NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:925
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Sepertinya kamu juga jadi tak mengantuk," Benjamin mendekatkan diri satu kali lagi.

"K-kamu mau apa?," Clarissa mengedipkan mata cepat saat jarak mereka hanya beberapa inci.

"Kamu tahu apa yang ku mau," Benjamin menyunggingkan sudut bibirnya. Memandang CLarissa dengan senyuman yang menggoda.

"Tidak, tidak boleh." Clarissa terbangun dari posisi tidurnya. Ia menjauhi sedikit tempat Ben berbaring.

"Kenapa? Kau sudah berjanji." Ben ikut bangun dan mengernyit heran.

"Kapan aku bilang janji," Clarissa berusaha untuk membuat Ben tak mengungkit ini.

"Saat di rumah sakit, kau bilang akan menjawab semua yang ingin ku ketahui. Kau berbohong waktu itu, kenapa?" Benjamin memalingkan wajah ke samping, ekspresi wajahnya menjadi kesal.

"A-apa?" Clarissa termenung sendirian. Ia pikir Ben ingin meminta sesuatu yang sangat berbahaya. Namun ia hanya meminta Clarissa menjawab pertanyaan nya, dia jadi merasa malu. Apa yang di pikirkan oleh otaknya ini?

"Oh ya boleh, aku tidak berbohong. Akan ku jawab semua yang ingin kau tahu, maaf ya. Aku tidak bermaksud pura-pura lupa," Clarissa memegang tangan Ben dan tersenyum ramah. "Ku pikir kamu ingin itu." Clarissa bergumam sendiri.

"Hah? K-kamu kira aku mau apa?" Ben kembali menatap istrinya, ia mengalihkan pandangannya setelah menyadari apa yang istrinya maksud. "Kalau begitu itu saja," Ben tersenyum riang pada Clarissa.

Clarissa pun menggeleng, "tidak boleh, i-tu kamu kan masih dalam pemulihan jadi kita tunda dulu. Sekarang aku akan menjawab pertanyaan mu, apa yang membuat kamu penasaran."

Ben mengangguk namun senyumannya hilang, kenapa juga Ben tak memikirkan itu. Ia sungguh lupa kalau suami-istri tentu melakukannya. Ia jagi sedikit tegang, apalagi dia akan tidur bersama istrinya. Hanya tidur .

"Sambil berbaring saja,'' Ben kembali berbaring menghadap istrinya begitu Clarissa. ''Kapan kau mencintaiku?''

''Mungkin saat kecil,'' Clarissa tak berbohong. Ia pernah menyatakan cintanya saat umur delapan tahun dan Benjamin menolak. Clarissa jadi sering kesal padanya terutama semasa remaja. Lalu hampir semua orang mengetahuinya, ia jadi sering di tertawai oleh teman-temannya.

''Kenapa mungkin? Kamu tidak yakin?'' Ben tak mau mendengar jawaban ragu dari istrinya.

''Karena sudah lama sekali, aku tidak begitu ragu tahu.''

Ben mengangguk dan kembali bertanya. ''Baiklah, pertanyaan selanjutnya. Kapan kita pacaran?''

''Emmm m-mungkin-,'' Ben memotong ucapan Clarissa. ''Mungkin lagi? Tuh kan kamu ragu, apakah hubungan kita seburuk itu. Apa aku melakukan k-kerasan padamu?'' Benjamin malah semakin ragu mendengar jawaban istrinya dan menuduh yang tidak-tidak tentang dirinya sendiri di masa lalu.''

Clarissa menggeleng cepat, ''tidak.'' Mau bagaimana lagi, Clarissa jadi harus selalu mengaktifkan otaknya untuk berpikir. ''Sebenarnya kita tidak berpacaran,'' Clarissa bernafas lega karena akhirnya dia tidak berbohong lagi. Di lihat dari reaksi Benjamin, sepertinya tak ada tanda-tanda ia merasakan sakit kepala.

''Lalu kita menikah? Langsung, tanpa berpacaran dulu?'' Ben kembali bertanya dengan sedikit antusias.

''Iya, kita- kita sudah lama mengenal jadi menurut pemikiranmu dulu, tak usah berpacaran karena membuang-buang waktu.'' Clarissa tak sepenuhnya berbohong tetapi tetap saja ia menambahkan sedikit demi sedikit kebohongan.

Kalau hanya sedikit sih tak apa-apa tapi kalau terus di tumpuk kebohongan lagi maka akan membuat kebohongan itu menjadi sangat besar, bahkan bisa mencelakai Clarissa sendiri.

''Berapa lama kita mengenal satu sama lain? Aku beberapa kali mendengar ucapanmu yang bilang kita sudah lama sekali mengenal!''

Clarissa mengingat kembali pertemuannya dengan suaminya, ''Dari kecil sepertinya saat kita bayi. Ibuku dan Ibumu sudah lama mengenal dan mereka juga sering mengadakan pertemuan, aku pernah melihat foto-foto kita saat bayi di galeri Ibu mertua.''

''Oh pantas saja,'' Clarissa mengangkat alis, ia penasaran dengan maksud ucapan lelaki di hadapannya. ''Pantas saja aku langsung mengajakmu menikah tanpa pacaran dulu,sangat masuk akal pemikiran Benjamin Hilton di masa lalu.'' Benjamin tersenyum dengan percaya diri, memuji dirinya sendiri seolah itu orang lain.

