Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ~ Dana menahan godaan Fawn
Dana bersiap pergi ke perusahaannya dengan berkas-berkas di tangannya. Beberapa menit kemudian Dana telah tiba di ruangannya.
Fawn yang telah mengetahui kedatangan Dana dari OB pun menyuruh Dana untuk keruangannya dengan membawa berkas untuk meeting hari ini.
Setibanya di ruangan Fawn, Dana memberikan laporan itu kepada Fawn. Fawn menerima laporan itu kemudian mempelajarinya, selama Fawn mempelajari laporan itu, Dana setia berada di hadapan Fawn.
Namun rasa panas akibat ketegangan yang akan di hadapi Fawn membuat tangannya membuka beberepa kancing kemejanya.
Dana sebagai lelaki normal jelas sangat terpengaruh, dengan belahan dada yang terpampang bahkan hampir terbuka keseluruhannya.
Membuat Dana menelan salivanya dalam-dalam. Tak lama dia menghela nafasnya.
"Fawn cukup, jika gerah bisa saya menambah suhu Ac-nya lebih dingin," tegur Dana.
Fawn mengerutkan keningnya sebagai jawaban atas yang di ucapkan Dana, Fawn tidak memahami ke mana arah pembicaraan Dana, karena Fawn sendiri tidak menyadari jika lengannya sudah melebihi batas membuka kemejanya.
Dana memegang pelipisnya, ternyata ucapan Dana tidak membuat Fawn memahami ucapannya.
"Ada apa dengan kamu Dana?" tanya Fawn dengan mengerutkan keningnya.
"Coba lirik cermin yang ada di sampingmu Fawn," ucap Dana yang enggan menjelaskan.
Fawn mengikuti apa yang di ucapkan Dana, dan Fawn hanya tersenyum menanggapi ucapan Dana.
Fawn berdiri dari kursinya, lalu berjalan mendekati Dana, "Kenapa Dana? apa kamu tertarik?" tanya Fawn sambil tersenyum nakal dengan tangan menarik kerah Dana, sehingga membuat mereka begitu dekat.
Giliran Dana kini yang mengerutkan keningnya, "Maaf Fawn, ini di tempat kerja, sungguh tak etis anda bersikap seperti ini, apa yang akan di katakan orang jika sampai melihatnya," ucap Dana tegas.
"Wajah tampan, tubuh profesional, tampilan yang terlihat seperti seorang pemimpin, bahkan pemimpin mana pun kalah denganmu Dana," puji Fawn dengan mengelus wajah Dana lembut, bagaimana wanita penggoda pada umumnya.
"Fawn hentikan!" seru Dana tegas.
Wanita ini sudah gila. Pikir Dana mengumpat.
Fawn pun menghentikan aksinya, lalu duduk di mejanya yang berada tepat di hadapan Dana.
Kaki Fawn sebelah kanan di tumpu ke sebelah kiri, lalu rok selututnya di taikkan lebih atas, dengan tatapan menggoda.
Dana menghela nafasnya ...
Dasar jalang, otak dengkul, wanita murahan. umpat Dana dalam hatinya.
Andai dia sudah mengambil alih perusahaannya, mungkin dia akan memecat wanita semacam Fawn ini.
Tapi kali ini dia haru memutar otaknya untuk menyelesaikan tindakan di luar batas ini.
Tangan Dana berada di atas tangan Fawn, perlahan Dana menurunkan tangan Fawn untuk menutupi pahanya yang tengah terbuka.
Lalu tangan Dana memegang tangan Fawn menuntunnya untuk turun dari meja tersebut.
Fawn terulur tangannya, masih dengan tatapan penuh godaan, Fawn berpikir jika Dana telah terpancing oleh dirinya.
Nyatanya tanpa di sadari Fawn, Dana membawa dirinya ke tempat duduk semula, lalu dengan berani mengancingkan kemeja Fawn.
"Lakukan dengan seseorang yang lebih pas derajatnya dengan anda Ibu Fawn yang terhormat, saya tidak ingin di pecat oleh Tuan, sebentar lagi Tuan datang, bahkan laporan saja belum anda periksa," jelas Dana sopan bak kepada seorang anak kecil.
Fawn yang sudah tak tahan dengan ketertarikannya kepada Dana, hingga membuat dirinya lupa diri. Jari jemari Dana yang tengah membantu Fawn mengaitkan kancing itu, di tarik Fawn hingga benar-benar menyentuh gundukan gunung kembarnya.
Dana terperanjat kala dia menyentuh kepemilikan wanita itu.
