NovelToon NovelToon
INGRID: Crisantemo Blu

INGRID: Crisantemo Blu

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: I. D. R. Wardan

INGRID: Crisantemo Blu💙

Di balik nama Constanzo, Ingrid menyimpan luka dan rahasia yang bahkan dirinya tak sepenuhnya pahami. Dikhianati, dibenci, dan hampir dilenyapkan, ia datang ke jantung kegelapan-bukan untuk bertahan, tapi untuk menghancurkan. Namun, di dunia yang penuh bayangan, siapa yang benar-benar kawan, dan siapa yang hanya menunggu saat yang tepat untuk menusuk dari bayang-bayang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I. D. R. Wardan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 Scomparire

"Ciao, amore."

Ingrid tersentak kaget, ketika mendengar seseorang bicara di dekat telinganya. Ia berbalik dan menemukan siswa laki-laki yang memainkan piano siang tadi.

"Kau? Kau mengejutkanku! Apa yang kau lakukan di sini?"

"Sepertinya pertanyaan itu lebih tepat untukmu, apa yang kau lakukan di sini, amore? Sendirian, di malam hari." Frenzzio melangkah lebih dekat ke ingrid.

"Hei! Tetap di sana, jaga jarak dariku! dan berhenti memanggilku 'amore'. Aku memiliki nama," seru Ingrid.

Frenzzio terkekeh. "Apa karena Marcello? Kau tahu, amore. Tidak semua yang terlihat dan didengar bisa menjadi benar maupun kebenaran. Aku juga tahu benar namamu. Ingrid berarti cantik, nama yang memang sangat cocok disematkan untukmu, amore. Aku Frenzzio." Frenzzio tersenyum.

"Apa maumu, Frenzzio?"

"Aku akan terus terang. Dirimu."

"Apa maksudmu?"

"Kau tau benar apa maksudku, amore." Frenzzio mengambil sesuatu dari saku bagian dalam jaketnya dan itu adalah ...

"Krisan merah ..." Mata Ingrid terbelalak. "kau ... Kau ... Yang mengirim kotak-kotak itu?"

"Gadis pintar." Tubuh Ingrid seketika mematung. Ia merasa syok, terkejut, takut, waspada, semuanya berpadu menjadi satu. Bertemu orang yang selama ini menerornya. Ini terlalu mengejutkan baginya.

Dor ...

...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...

Mobil Navarro berhenti di halaman sebuah rumah. Ia keluar dari mobil, lalu berjalan dengan santai untuk masuk ke rumah.

Ia melirik kedua pria berjas hitam senada yang berada rapat di pintu masuk. Ini hal biasa, bahkan biasanya ada lebih banyak orang, entah bagaimana bisa hari ini hanya ada dua orang.

Navarro masuk ke salah satu kamar di lantai dua. Di sana ia melihat Lorenzo yang bermain video game dan Marcello yang sibuk membaca buku.

Navarro menghampiri Marcello, ia duduk di sofa di dekat Marcello. "Sekarang katakan padaku Marcello. Kenapa kau sangat marah tadi? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Marcello melirik ke Navarro lalu menutup buku yang ia baca kemudian meletakkannya di meja.

Marcello menghela nafas berat. Ia menceritakan apa yang terjadi di ruang musik tadi siang antara Frenzzio dan Ingrid.

"Frenzzio itu berbahaya, keluargaku berbahaya baginya, lingkungan di sekitarku juga berbahaya, aku juga ... berbahaya baginya. Aku sangat tidak ingin Ingrid terlibat dalam dunia sepertiku. Keputusanmu dan keluargamu untuk membawanya tinggal di sini sangat beresiko baginya. Ia lebih baik tinggal jauh dari kita semua."

"Jika begitu kita hanya perlu menjaganya, menjaganya dari kejauhan itu sangat sulit, dan juga ... Apa kau akan tega membiarkannya hidup sendirian di luar sana setelah paman meninggal!"

"Hei! kalian berdua harus tenang," tutur Lorenzo yang dengan terpaksa menghentikan permainan karena mendengar perdebatan di dekatnya.

"Itu lebih baik baginya, kau pikir bagaimana reaksi ayah dan ibuku setelah tahu tentangnya? Itu tidak akan baik. Selama ini ayahnya berusaha merahasiakan keberadaannya. Kau pikir karena apa?"

"Tapi, tetap saja ... Membiarkannya sendirian, jauh dari kita, juga bukan hal yang benar. Dia adik perempuanku dan aku akan melakukan apapun untuknya. Bahkan jika harus menjadi tamengnya dari peluru pistol ayahmu. Seharusnya kau melindunginya lebih dari aku ..."

...•┈┈┈••✦ ♡ ✦••┈┈┈•...

Navarro sampai di rumahnya lebih awal karena malas berdebat dengan Marcello. Dia heran melihat ibunya sedang berjalan mondar-mandir di teras rumah dengan wajah cemas.

"Ibu, ada apa?" tanya Navarro begitu berada dekat dengan ibunya.

"Navarro kenapa kau tak mengangkat ponselmu? Ibu menelfonmu sejak tadi!"