''Apasih,'' Clarissa malah ikut tersenyum. Lucu sekali mendengar Benjamin yang dulu sangat kaku mejadi periang seperti ini.

''Tapi nanti maukah kamu menjadi pacarku? Maksudku kita pacaran, tidak ada larangan pacaran setelah menikah kan!''

''B-boleh,'' Clarissa mengganti posisinya. Ia menatap ke atas dinding, ingin sekali memalingkan wajahnya ke sisi lain namun nanti Ben malah kembali berkomentar.

Dia tahu tidak sih, jantung Clarissa berdegup kencang. Bagaimana nasib Clarissa nanti saat Benjamin sudah mendapatkan ingatannya kembali. Apakah ia akan jatuh cinta sendirian?

Benjamin menaikan tangannya, perlahan menyentuh pipi Clarissa. ''Eh...'' Clarissa melirik Ben yang masih tidak menghentikan tindakannya. Ia mencubit pelan dan mengelus pipi Clarissa dengan tenang.

''K-kenapa? Kalau sudah mengantuk tidur saja.'' Tindakan Ben yang tiba-tiba ini selalu membuat jantung Clarissa berdetak cepat.

''Tidak, aku belum mengantuk tapi waktu itu kamu bilang kita sudah menikah selama dua tahun tapi apa perasaan mu sudah berubah? Aku takut kamu meninggalkanku.''

Clarissa meneguk ludah sendiri, seharusnya dirinya lah yang mengatakan itu. Asal kamu tahu Ben, Clarissa selalu memikirkan mu setiap hari hingga muak dengan kebenaran bahwa dirinya hanya sebatas istri kontrak suaminya. Bagaimana nanti kalau Benjamin menikahi orang lain! Clarissa sungguh tak sanggup memikirkannya.

Bila dia ingat, Benjamin mungkin akan menyesali bahkan melara malu karena mengatakan ini pada Clarissa

Sekarang Clarissa berpikir apakah dia akan mencintai Clarissa kalau dirinya kehilangan ingatannya? Atau bersikap acuh tak acuh seperti biasa!

Benjamin mencubit agak keras, ia menunggu jawaban istrinya sejak tadi tapi Clarissa malah bengong. ''Aww...'' Clarissa bereaksi setelah mengetahui suaminya mencubit pipinya.

''Jawab, apa istri ku suka sekali melamun? Coba kamu hitung berapa kali melamun sejak dari rumah sakit itu?''

''Karena aku khawatir dengan kesehatan kamu, aku tidak bermaksud mengabaikan mu.'' Clarissa memanyunkan bibirnya, ia juga tak mau seperti ini. Ia juga takut stress gara-gara pikirannya sendiri tapi mau bagaimana lagi, Clarissa tak bisa berhenti memikirkan pernikahan kontrak ini belum lagi sekarang harus mengkhawatirkan kesehatan Ben. Bila ia sampai mengalami kesakitan di bagian kepala setiap hari, kesehatannya mungkin akan terganggu.

Bagaimana kalau nanti Benjamin koma! Atau mengalami kejang setiap hari atau bahkan terkena penyakit serius sampai meninggal! Ia tak akan bisa menerimanya, lebih baik bercerai saja daripada harus melihatnya begitu.

''Jadi apa jawabannya? Kau masih mencintaiku?'' Benjamin kembali menanyakan pertanyaan yang masih belum di jawab perempuan di sampingnya.

''I-iya,'' Clarissa menjawab gugup. ''Sampai kapan?'' Benjamin bertanya dengan nada serius.

''Hm? Selamanya, sampai akhir hayatku.'' Clarissa menjawab tanpa ragu, ia sangat yakin dengan jawabannya dan jawabannya tidak bohong kali ini.

Benjamin tersenyum gembira, akhirnya ia mendengar apa yang ingin dia dengar. ''Baiklah,'' Benjamin menatap istrinya lagi tanpa ragu memainkan rambutnya. ''Sebenarnya aku agak tegang, maksudku. aku gugup, ini pertama kalinya aku tidur di samping perempuan apalagi aku tidak ingat apapun. Mungkin aku juga pernah tidur dengan perempuan lain-'' Clarissa menatap tajam Benjamin, apa yang sekarang dia katakan ini.

Ben menyadari tatapan mengerikan dari istrinya dan kembali melanjutkan ucapannya, ''maksudku Ibuku. Bukankah semua anak pasti pernah tidur bersama orang tuanya!''

Clarissa menganggukkan kepala, ''k-kalau begitu kamu tidur ke samping saja atau aku yang membelakangi mu.'' Clarissa akhirnya bisa punya alasan yang bagus untuk menghindari tidur sambil bertatapan dengan Ben.

''Mana bisa begitu, aku tidak mau dan kamu juga jangan membelakangi ku.'' Benjamin menolak kera saran dari istrinya.

Clarissa kembali berpikir, ''Bagaimana kalau kamu aku tidur dulu nanti baru kamu.''

''Ya baiklah, bukan ide buruk tapi kamu jangan meninggalkan ku. Janji?''

Clarissa mengangguk sebagai jawaban,''janji.''

Kini ia juga punya kesempatan bagus untuk mencari kertas kontrak pernikahan, cepatlah tidur Ben.

To ben continue....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!