NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

Saat Taesung menuntun Reinan keluar dari ruang kesehatan, suasana terasa hening. Yuan masih berdiri dengan rahang mengeras, matanya menatap kosong ke pintu yang baru saja tertutup.

‎‎Taesung sempat melirik Reinan yang tampak pucat di kursi penumpang. "Reinan, sebaiknya kita langsung ke rumah sakit saja. Bos pasti-"

‎"Aku gak mau, Taesung," potong Reinan lirih, tangannya mencengkeram tas di pangkuan. "Tolong antar aku pulang aja, ke apartemen. Aku cuma butuh istirahat."

‎Taesung terdiam, jemarinya yang memegang kemudi sempat kaku. Pikirannya langsung melayang ke Yuan,bossnya bagaimana ia harus menjelaskan ini pada atasannya? Kalau Yuan tahu, pasti ia kena semprot habis-habisan.

‎"Tapi... kalau boss bertanya nanti, aku harus jawab apa?" suaranya ragu.

‎Reinan menoleh pelan, matanya masih sayu tapi ada ketegasan di sana. "Bilang aja aku yang maksa. Kalau dia marah, biar aku yang jelasin. Jangan salahkan dirimu."

‎Taesung menarik napas dalam. Hatinya tidak tenang, tapi wajah Reinan terlalu keras kepala untuk dibantah. Dengan helaan pasrah, ia akhirnya menyalakan mesin.

‎"Baiklah, aku antar ke apartemen. Tapi janji, pastikan aku tidak dimarahi bos Yuan."

‎Reinan hanya mengangguk pelan, matanya kembali terpejam. Sementara itu, Taesung hanya bisa menahan resah membayangkan bagaimana wajah Yuan ketika tahu ia tidak menuruti perintahnya.

‎Begitu pintu apartemen menutup, Reinan langsung menyandarkan tubuhnya ke dinding. Napasnya berat, kepalanya masih terasa berputar. Dengan sisa tenaga, ia melangkah perlahan menuju ruang tamu, menjatuhkan tas di sofa, lalu merebahkan diri.

...****************...

‎Suara televisi samar memenuhi ruang apartemen, tapi Reinan hanya menatap kosong ke layar. Jemarinya menggenggam remote, tapi pikirannya melayang entah ke mana.

‎Tanpa ia sadari, sepasang tangan hangat melingkar di lehernya dari belakang. Aroma familiar segera memenuhi hidungnya. Ia sedikit terlonjak sebelum akhirnya menyadari siapa yang memeluknya.

‎"Yuan..." bisiknya pelan.

‎"Aku dengar dari Taesung, kamu tetap gak mau dibawa ke rumah sakit," suara Yuan terdengar khawatir, dekat di telinganya.

‎Reinan berusaha tersenyum kecil, meski jelas terlihat lelah. "Gak perlu sampai ke rumah sakit. Aku gak apa-apa kok... cuma kecapean aja."

‎Yuan melepaskan pelukannya, lalu berjongkok di depan Reinan. Matanya menatap lurus, seolah ingin memastikan kebenaran jawaban itu. "Kamu yakin? Kamu sampai pingsan, Reinan. Itu bukan hal sepele."

‎Tatapan Yuan begitu serius, membuat dada Reinan sesak. Ia hanya mengangguk pelan.

‎Yuan menghela napas pelan, lalu duduk di samping Reinan. Tangannya meraih tangan Reinan dan menggenggamnya erat.

‎"Aku udah ngajuin cuti dua hari ke depan," katanya sambil menatap dalam. "Kamu juga udah aku urusin cutinya. Jadi... kalau ada tempat yang pengen kamu kunjungi, bilang sama aku."

‎Reinan diam sejenak, pandangannya jatuh ke jemari yang digenggam Yuan. Ada sesuatu di matanya, seperti keraguan sekaligus tekad.

‎"...Aku ingin camping lagi," jawabnya akhirnya.

‎Yuan terkejut, alisnya terangkat. "Camping? Lagi? Kita baru aja dua bulan lalu kesana, Reinan."

‎"Iya, tapi kali ini berbeda," Reinan menoleh, senyumnya tipis, agak getir. "Aku ingin cuma berdua sama kamu. Nggak ada siapa-siapa."

‎Yuan menatap wajahnya lama. Ada sesuatu dalam nada suara Reinan yang membuatnya tak bisa menolak seolah ada pesan tersembunyi yang belum terucap.

‎"...Baiklah," katanya akhirnya, mengelus rambut Reinan lembut. "Kalau itu yang kamu mau, kita berdua aja"

‎Reinan mengangguk kecil, hatinya terasa hangat tapi juga berat. Ia tahu, kali ini camping bukan sekadar liburan biasa.

