NovelToon NovelToon
Bisikan Hati

Bisikan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:620
Nilai: 5
Nama Author: DessertChocoRi

Terkadang orang tidak paham dengan perbedaan anugerah dan kutukan. Sebuah kutukan yang nyatanya anugerah itu membuat seorang Mauryn menjalani masa kecil yang kelam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab- 27 Danau yang Menyimpan Rahasia

Langkah kaki mereka menimbulkan suara berderak di atas ranting-ranting kering. Hutan masih basah oleh embun pagi, aroma tanah dan dedaunan memenuhi udara.

Ardan mengusap tengkuknya, wajahnya lesu.

“Aku serius… kalau ternyata semua ini cuma teka-teki kosong, aku bakal marah. Sangat marah.”

Mauryn menoleh sekilas sambil tersenyum tipis.

“Kamu sudah marah sejak awal, Ardan.”

“Ya, tapi kali ini marahnya level berbeda. Kamu tahu… marah karena ikut orang gila menembus hutan demi puisi misterius,” balasnya cepat.

Revan yang berjalan paling depan tidak berhenti, hanya menoleh sedikit.

“Diamlah. Dengarkan.”

“Dengar apa? Aku tidak dengar apa pun selain jantungku sendiri yang hampir copot.” Ardan mengangkat alis.

Mauryn menajamkan telinga. Suara gemericik air. Halus, tapi jelas. Ia memegang lengan Revan.

“Kamu juga dengar?”

“Air. Kita sudah dekat.” Revan mengangguk.

“Akhirnya. Kalau ternyata itu cuma sungai biasa, aku mungkin akan langsung nyemplung dan tidur di sana.” Ardan menghela napas panjang.

Mereka menembus semak lebat, dan tiba-tiba hutan terbuka. Sebuah danau terbentang di hadapan mereka. Airnya jernih, memantulkan langit biru yang ditaburi awan tipis.

“Cantik sekali…” Mauryn terpaku.

Danau itu dikelilingi tebing rendah yang ditumbuhi lumut, seolah tersembunyi dari dunia luar.

Ardan melangkah maju, menunduk di tepi danau, lalu menciduk air dengan kedua tangannya.

“Airnya dingin. Segar juga. Aku sudah jatuh cinta pada tempat ini.”

Revan masih diam, menatap permukaan air dengan tajam.

“Ini bisa jadi tempat yang kita cari. Cahaya bintang… terjebak di air. Danau ini memantulkan langit malam dengan sempurna.”

Mauryn meremas gulungan perkamen di tangannya.

“Berarti kita harus menunggu malam.”

Ardan langsung bersandar pada batu besar.

“Bagus. Jadi kita harus bertahan di sini seharian? Aku sudah siap tidur.”

Mauryn duduk di tepi danau, menyentuh permukaannya. Air bergetar, memantulkan wajahnya sendiri.

“Ayah… apa ini benar yang kau maksud?” bisiknya pelan.

Revan berdiri di belakangnya, suaranya tenang.

“Kau harus percaya pada kata-kata ayahmu.”

“Aku percaya. Tapi… bagian diriku juga takut. Bagaimana kalau aku gagal memahami maksudnya?” Mauryn menoleh, menatap matanya.

Revan menunduk sedikit, menatap lurus ke arahnya.

“Kau tidak sendiri. Kita akan mencarinya bersama.”

Hening sejenak. Hanya suara burung yang sesekali berkicau.

Ardan membuka satu mata, melihat mereka, lalu mendengus.

“Kalian berdua lagi. Kalau bukan karena aku, suasana ini sudah seperti drama romantis murahan.”

Mauryn melempar kerikil kecil ke arahnya.

“Diamlah, Ardan.”

Sore perlahan merayap. Mereka menyalakan api unggun kecil untuk menghangatkan diri.

Ardan sibuk memanggang ikan yang mereka tangkap di danau.

“Kalau bukan karena aku, kalian pasti kelaparan sekarang. Kalian tahu betul kan, aku ini nyawa kedua dalam perjalanan ini?”

