Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Membawa Paksa
"Sudah ma, tidak perlu diperpanjang. Kita bicarakan ini lain waktu."
Marissa yang kesal bukan karena merasa dipermainkan melainkan rencananya yang gagal. Tetap meminta pertanggungjawaban Julie dan Marion.
"Ya, saya pastikan Jonas akan datang dan meminta maaf langsung pada Anda."
"Sudah tidak apa-apa nyonya Julie, mungkin keadaannya sangat mendesak hingga membuat putra Anda pergi, tidak perlu dipikirkan." Sahut Sinclair, yanglebih legowo dibanding istinya.
"Terima kasih, tuan Sinclair. Saya akan memperbaiki ini semua."
.....
Keluarga Smith pun pulang dengan perasaan tidak karuan terutama Julie yang terus merutuki tindakan bodoh Jonas.
"Dimana Alfred, dia tidak ikut pulang?" Tanya Marion, yang baru menyadari jika di mobil itu hanya ada mereka bertiga.
"Tuan muda bilang, ada urusan yang harus diselesaikan," jawab sopir.
"Dia masih ada di kediaman Sinclair?"
"Ya, terakhir kali tuan muda ada di sana."
Padahal tadi dia buru-buru ingin pulang, sekarang malah betah di tempat itu.
"Baiklah, biarkan saja."
"Pa, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana kalau nyonya Marissa membatalkan perjodohan ini?"
"Jangan berpikir macam-macam, tuan Sinclair tidak seperti itu."
"Aku tau, tapi nyonya Marissa! Dia sangat marah." Julie memijat pelipisnya, rasanya kepala sudah ingin meledak karena memikirkan Jonas, "Pa!" Panggilnya setelah memiliki ide.
"Iya?"
"Alfred masih ada di sana! Pa, Alfred pasti bisa membantu."
"Maksudmu?"
"Semua orang tahu seperti apa Alfred, kita bisa memanfaatkannya, mama yakin anak itu bisa membujuk dan meyakinkan keluarga Sinclair untuk tidak membatalkan perjodohan ini. Ayo pah! Cepat telpon Alfred!"
Marion berpikir sejenak, sangat sulit memerintah anaknya itu lebih-lebih ini perkara Jonas, tapi Marion tidak bisa melihat istri kesayangan pusing dan sedih, "Baiklah, aku akan membujuknya."
Julie tersenyum dan langsung menyandarkan kepalanya di bahu Marion, "Terima kasih, pa."
Setidaknya manfaatkan kekuasaan Alfred, untuk mempertahankan perjodohan ini....
...
Alfred masih terus memantau berlangsungnya pesta, bukan pestanya yang ingin dia jaga tapi wanita yang masih ada di sana. Melihat kejadian dilantai atas, Alfred yakin jika Marissa bukan ibu yang baik. Bukan tidak bisa dia langsung membawa Ariel pergi dari sana, tapi Alfred tidak mau gegabah, apalagi ditempat ramai seperti ini, akan banyak resiko. Lebih-lebih wanita itu mengaku bernama Rachel dan tidak mengenalnya. Tapi tanpa wanita itu mengaku pun Alfred yakin dia Ariel. Tapi ada satu pertanyaan besar yang bersarang dikepala Alfred.
Kenapa Ariel bisa ada diantara keluarga Smith?
Apa dia juga tengah memainkan sandiwara seperti dulu?
Alfred membuka ponselnya, kontak nama Arthur dia hubungi.
"Kumpulkan semua informasi tentang keluarga Sinclair, terutama keempat putrinya."
("Tuan Sinclair! Untuk apa, tuan?"), yang Arthur tahu, nama itu calon mertua Jonas, kenapa Alfred jadi tertarik.
"Kerjakan saja, setelah itu bawa padaku. Jangan lupa pastikan para pelayan menjaga mama dengan baik."
("Baik, tuan.")
...
"Kau senang calonmu tidak hadir?!" Marissa yang masih menggebu-gebu mendatangi Ariel.
Jonas tidak muncul....itu artinya hanya Alfred yang baru bertemu denganku....
"Jawab Rachel! Kenapa kamu malah diam! Kamu senang, 'kan?!"
"Tidak!"
"Tidak! Bohong!"
"Terserah kalian mau percaya atau tidak, aku tidak memaksa."
"Lihat ma, dia menantangmu!" Miranda memanasi.
Marisa memicingkan matanya, "Itu tugas kalian, kalian tahu apa yang harus kalian lakukan padanya?" tanya wanita itu pada kedua putrinya yang sudah menaik-naikkan alisnya.
