Menikahi Om Sendiri

Sinta menghapus air matanya dan berusaha untuk tidak terlihat sedih dihadapan Kayla maupun Kiara.Ia mencoba untuk tersenyum, kemudian berjalan menghampiri keduanya, dengan membawakan minuman.

"Silahkan diminum. Ini juga ada sedikit cemilan. Mohon maaf ya, hanya ini yang ada di rumah ini" ucap Sinta.

"Ya ampun, Tante kok repot-repot? Nggak apa-apa kok, makasih ya Tante" kata Kayla.

"Iya sama-sama"

Sinta terus menatap Kayla yang sedang mengobrol dengan Kiara. Ia baru sadar, ternyata anaknya sudah sebesar ini sekarang.

Kayla yang merasa sedang ditatap oleh Sinta pun, merasa bingung.

"Maaf, Tante. Tante nggak apa-apa?" tanya Kayla.

"Iya nih. Mama nggak apa-apa?" sambung Kiara.

"Eh..Iya nggak apa-apa kok. Oh iya, Tante bisa tanya sesuatu nggak sama kamu, Kay?"

"Iya bisa. Mau tanya apa, Tante?"

"Orang tua kamu dimana? Tante mau kenalan sama mereka. Kan, siapa tahu keluarga kita bisa jadi lebih dekat" ujar Sinta.

"Mama dan Papa sudah meninggal karena kecelakaan" ucap Kayla sambil menundukkan kepalanya.

"Maafkan Tante, Kayla. Tante nggak tahu dan nggak ada maksud apa-apa. Maafin Tante ya, udah bikin kamu ingat lagi" kata Sinta, merasa bersalah.

"Nggak apa-apa kok, Tante. Aku senang karena sekarang bisa merasakan kehadiran seorang Ibu lagi, saat melihat Tante"

"Tentu saja. Kamu bisa menganggap Tante sebagai Ibu kamu sendiri. Kiara juga sepertinya tidak keberatan, menganggap kamu seperti Kakaknya. Iya kan, Kiara?"

"Iya, Ma. Aku senang kalau Kak Kayla bisa dianggap jadi keluarga kita" ujar Kiara.

"Terima kasih, Tante, Kiara. Aku senang bisa bertemu kalian"

Kayla memeluk Kiara dan juga Sinta karena sangat bahagia.

Semoga dengan cara ini kita bisa lebih dekat lagi Kayla. Maafkan Mama belum bisa jujur ke kamu. Mama takut kamu akan marah dan menjauh dari Mama, saat kamu mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Batin Sinta, di dalam hati.

Setelah cukup lama mengobrol, Kayla memutuskan untuk pulang ke rumah.

Di rumah, Kayla melihat Revan dan juga Aldo sedang bermain bersama.

"Mami pulang" teriak Kayla.

Revan dan Aldo langsung menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Kayla yang merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkan ingin memeluk kedua pria itu.

Revan dan Aldo berlari ke arah Kayla dan menyambut pelukan Kayla.

"Honey, kenapa kamu lama banget? Kita berdua sudah lapar loh" ucap Aldo, masih dalam posisi memeluk Kayla.

"Iya, Revan juga lapar Mami Kay" tambah Revan.

"Kenapa nggak suruh Mbak yang masak?" tanya Kayla.

"Kita berdua maunya masakan kamu, Honey

"Astaga. Kalau gitu kenapa nggak telepon dari tadi? Supaya aku cepat aku pulang, bee"

"Aku nggak mau gangguin pertemuan kamu dan teman kamu Kiara" kata Aldo, mulai melonggarkan pelukannya.

"Maafin aku ya, bee. Oke, sekarang kalian mau makan apa? Chef Kayla akan memasak untuk kedua laki-laki ganteng ini"

"Horeee. Aku mau pasta, Mami" ucap Revan.

"Kalau aku mau makan kamu aja" bisik Aldo ditelinga Kayla, agar Revan tidak mendengarnya.

"Ih, mulai deh"

Kayla memukul pelan lengan Aldo yang menggodanya.

"Sekarang Mami masak dulu. Ditunggu ya"

Kayla mengecup pipi Aldo dan juga Revan, kemudian bergegas ke dapur untuk mulai memasak.

Aldo dan Revan memutuskan untuk menonton TV bersama sambil menunggu Kayla memasak.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya pasta buatan Kayla sudah jadi.

"Makanan sudah siap"

Aldo dan Revan yang mendengar itu, langsung berlari ke arah dapur.

"Ya ampun anak dan ayah ini. Kok malah lari-lari sih" kata Kayla.

"Aku sama Papa udah lapar banget dari tadi, Mami. Terima kasih atas makanannya" ucap Revan.

"Makasih, Hon. Sudah mau masakin kita" kata Aldo.

"Sama-sama sayangnya aku"

Di tempat lain, Tasya merasa geram saat melihat berita tentang pernikahan yang akan dilaksanakan Kayla dan juga Aldo.

"Arrggghhh kurang ajar mereka. Mereka akan melaksanakan pernikahan yang sangat mewah. Sedangkan aku, dulunya tidak semewah ini bersama Aldo. Aku harus membuat pernikahan mewah itu, menjadi memalukan untuk mereka. Tunggu saja. Tunggu saja kalian Aldo, Kayla. Kalian sudah membuat hidupku hancur dan jatuh miskin. Awas kalian!"