Shit, dasar jalang. umpat Dana dalam hatinya.
Meski Dana mengumpat, namun Dana adalah pria normal jelas membuat dirinya sedikit terpancing, apalagi ini adalah pengalaman pertamanya memegang benda kenyal dalam tubuh wanita, ingin rasanya dia melakukan lebih namun dia tetap dalam keadaan waras 00.
"Ayolah Dana ... kita sama-sama sudah dewasa, jangan ragu, lagian Ayahku masih di perjalanan dan kena macet pula, masih lama bukan?, kenapa kita tidak lakukan ini bersama hemm," ucap Fawn yang sudah tidak dapat menahan hasratnya.
Dana memejamkan matanya di mana tangannya masih berada di gundukan gunung kembar milik Fawn, bagaimana bisa di lepas, Fawn masih menekan tangan Dana.
Dana mencoba melepaskan tangan Fawn, "Fawn hentikan!, atau aku akan mengajukan resign sekarang juga," ancam Dana.
Fawn mengejapkan mata juga tubuhnya, yah dia kaget akan ancaman Dana, padahal dia tahu bagaimana Dana menyuruh Dadanya itu tertutup rapat.
Fawn yakin jika Dana terpancing namun tidak menyangka kenapa malah mengatakan itu?. hingga membuat Fawn melepaskan tangannya.
Jelas Fawn menolak jika Dana resign secara Fawn sudah sangat menaruh hati kepada Dana. Sudah ganteng ah pokoknya tidak terlihat pria miskin pada umumya, malah terlihat pantas untuk dirinya sebagai anak pemilik perusahaan. Begitulah pikir Fawn.
"Duduklah!" seru Fawn dengan tangan yang mengancingkan kemejanya.
Fawn awalnya tidak berniat untuk memancing Dana, hanya saja Dana terlihat menahan sesuatu kala bra dan belahan dada Fawn terlihat jelas, hingga akhirnya Fawn menggoda Dana.
Tapi syukurlah Dana mampu menahannya, jika tidak bagaimana kedepannya, lambat laun pasti hubungan itu akan terekspos dan hancurlah hubungan Dana dan Sylvia yang telah terjalin selama ini.
Dana kembali duduk dan menunggu Laporan itu jika harus ada yang di revisi. Dalam hitungan menit, ruangan Fawn pun ada yang mengetuk.
Fawn menyuruh orang tersebut masuk, dan terlihatlah seorang pria paruh baya berjalan tegap dengan setelan kemeja dan celana rapinya, juga sepatu yang mengkilap.
Dana mencoba menundukkan wajahnya kala pria itu berjalan mendekati anaknya Fawn.
"Ayah ...," panggil Fawn berjalan menghampiri Fernando lalu memeluknya.
"Bagaimana pekerjaanmu adakah yang sulit?" tanya Fernando lembut sambil mengusap kepala anaknya, di belakang Fernando terlihat pria seumuran Dana pula yang berjalan tegap namun tanpa bersuara sedikit pun.
Dana seperti mengenalnya namun otaknya belum mampu berpikir siapa dia.
"Tidak ayah, karena Pak Agung telah memilihka pegawai sebagai asisten juga bodyguardku kala ayah dan kaka tidak ada," jelas Fawn dan terdengar suara yang begitu manja juga kekanakan, jauh ketika berbicara dengan Dana.
"Baguslah, apa dia orangnya? dan dia yang bernama Dana?" tanya Fernando.
Dana pun berdiri dan menganggukkan kepalanya dengan sopan.
Kini mereka telah duduk di atas sofa dalam ruangan itu.
"Betul ayah, lihatlah pantas sekali cara berpakaiannya, bahkan aku tidak malu kala di kawal olehnya," puji Fawn terlihat bahagia.
Fernando tersenyum dan memahami anaknya, dia mengerti jika anaknya tertarik akan pria asing yang ada di hadapannya.
"Tapi apa dia melakukan kesalahan dalam berkerja?" tanya Fernando kembali.
"Sampai sekarang tidak, dia begitu pintar, sekarang aku sedang mengecek laporan yang dia buat," jelas Fawn.
Lalu Fawn berdiri untuk mengambil laporan yang berada di meja kerjanya, dan kembali berjalan menghampiri ayahnya.
Fernando menerima lembar demi lembar dari hasil kerja Dana. Fernando tersenyum.
Andai tidak ada pria ini, mungkin Fawn akan sangat keteter, untung saja Agung pandai mencari asisten untuk putriku. Batin Fernando memuji Agung sebagai HRD di perusahaan tersebut.
Bersambung ....