"Tentu, biar dia menjadi urusan kami. Mama turunlah temui tamu dengan wajah bahagia."
Marissa mengulas senyum dia sangat bangga dengan anak-anaknya, "Oke! bersenang-senanglah sayang."
"Kalian mau apa?" tanya Ariel sesaat setelah ibu tirinya keluar, hal seperti ini sudah sering terjadi, jadi sudah tidak ada lagi mimik takut di wajahnya.
"Seperti biasa, memberimu sedikit pelajaran."
"Membosankan!" decak Ariel, dan memilih berpaling mengacuhkan kedua saudarinya.
"Lihat kak, semakin hari dia semakin membangkang pada kita."
"Kau benar Miranda." Micella melangkah, menangkap lengan Ariel.
"Ingin ribut? Apa tidak bisa menungguku ganti pakaian dulu?" ucap Ariel.
"Kau.....!" Micella mencengkram kuat lengan adiknya itu, Ariel meringis, tapi tidak lama. Dia balik mencengkram rambut Micella.
"Sial! Rachel! kau berani pada kakak Micella!" Sentak Miranda, yang ikut mengintimidasi Ariel, dengan mencengkram kedua pundaknya.
Kreeek.... Brak!
Pintu terbuka paksa, tiga gadis yang ingin berkelahi itu sontak menoleh pada sumber suara.
Untuk beberapa detik mereka mematung tidak percaya melihat siapa yang memasuki ruangan.
Bukankah dia tuan muda dari keluarga Smith? Batin Miranda.
Mereka langsung saling melepaskan cengkraman, dengan senyum sejuta watt, Miranda berjalan mendekati laki-laki yang ternyata Alfred, "Tuan, bukankah Anda putra Smith?"
Alfred hanya mengangguk tapi matanya hanya fokus pada wanita yang menjadi tujuannya datang.
Miranda salah tingkah, "Apa ada sesuatu? maksudku, apa Anda ingin bertemu denganku?"
"Ya!" jawab Alfred singkat, disusul dengan kedua kakinya yang mengayun tapi bukan untuk mendekat pada Miranda.
Greb! Tangannya yang selebar harapan orang tua, menggenggam lengan Ariel.
Ariel menarik tangannya pelan, "Apa yang kau lakukan?"
"Ikut denganku!" ucapnya yang langsung menarik wanita itu.
"Ada apa ini, tuan Anda salah orang!" pekik Ariel yang berusaha melepaskan diri.
Karena tidak sabar, Alfred melepaskan tangan Ariel. Tapi bukan untuk dibebaskan, dia sedikit berjongkok membekuk kedua kaki wanita itu, mengangkat lalu memanggulnya.
Micella, Miranda. Kedua gadis ini membuka mulut dan matanya lebar-lebar.
Apa ini, apa aku tidak salah lihat?
Dia benar putra Smith, 'kan? lalu Kenapa dia membawa Rachel pergi? dengan cara dramatis seperti ini.....
Jelas ini menjadi laporan yang harus segera dipecahkan.
Miranda sedikit berlari, mengejar Alfred. Tapi laki-laki itu sudah tidak terlihat lagi. Miranda juga menuruni tangga mencari di kerumunan pesta namun dia tidak mendapati Alfred atau Ariel di sana.
"Kemana mereka pergi? Kenapa harus Rachel?"
"Miranda, Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana dengan Rachel?" tanya Marissa yang melihat anaknya kebingungan.
"Ma...putra tuan Smith...."
"Putra tuan Smith! Siapa?"
"Alfred...ya...itu namanya...." Miranda terlihat gugup.
"Ada apa dengannya?"
"Dia membawa Rachel pergi."
Pergi.... dengan membawa serta Rachel....
"Kau jangan bercanda Miranda! sekarang cepat kembali ke atas, urusi Rachel."
"Aku tidak sedang bercanda ma, aku serius. Tuan Alfred membawa Rachel, dia menggendongnya dengan paksa di hadapanku dan Micella, mama bisa tanya pada Micella jika ragu akan penglihatanku."
Marissa diam... Jika sudah memasang wajah tegang seperti ini artinya Miranda bicara benar, Tapi... untuk apa Alfred membawa paksa Rachel? Tidak masuk akal! mereka tidak saling mengenal dan Alfred juga bukan calon yang dipilih untuk Rachel.....
"Lalu, dimana mereka pergi?"
"Jika Aku tahu aku pasti tidak akan mencarinya ke tempat ini."
"Kalau begitu cari sampai ketemu, mama yakin, Rachel menggunakan trik busuk untuk memikat tuan Alfred."