Tasya berteriak kesetanan hingga memecahkan seluruh barang di rumahnya karena merasa sangat kesal.

.

.

.

Hari pernikahan pun telah tiba. Gedung pernikahan, kini telah ramai dengan kedatangan rekan bisnis Aldo, teman-teman Kayla maupun Aldo, dan juga para awak media yang telah berkumpul untuk menyambut kedatangan kedua mempelai.

Tidak lama kemudian, muncul mobil limosin berwarna hitam di depan gedung pernikahan. membuat para awak media mulai memotret.

Ya, itu adalah mobil kedua mempelai. Pertama, Aldo lebih dulu keluar dari mobil. Jas putih yang dipakainya, membuat aura ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. Ia membukakan pintu mobil sebelahnya, dan keluarlah Kayla dari dalam mobil.

Gaun panjang berwarna putih, dengan rambut panjang bergelombang, membuat Kayla tampak sangat cantik. Walaupun make up yang sederhana, tetapi kecantikan Kayla sama sekali tidak pudar.

Selanjutnya, Revan juga keluar dari dalam mobil. Dia juga memakai jas putih seperti Aldo, membuat orang yang tidak mengetahui kebenarannya, akan menyangka kalau mereka adalah anak dan ayah kandung karena ketampanan mereka yang mirip.

Kayla mengaitkan lengannya ke lengan Aldo. Kemudian mereka mulai berjalan memasuki gedung pernikahan, dengan Revan yang berada lebih dulu di depan mereka.

Mereka bertiga disambut meriah oleh para tamu undangan.

Acara saat itu berjalan dengan lancar tanpa ada kendala, sampai di tengah acara, tiba-tiba muncul tamu tak diundang. Siapa lagi kalau bukan Tasya.

Dia berjalan dengan santainya dikerumunan orang dan menghampiri Aldo dan juga Kayla.

Semua orang terkejut melihat kedatangan Tasya. Para wartawan tidak ingin ketinggalan berita hangat, mereka mulai memotret kedatangan Tasya saat itu.

"Hai mantan suami dan pelakor. Sudah berani tampil di publik ya. Bagus" kata Tasya, tersenyum sinis.

"Mau apa kamu disini, hah? Aku tidak mengundang kamu untuk datang. Harusnya kamu sadar diri" ucap Aldo, mencoba menahan emosinya.

"Ohh tenang saja. Aku hanya ingin datang untuk melihat anakku kok. Bagaimana kabarmu Revan?" tanya Tasya, mulai mengelus pipi Revan.

Tetapi, karena Revan memang sejak dulu tidak dekat dengan Tasya, ia memilih untuk menghindar saat Tasya membelai pipinya.

"Wah hebat kamu Kayla. Dulu suami aku kamu rebut, sekarang anak aku lagi yang kamu rebut. Keterlaluan ya kamu!" teriak Tasya.

"Pak satpam, tolong seret keluar wanita ini. Jangan biarkan dia masuk lagi. Karena dia tidak diundang di acara ini" perintah Aldo.

Kedua satpam, sudah mencoba menyeret Tasya untuk keluar. Akan tetapi, Tasya mencoba melawan dan bersikeras untuk tetap ingin berada disana.

Ia tetap diseret oleh kedua satpam untuk keluar, tetapi sebelum itu, ia sempat berteriak mengumumkan sesuatu yang harusnya tidak boleh dikatakan.

"Asal kamu tahu Revan. Kamu itu bukan anak mereka. Kamu bukan anak kandung Papa kamu yang kamu selalu banggakan itu. Kamu itu hanya anak haram. Anakku bersama pria lain. Hahahaha"

Tasya benar-benar sudah kehilangan akalnya. Ia mengungkapkan semua, membuat Revan sangat terpukul.

Revan berlari pergi saat mengetahui dirinya merupakan anak haram. Ya, meskipun umur Revan masih 7 tahun, ia bisa mengetahui maksud dari omongan ibunya itu.

Aldo segera menyusul Revan yang sudah berlari lebih dulu keluar. Sedangkan Kayla, ia berjalan mendekat ke arah Tasya.

Kemudian, tamparan keras mendarat di pipi Tasya dengan sangat kencang.

"Memalukan. Pantas saja kamu diceraikan Mas Aldo. Wajar dia lebih memilih wanita lain daripada iblis seperti kamu!" teriak Kayla.

"Perhatian semua. Perempuan di depanku saat ini, adalah perempuan iblis yang tidak tahu diri dan gila harta! Tolong tulis baik-baik di berita kalian, untuk para wartawan semua. Aku Kayla Andini Putri, tidak pernah menyesal telah merebut Aldo dari wanita ini!" tunjuk Kayla di depan Tasya.

"Perempuan seperti dia, sangat pantas untuk ditinggalkan pria manapun. Jangan pernah mendekati keluargaku lagi, apalagi menyebut dirimu sendiri sebagai seorang ibu. Aku sangat jijik melihat seorang ibu seperti dirimu!" lanjut Kayla.

Kayla keluar dari ruangan untuk menyusul Aldo dan juga Revan. Sedangkan Tasya, berteriak frustasi di dalam ruangan.

Semua tamu undangan menyoraki dirinya yang memang sudah mengganggu acara pernikahan di malam itu.

Bukannya menang, Tasya malah semakin mendapat hujatan dari semua orang karena kelakuan dirinya sendiri.