acara perusahaan dan kini semua orang tahu bahwa ia adalah istri dari Dirut mereka.

Malam itu Fitri membicarakan masa depan hubungan ayah dan ibunya dengan suaminya. Liburan sekolah sudah dekat dia pernah berjanji untuk mengundang kakak tirinya ke Jakarta. Tapi mengingat hubungan ayah dan ibunya sepertinya itu bukan ide yang bagus.

Tono berpendapat bahwa Fitri tidak usah mengundang mereka ke Jakarta. Kirimkan uang saja untuk merenovasi rumah milik nenek dan kakek mereka hingga menjadi tempat tinggal yang lebih layak. Serta membebaskan intan untuk memilih universitas di Surabaya dan seluruh biaya kuliahnya ditanggung oleh Fitri.

Hari-hari berlalu begitu cepat. Kehidupan keluarga Dony, Fitri dan ibu mereka berjalan dengan baik. Bahkan Tono mentraktir liburan akhir pekan di sebuah villa di puncak Bogor.

Fitri mengupload foto-foto liburan keluarganya di aplikasi birunya. Hal ini membuat seseorang mendidih. Sudah lama dia memperhatikan sepak terjang Fitri. Mereka berteman di medsos tapi Fitri tidak menyadari kalau salah satu teman di medsosnya adalah musuhnya yang berbahaya.

Dia bahkan mengikuti semua kegiatan Fitri dengan membayar orang untuk menjalin pertemanan dengannya.

Dia bahkan hapal jadwal Fitri perawatan di salon, belanja mingguan, nongkrong di cafe dengan temannya. Bahkan hidden gem jajanan favorit Fitri pun dia tahu.

Tono telah memfasilitasi istrinya mobil baru untuk dirinya sendiri bila ingin berbelanja atau pergi dengan teman-temannya.

Suatu ketika selesai acara arisan kelompok sosialita Fitri yang baru temannya mengajaknya membeli makanan hidden gem. Temannya meminta dia yang menyetir. Tapi di sebuah tikungan yang sepi mobil mereka dipepet oleh mobil hitam dan dipaksa berhenti. Temannya yang bernama Ira menghentikan mobilnya dan membuka pintu mobil saat dipaksa keluar. Dua wanita itu kemudian dibius. Fitri dimasukkan kedalam mobil dan mobil itu segera lari kencang.

Mobil itu berhenti di tepi jurang dan melemparkan Fitri ke dalam jurang itu kemudian segera melarikan diri.

Warga setempat geger menemukan seorang wanita di pinggir sebuah mobil dalam keadaan pingsan. Mereka menghubungi polisi dan membawa Ira teman Fitri ke rumah sakit.

Pihak kepolisian menghubungi Tono. Tono segera meluncur ke rumah sakit dan menemui teman Fitri yang sudah sadar. Dia menangis saat Tono mengintrogasinya. Ira mengatakan tidak tahu siapa yang membawa Fitri karena dia juga dibius. Setelah itu Tono bertanya kenapa sampai bisa berada ditempat itu malam-malam. Ira menjawab mereka akan membeli makanan kesukaan Fitri.

Tono terdiam. Dia menyadari kalau istrinya memang menyukai wisata kuliner.

Ibu menangis histeris saat tahu anak perempuannya diculik. Satria pun ikut menangis. Semua upaya sudah dikerahkan tapi masih belum juga ada titik temu.

Tono merasa bersalah karena lalai menjaga isterinya. Dia merasa selama ini mereka tidak memiliki musuh.

Tono bahkan menyewa detektif swasta untuk menemukan istrinya.

Hari berganti hari tapi Fitri belum juga ditemukan. Sudah hampir satu bulan Fitri menghilang tapi belum ada titik terangnya juga.

Sementara itu di sebuah desa ada pasangan suami istri yang memiliki satu anak lelaki remaja yang sepulang sekolah biasa membantu orang tuanya mencari kayu bakar untuk dijual.

Ditengah hutan tempat biasa dia mencari kayu bakar tiba-tiba anak lelaki itu menemukan sosok wanita yang tidak sadarkan diri.

Laki-laki remaja itu lari terbirit-birit dan melaporkannya pada ayahnya. Mereka lantas pergi bersama-sama ke tempat wanita itu tergeletak.

Ayah remaja itu memeriksa wanita yang terluka itu yang tak lain adalah Fitri. Ternyata dia masih hidup tapi lukanya cukup parah. Kedua pria ayah dan anak itu mengangkat tubuh Fitri dan membawanya ke pondoknya.

Istri pria yang menolong Fitri lantas membantu membuka bajunya dan membersihkan luka-lukanya dan menutupi tubuh Fitri dengan kain milik istri pria itu.

Istri pria itu membalut luka Fitri dengan dedaunan yang diramunya menjadi obat tradisional. Fitri dirawat di pondok ditengah hutan itu selama berhari-hari.

Suatu hari Fitri siuman. Orang pertama yang dilihatnya adalah wanita yang selama ini merawatnya.

"Kau sudah siuman nak. Kau cukup lama tidak sadarkan diri." kata wanita itu yang kemudian memberinya air putih yang disendokkan ke mulut Fitri sedikit demi sedikit.

Saat wanita itu memasak nasi dia mengambil air dari rebusan beras yang dimasak. Air rebusan beras yang kental disuapkannya ke mulut Fitri.

Fitri tertidur untuk beberapa saat. Dan waktu dia bangun wanita yang merawatnya sudah menyiapkan bubur encer untuknya.