Kehidupan Jansen, seorang pemuda biasa, berubah secara drastis ketika ia secara tak terduga mendapatkan sesuatu yang misterius bernama "System". Sistem ini memberinya kekuatan untuk mengubah takdir hidupnya dan membawanya ke jalan kesuksesan dan kebahagiaan.
Dengan bantuan sistem ini, Jansen berusaha untuk meraih impian dan cinta sejatinya, sambil menghadapi berbagai rintangan yang menguji keteguhan hatinya.
Akankah Jansen mampu mengatasi tantangan-tantangan ini dan mencapai kehidupan yang ia inginkan, ataukah ia akan terjebak dalam keputusasaan karena kekuatan baru yang ia miliki?
Jansen mendapatkan beberapa kemampuan dari sistem tersebut, seperti kemampuan bertarung, peningkatan kecepatan dan kekuatan, serta kemampuan untuk mempelajari teknik baru lebih cepat. Sistem tersebut juga memberikan Hansen akses ke pengetahuan yang luas tentang dunia, sejarah, dan berbagai aspek kehidupan, yang membantu Jansen dalam menghadapi berbagai tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Jansen dan Alyssa akhirnya makan di sebuah Rumah Makan yang tidak terlalu besar, namun penuh sesak dengan banyak orang. Di tengah hiruk pikuk pengunjung, sepasang mata tertuju pada Alyssa, yang mempesona
setiap orang dengan kecantikannya Senyumnya manis dan menggoda, terlebih saat dia menyimak rambutnya ke telinga, tatapan penasaran seakan
tak bisa lepas darinya. "Duh, cantik sekali dia! gumam seorang pria yang sedang hendak menyantap makanannya, terpesona
oleh keindahan Alyssa
Seorang wanita yang ada di hadapannya pun segera mengikuti arah pandangan pasangannya itu, lalu jantungnya serasa berhenti sejenak ketika mengetahui tatapan pria itu
menghadap pada Alyssa.
Dalam sekejap, rasa cemburu dan
insecure menyeruak dalam diri wanita tersebut. Tanpa ragu, dia melambaikan tangannya yang memegang gelas dan menyiram wajah pasangannya, seolah hendak membangunkan pria itu dari
lamunannya.
"Ah!" seru pria itu terkejut, membuat keributan kecil di dalam rumah makan. Para pengunjung segera menyaksikan kegaduhan tersebut, mulai dari raut cemburu wanita yang
menyerang pasangannya hingga decak
kagum yang muncul di wajah mereka saat melihat kecantikan Alyssa. Ironis, adegan serupa terjadi di beberapa sudut rumah makan, seakan keindahan Alysa menguak benang merah konflik dan ketegangan dalam setiap hubungan.
"Ada apa dengan mereka?" gumam Alyssa, bingung dengan situasi yang terjadi di sekitarnya. Ia duduk di kursi sambil melambaikan tangan pada
pelayan.
"Apa kamu tidak sadar semua
terjadi karena ulahmu!?" tanya Jansen
tajam, ikut duduk dan meletakkan
tangannya di meja.
Lah, karena aku?" Alysa semakin
bingung dengan pertanyaan Jansen. Ya, karena kamu cantik itulah pemicu pertengkaran mereka.
Makanya, kalau jalan-jalan jangan lupa
pakai masker. Itu bisa mengalihkan
perhatian dunial" ujar Jansen, seolah
menegur. la tak sengaja memuji.
namun wajah Alyssa sontak memerah.
Meski kalimatnya sederhana,
namun bagi Alyssa, pujian tersebut
bagaikan sejuta bunga mawar yang
mekar di hatinya. Dua kata, kamu
cantik, adalah melodi yang manis di
telinga.
Pelayan yang mendekat kemudian
mengalihkan perhatian mereka. Alyssa,
yang masih tersipu malu, menjawab,
"Aku pesan udang balado dan avocado
Sementara itu, Jansen masih asyik
meneliti menu yang ada di tangannya.
Sejujurnya, ini adalah kali pertama
dia menginjakkan kaki di restoran dan
menatap harga-harga yang terpampang
di atas 100 ribu per porsi.
Sebagai seseorang yang jarang
menikmati kemewahan, Jansen terkejut
menyelimuti hatinya,
Namun, kini hidupnya telah
memasuki babak yang baru, tak terjebak di dalam belenggu kehidupan masa lalu yang sempit. "Aku harus terbiasa dengan hal semacam Ini"
gumamnya dalam hati.
Jansen berkata, "Samakan aja
pesan saya dengan pesanannya!"
Intinya, Jansen bingung dengan menu
yang ada.
"Baiklah. Mohon menunggu
sebentar!" ucap pelayan itu dengan
sopan, senyum menghiasi wajahnya.
Sementara itu, di Banjarmasin,
sebuah mobil Civic berhenti di depan
rumah kontrakan tempat Jansen dulu
tinggal. Seorang wanita cantik kekuar
dari mobil itu, matanya menyisir
sekeliling.
"Ini tempatnya... menurut
informasi yang kudapatkan, Jansen dulu tinggal di sini," gumam wanita tersebut. Dengan langkah pasti, la berjalan mendekati pintu depan, lalu
mengetuknya.
Tatapan orang-orang yang
penasaran mengikuti setiap gerak
geriknya, namun ia tak
memperdulikannya. Seakan ada
sesuatu yang lebih penting daripada
segala perhatian yang
menghampirinya.