"Ponselku kehabisan daya, sebenarnya ada apa, Bu? Kenapa ibu tampak sangat cemas?"

"Adikmu pergi ke keluar hampir 3 jam yang lalu dan belum kembali sampai sekarang. Sekarang ayahmu tengah berusaha mencarinya."

"Apa? Maksud Ibu, Ingrid menghilang? Bagaimana bisa Ibu membiarkannya pergi sendirian!?"

Nora menceritakan semua yang terjadi setelah Navarro pergi dari rumah tadi. Nora menyesal, seharusnya ia tak membiarkan keponakan perempuannya itu pergi keluar sendirian. Jarak rumah mereka dengan Swalayan tidak terlalu jauh, jadi seharusnya dalam tiga puluh menit Ingrid sudah kembali ke rumah. Tapi sekarang sudah hampir tiga jam Ingrid masih belum kembali. Bahkan, ponselnya tidak aktif dan tidak bisa dihubungi.

"Aku akan pergi membantu ayah mencari Ingrid, Ibu tunggu saja di rumah, siapa tahu dia kembali nanti."

"Hati-hati, Navarro."

"Ya, Bu."

Navarro melajukan mobilnya kembali ke jalanan untuk menemukan Ingrid. Ia berkendara dengan kecepatan pelan untuk melihat ke sekitar dengan teliti.

Navarro mengambil telfon genggamnya dan menghubungi ayahnya untuk menanyakan apakah ayahnya sudah menemukan Ingrid atau belum. Jawabannya adalah—tidak. Ayahnya juga belum menemukan keberadaan Ingrid.

"Marcello akan membunuhku," resah Navarro.

Navarro sudah setengah jam lebih berkendara namun masih tak melihat sedikitpun jejak keberadaan Ingrid. Navarro pun memilih memberitahu peristiwa ini pada Marcello, agar Marcello juga bisa membantu mencari Ingrid.

Marcello yang baru sampai di rumah, tiba-tiba diberi kabar seperti itu langsung mencecar Navarro dengan banyak kata-kata pertanyaan disertai umpatan.

Marcello memutuskan panggilannya dengan sepihak. Ia bergegas kembali mengambil kunci mobilnya dan bergegas untuk segera pergi.

"Marcello mau ke mana kau di tengah malam seperti ini? kau baru saja pulang," tanya seorang wanita yang adalah Ibu dari Marcello.

"Aku memiliki urusan, Bu," Marcello kembali melanjutkan langkahnya tapi kemudian ia kembali berhenti dan berbalik bertanya. "Apa Frenzzio ada di rumah, Bu?"

"Tidak, saudaramu tidak ada di rumah. Tidak biasanya kau bertanya tentangnya."

"Aku pergi, Bu." Marcello berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaan ibunya itu.

"Hei Marcello! Hah~dasar anak itu."

Di dalam perjalanan Marcello terus-menerus menghubungi nomor Frenzzio. Namun, nomor yang dihubungi sedang tidak aktif. Hingga tak berapa lama kemudian Marcello telah berada di rumah Navarro, diikuti oleh dua orang pengawal di belakangnya.

"Apa masih belum ada kabar apapun?"

"Sayangnya masih belum ada Marcello, paman dan Navarro sudah mencari ke mana-mana tapi tak menemukan apapun. Kecuali, informasi dari beberapa orang bahwa mereka mendengar suara tembakan pistol di jalan yang seharusnya dilewati Ingrid pada saat itu."

Nora sudah menangis sejak tadi karena mengkhawatirkan keponakan perempuannya. Entah ke mana Ingrid pergi dan bagaimana keadaannya saat ini tak ada yang tahu.

"Periksa semua cctv sepanjang jalan ini, dari rumah ini ke swalayan, tanpa terkecuali," perintah Marcello pada dua pengawal di belakangnya.

"Baik, tuan." kedua pengawal itu pun pergi dengan segera untuk melaksanakan tugas dari atasannya.

Marcello mengambil ponselnya, ia kembali mencoba menelfon Frenzzio, tetapi tidak aktif. Marcello curiga ini ada hubungannya dengan saudaranya itu, karena ia tahu saudaranya itu terobsesi pada Ingrid. Entah apa sebabnya, ia tak tahu pasti.

Mereka tidak bisa melapor ke polisi karena belum dua puluh empat jam Ingrid menghilang. Dan memang tidak melibatkan polisi, atau semuanya akan berantakan. Ia juga tidak mungkin meminta bantuan ayahnya maupun menggunakan akses dan kekuasaannya ayahnya karena dia pasti akan curiga.

Marcello kembali menghubungi nomor Frenzzio tapi hasilnya tetap sama seperti sebelumnya. Karena sangat kesal Marcello membanting telepon genggamnya hingga hancur.

"Di mana kau Ingrid ... "

1
minato
Terhibur banget!
I. D. R. Wardan: makasih udah mampir, semoga gak bosan ya🥹💙
total 1 replies
Yuno
Keren banget thor, aku jadi ngerasa jadi bagian dari ceritanya.
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹
total 1 replies
Yoh Asakura
Menggugah perasaan
I. D. R. Wardan: Makasih ya🥹 author jadi makin semangat nulisnya 💙
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!