‎Malam itu mereka sibuk menyiapkan barang-barang keperluan. Tenda, sleeping bag, makanan instan, marshmallow, bahkan gitar kecil yang entah sejak kapan Yuan simpan.

...****************...

‎Mobil melaju di jalanan yang perlahan mulai sepi, melewati hamparan sawah dan bukit hijau. Lagu lembut dari radio mengisi kabin, tapi suara itu tenggelam oleh keheningan nyaman di antara mereka.

‎Reinan duduk di kursi penumpang, jari-jarinya saling bertaut dengan Yuan sejak awal mereka berangkat. Tidak ada yang berniat melepaskan. Setiap kali mobil sedikit berguncang, genggaman itu justru menguat seolah memastikan bahwa yang satu masih ada di sisi yang lain.

‎"Capek gak?" tanya Yuan tanpa menoleh, tapi jemarinya memberi sedikit tekanan hangat pada tangan Reinan.

‎Reinan menggeleng pelan. "Enggak. Selama aku bisa kayak gini... aku nggak capek."

‎Yuan tersenyum samar. Tatapannya tetap ke jalan, tapi di ujung matanya ada kilatan hangat yang hanya muncul saat bersama Reinan.

‎Sesekali, Reinan menoleh ke arah luar jendela, melihat pemandangan hijau berlarian mundur. Tapi setiap kali ia kembali menatap Yuan, jantungnya berdetak lebih cepat. Ada rasa aman di genggaman itu, tapi juga ada kekhawatiran seakan ia takut suatu hari tangan ini akan terlepas.

‎Yuan pun sempat menyinggung, "Aneh ya... biasanya kalau nyetir, aku sering butuh kopi biar nggak ngantuk. Tapi sekarang, pegang tangan kamu aja udah cukup bikin aku melek."

‎Reinan tertawa kecil, tapi suaranya agak bergetar. "Dasar gombal."

‎Namun dalam hati, ia menyimpannya erat kata-kata sederhana yang terasa sangat berharga.

‎Mobil berhenti perlahan di tanah lapang yang dikelilingi hutan pinus. Udara dingin khas pegunungan langsung menyambut ketika Yuan mematikan mesin. Jari mereka masih saling bertaut, enggan melepaskan meski sudah sampai.

‎"Udah nyampe," bisik Yuan, menoleh sebentar. Senyumnya hangat, sedikit lelah, tapi matanya berbinar.

‎Reinan menatap ke luar jendela, lalu menghirup udara segar dalam-dalam. "Aku suka tempatnya... tenang."

‎Mereka turun, dan untuk pertama kalinya sejak perjalanan dimulai, genggaman itu terlepas hanya supaya Yuan bisa mengambil perlengkapan dari bagasi. Tapi beberapa detik kemudian, Yuan kembali meraih tangan Reinan, kali ini lebih mantap, seolah tak rela memberi jarak.

‎Suasana hening, hanya suara dedaunan yang bergesekan dan burung hutan yang sesekali berkicau. Tidak ada sinyal ponsel, tidak ada kebisingan kota. Hanya mereka berdua.

‎Yuan meletakkan barang-barang di tanah, lalu berjongkok sambil menengok ke arah Reinan. "Kamu duduk dulu, biar aku yang pasang tenda."

‎Reinan tersenyum, tapi menolak halus. "Gak, aku mau bantu. Kita kan berdua di sini."

‎Mereka akhirnya bersama-sama memasang tenda, sesekali tangan mereka bersentuhan saat menarik tali atau menancapkan pasak. Setiap sentuhan kecil itu membuat mereka saling bertukar tatapan singkat, lalu tersenyum tanpa kata.

‎Saat tenda selesai berdiri, Reinan melangkah mundur dan menatap hasilnya. "Lumayan rapi juga," katanya sambil melipat tangan di dada.

‎Yuan mendekat dari belakang, lalu menundukkan wajah ke samping telinga Reinan. Suaranya rendah, hampir berbisik, "Karena kita ngerjainnya bareng.". Sambil sedikit mengecup leher reinan.

‎Reinan terdiam sejenak, merasakan napas hangat Yuan di kulitnya. Pipi Reinan memerah, tapi ia pura-pura mengalihkan pandangan ke langit yang mulai jingga. "Hm... udaranya dingin, ya."

‎Yuan menahan senyum, tapi tidak menanggapi lebih lanjut. Ia hanya meraih bahu Reinan, lalu merangkulnya sampingnya. "Kamu masih pengen jalan-jalan di sekitar sini, atau istirahat dulu?" tanyanya pelan.

‎Reinan menoleh, menatap mata Yuan dalam-dalam. "Aku cuma pengen... ada di sini sama kamu."

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!