Seorang wanita berusia sekitar 40
tahun membuka pintu setelah
mendengar suara ketukan. Begitu
membuka pintu, wajahnya terlihat
curiga. "Cari suamiku?" tanyanya
dengan nada yang sedikit tinggi
Larissa buru-buru melambaikan
tangan, "Maaf Bu, apakah benar
Jansen tinggal di sini
"Jansen Tidak ada orang
bernama Jansen di sini. Wanita itu
lantas masuk ke dalam rumah dan
menarik suaminya keluar. "Apakah dia
yang mengaku bernama Jansen?"
Larissa menatap lelaki tersebut,
lalu menggelengkan kepala. "Bukan,
dia masih muda dan teman kuliah saya.
Kalau begitu, mohon maaf atas
gangguannya. Larissa langsung
berbalik badan, bingung mengapa
wanita tadi terlihat begitu marah.
Ketika Larissa hendak pergi.
seorang anak kecil mendekatinya.
Kakak temannya. Kak Jansen ya
tanya anak kecil itu.
"Kamu mengenalnya?" tanya
Larissa, bersemangat.
Kami sering main bola di
lapangan. Tapi sekarang dia sudah
pindah, Kak," jawab bocah berusia
sepuluh tahun itu.
Pindah? Apa kamu tahu alamat
barunya?" desak Larissa, berharap
mendapat informasi yang dicarinya.
Bocah itu menggeleng lemah
Tidak, Kak. Tiba-tiba semangat yang
berkobar dalam diri Larissa seakan
pupus tak bersisa. la merogoh tasnya,
mengambil sesuatu, dan
menyerahkannya pada si bocah kecil.
"Terima kasih" ucapnya dengan
lembut.
Bocah kecil itu terpana,
kebahagiaan terpancar jelas di matanya
saat menerima uang dari Larista.
Selembar uang biru cerah itu seakan
menyulap hola matanya menjadi lebih
berbinar,
Larissa sendiri tak menyadari
bahwa pemberiannya merupakan
norninal yang sangat besar bagi seorang
anak seusianya, meski ia tak merasa
kehilangan karena memang berasal
dari keluarga kaya.
Larissa pun melangkah menuju
mobilnya, menyalakan mesin, dan
segera melaju meninggalkan tempat
itu. Selama perjalanan, hatinya
bergolak. Kemana kamu menghilang,
aku hanya ingin mengembalikan
kalung inil geramnya, sambil
menggenggam kalung yang melingkar
Indah di lehernya.
la melirik ke cermin spion tengah
yang terarah pada dirinya. Kalung
tersebut tampak sangat cantik di
lehernya, namun perasaan bersalah
muncul,
ia ingin mengembalikannya
kepada pemiliknya, karena ia tahu
betapa berharganya kalung itu.
Saat Larissa pergi, sebuah mobil
BMW merah yang tampak mencolok
datang berhenti di depan rumah
kontrakan yang dulu ditempati
Jansen,
Dari mobil itu, turun seorang
wanita yang berjalan anggun menuju
pintu rumah tersebut. Sebelum wanita
itu mengetuk pintu, bocah kecil yang
sebelumnya berbicara dengan Larissa
datang mendekat.
"Apakah Kakak yang cantik ini juga
mencari Kak Jansen?" tanya bocah
kecil itu dengan polos.
Lorenza mengerutkan kening, ia
sengaja tidak menghubungi Jansen
untuk memberi kejutan, "Ya, benar,
aku mencari Jansen," jawabnya.
Bocah itu nampak cerdas, "Kak
Jansen sudah pindah, Nona," jawabnya
singkat.
Lorenza terkejut. "Pindah ke mana
Tanyanya.
"Aku nggak tahu!" Bocah itu
menggelengkan kepala. "Tadi juga ada
wanita cantik yang mencari Kak
Jansen,
Lorenza makin penasaran, "Oh?
Bagaimana rupanya wanita itu?"
Bocah kecil itu tersenyum dan
berkata, "Dia juga seorang wanita yang
cantik, tapi dibandingkan Kakak, dia
tidak ada apa-apanya." Ujar bocah kecil
itu, membuat Lorenza tersenyum tipis.
Lorenza meresapi situasi sejenak,
lantas meraih selembar uang merah
dan menyerahkannya pada anak kecil
yang berdiri di hadapannya. Tak lama,
is berbalik dan melangkah masuk ke
dalam mobil BMW-nya. Mobil itu
melaju dengan tenang, melintasi jalan
yang semakin padat
Siapa dia gumam Lorenza,
menyetir dengan tangan kanannya
sambil pikirannya melayang ke sosok
Jansen. "Aku rasa, Jansen tidak
memiliki seorang pacar. Namun, siapa
yang tahu? Apalagi sekarang dia
terlihat sangat tampan dan maskulin."
Hachil Hachir
Tiba-tiba saja, Jansen bersin dua
kali. Saat ini, dia sudah pulang ke
kontrakan harunya, bersama Alysa
yang membantunya.
Dalam hati, dia menggumaikan
harapannya, "Hari yang cukup
menyenangkan. Semoga dengan
pertemuan ini, aku akan mendapatkan
informasi tentang keberadaan Ibuku.
Menghembuskan napas panjang,
Jansen bersandar pada dipan Sahil
membuka panel sistem dan melihat
statistiknya.
Lv1
Nama: Jansen Gillard
Poin Utama: 60
pesona: 50
Kekuatan: 101
Kelincahan: 201
Semangat: 71
Keterampilan: Teknik Tapak Naga
Lv1
Inventory: Tidak Ada.
Dana: 968.005.000.
Tugas: [Mencium Larissa]