Revan mengangkat alis.

“Nyawa kedua? Kamu lebih mirip beban kedua.”

Mauryn tertawa kecil, lalu menutup mulutnya cepat.

“Jangan begitu, Revan. Kalau tidak ada Ardan, kita mungkin benar-benar mati kelaparan.”

“Akhirnya ada yang mengerti. Mauryn, kamu memang malaikat.” Ardan mengangguk puas.

Revan menoleh padanya, matanya sedikit menyipit.

“Jangan terlalu senang.”

Ardan pura-pura tak peduli, sibuk mengipasi ikan bakar.

“Kamu cemburu, ya?”

“Kalian ini…” Mauryn langsung menunduk, pipinya hangat.

Malam tiba perlahan. Bintang-bintang muncul, satu per satu, hingga langit tampak seperti hamparan hitam berhiaskan cahaya.

Mereka bertiga duduk di tepi danau. Api unggun menyala redup, cahaya oranye menari di wajah mereka.

“Indah sekali…” Mauryn mendongak.

Air danau memantulkan bintang-bintang itu, seolah mereka duduk di antara dua langit.

Revan mencondongkan tubuh, memperhatikan permukaan air.

“Lihat baik-baik. Ada pola.”

Mauryn menyipitkan mata. Di pantulan air, bintang-bintang membentuk garis samar, seperti tanda panah menuju sisi danau yang lebih gelap, di bawah tebing berlumut.

“Kau lihat juga? Itu bukan kebetulan.” Ardan berdiri cepat.

Mauryn menggenggam erat perkamen, dadanya berdebar.

“Cahaya bintang… terjebak di air. Itu maksudnya. Pantulan ini menunjukkan arah.”

Revan bangkit, tangannya menyentuh gagang pedang.

“Kalau begitu, kita harus mendekat. Tapi hati-hati. Bisa saja ada sesuatu yang menunggu.”

Ardan menelan ludah.

“Tunggu. Maksudmu… kita masuk ke air sekarang? Malam-malam begini?”

Mauryn menatap danau, airnya berkilau dingin.

“Kalau itu yang harus dilakukan… aku akan melakukannya.”

“Aku yang masuk dulu.” Revan menoleh padanya, tatapannya tegas.

Ardan langsung mengangkat tangan.

“Baik, aku dukung ide itu. Kau masuk dulu, lalu kalau aman, aku… mungkin… menyusul.”

Mauryn menatap Revan, hatinya berdebar.

“Hati-hati.”

Revan menanggapi dengan anggukan singkat, lalu berjalan ke tepi air. Cahaya bintang bergetar di permukaan saat ia melangkah masuk, membelah pantulan langit.

Air dingin merambat ke tubuhnya, tapi matanya tetap fokus pada titik di bawah tebing berlumut.

Mauryn berdiri di belakang, tangannya mengepal. Ardan menelan ludah lagi.

“Kalau ada monster air keluar,” gumam Ardan

“aku benar-benar kabur.”

“Kamu tidak akan kabur.” Mauryn menoleh cepat.

“Kamu terlalu percaya padaku.” Ardan mendengus.

“Tidak. Aku hanya tahu isi hatimu.” Mauryn tersenyum samar.

Ardan terdiam, lalu mengalihkan pandangan.

Sementara itu, Revan sudah setengah tubuh di dalam air, bergerak mendekati tebing. Cahaya pantulan bintang makin kuat, seperti memandu jalannya.

“Revan!” seru Mauryn, suaranya bergetar.

Revan menoleh sekilas, senyum tipis di wajahnya.

“Aku baik-baik saja.”

Namun di balik tenang itu, sesuatu mulai bergerak di bawah permukaan air…

Bersambung…

Terus support othor dengan like, komen dan Vote yang banyak yah

1
Anonymous
Semangat thor
Syalala💋 ig: @DessertChocoRi: Hai hai.. terimakasih sudah mampir, tunggu update selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!