Seira Adam Hanida adalah Ayi Mahogra atau Ratunya Kharisma Jagat yang harus memimpin pasukan kharisma jagat di zaman modern untuk melawan Bagaskara yang menggunakan makhluk ghaib untuk mengendalikan manusia agar menyembah iblis yang dia sembah.
Untuk melawan balik, Bagaskara hendak menculik anak kedua Ayi dan menggunakannya agar bisa mewujudkan kutukan kuno, kutukan itu adalah, setiap Ayi Mahogra atau ratunya kharisma jagat, kerajaannya akan runtuh digulingkan oleh anak perempuannya sendiri. Karena itu Ayi Mahogra meminta suaminya Malik Rainan dan juga pasukan kharisma jagat membawa kabur anaknya agar selamat dari penculikan dan dia bisa menjaga umat manusia dan kerajaannya dari serangan Bagaskara.
Selama proses pelarian ini, Malik dan pasukan kharisma jagat menemui banyak kesulitan karena serangan dari Bagaskara dan pasukannya, lalu apakah mereka berhasil melindungi anak perempuan Ayi Mahogra atau dia akan menjadi anak yang terkutuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muka Kanvas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 30 : Mayat Tenggelam 2
“Ini jurnal yang aku buat dalam tiga bulan terakhir, aku meminta Hanif dan beberapa cantrik mencari data kira-kira tersebar ke mana para kharisma jagat, kita akan mengumpulkan sebanyak mungkin kharisma jagat yang bisa kita bujuk untuk tinggal di AKJ.” Ayi sudah membagikan buku yang dia ketik dengan rapi, jurnal kemungkinan kharisma jagat berada, dia telah mengcopy jurnal tersebut agar kawanan senior bisa membacanya masing-masing.
“Baiklah, lalu yang mana yang akan menjadi tujuan pertama kita?” Ganding bertanya, dia telah membaca cepat jurnal yang Ayi buat dan dia sungguh tertarik pada gua hilang.
“Kau tertarik pada yang mana?” Ayi seperti tahu, Ganding bertanya karena dia mungkin telah menentukan pilihan.
“Gua hilang Ayi, aku sungguh tertarik, karena di desa itu ada begitu banyak orang yang hilang, dalam setahun terkhir ada 30 orang hilang, dalam 3 tahun terakhir bahkan ada 50 orang menghilang tanpa diketahui jejaknya, jika pembunuhan, mayat tidak pernah diketemukan, jika penculikan, kenapa orang di desa semuanya tenang, tidak ada yang mencoba mencari.” Ganding langsung mengajukan hal yang membuatnya tertarik.
“Itu memang di halaman berapa pada jurnal Ayi, Nding?” Hartino bertanya dan Aditia mengangguk, tanda bahwa mereka bahkan belum sampai sana baca jurnalnya.
“Nih lihat, ini tuh halaman pertengahan.” Ganding menunjuk judul dan halamannya.
“Buset, udah baca sampe situ aja, ini buat cerna 2 bab awal aja susah banget.” Hartino berseloroh.
“Pilihan bagus, kita akan ke sana, tapi mungkin kalian akan terganggu, selama aku pergi dari kaki gunung ini, aku akan menggunakan wajah Mada, aku harap kalian tidak akan membunuhku karena itu.” Ayi tertawa sedang yang lain berwajah tegang.
Sementara Yasa sibuk menyusui pada ibunya dan ditutup wajahnya dengan penutup khusus menyusui.
“Baiklah, kalau begitu, sebelum berangkat aku akan cari informasi sebanyak-banyaknya, karena jujur, aku jadi ingat salah satu kasus kita di terowongan, kasus yang membuat kita semua terjebak di sana, terowongan di jalan Kamboja.” Hartino menyinggung soal kasus yang pernah kawanan selesaikan, diselesaikan dengan bantuan Behra dan suaminya.
“Oh, Ratu Gandarwi itu?” Ganding ingat.
“Ya, betul! Apakah kali ini kita akan menghadapi ratu gila lagi? Atau memang ada sesuatu di gua itu?” Hartino bertanya.
“Tenang saja, Gandarwi telah aman di markas ghaib milik Ayi yang telah kita bangun, sudah diamankan dengan pengamanan berlapis-lapis, bahkan di ruangan itu dia ditaruh di brangkas khusus yang hanya bisa dibuka oleh mata Alka karena menggunakan tekhnologi ghaib yang paling tinggi.” Aditia mengingatkan, karena agar dia tak kabur lagi, entah kabur karena pengkhianatan atau karena orang lain, yang kita tahu, bahwa kakaknya Amanda pada kasus anak ambarlah yang melepaskan Gandarwi tanpa dia sadari karena pengaruh gendam dari Ratu jin itu, maka untuk pengurungan Gandarwi, dilakukan berlapis-lapis.
“Tapi kasus kali ini pasti lebih mudah karena ada Ayi.” Alisha berkata dengan senang, karena sejak kabur, dia sama sekali tak punya waktu untuk bersenang-senang dengan yang lain, sekedar liburan saja tidak bisa.
“Kau lupa kalau kakakmu ini sekarang hanyalah manusia biasa yang hanya jago bela diri, bahkan energi ghaib Alisha saja jauh lebih tinggi dibanding Ayi. Jadi apa yang kau harapkan dari tubuh tanpa energi ghaib ini?” Malik meledek istrinya, Ayi hanya tersenyum sambil berpura-pura kesal, sementara Alka terus memegang tangan ibunya dibalik apron menyusui, dia sungguh sangat menyukai moment ini, meski harus menunggu selama setahun agar bisa menyusui langsung pada ibunya.
“Hei, berani sekali mulut itu menghinaku! Kau ingin kuhajar!” Ayi berlagak seperti ingin memukul Malik, Yasa yang sedang ada di gendongannya jadi terbangun dan merengek.
“Anak ini semenjak ada ibunya jadi terlihat seperti bayi.” Malik sekarang meledek Yasa.
“Kau pikir anakku sudah dewasa! Dia masih bayi! Umurnya saja baru satu tahun, Malik!” Ayi terlihat kesal, Malik lalu berlari ke kamarnya dan dikejar Ayi ke sana.
“Mereka seperti pasangan suami istri biasa ya kalau begitu.” Adit tersenyum melihat itu.
“Pasangan suami istri biasa yang bikin kita hampir saja bunuh orang, aku selalu merinding membayangkan betapa bringasnya kita kemarin itu, kok bisa ya?” Hartino jadi ingat, kalau mereka kemarin itu hampir saja membunuh Mada.
“Iya, kalau dipikir-pikir cinta buta itu ternyata mengerikan ya?” Alisha jadi ikut teringat.
“Tidak juga, cinta butamu padaku membuat kita bersama sekarang.”
“Tapi cinta buta karena loyalitas tidak selalu berakhir baik, maksudku, kakak Mada benar, kalau kita berubah menjadi manusia keji, tak terbayang kalau besok kita masuk perangkap dan ingin mencelakai Yasa, aku takkan pernah memaafkan diriku sendiri.” Alisha takut, dia mulai memanggil Ayi dengan panggilan Kakak Mada, hanya agar terbiasa.
“Sudahlah, yang terpenting saat ini adalah kita menjaga semua orang agar tetap aman dan bersama, aku sungguh bahagia Yasa bisa bersama ibunya, lihat, bahkan dalam wujud Mada saja dia bisa langsung dekat, kedekatan ibu dan anak itu siapa yang bisa kalahkan?” Alka terseyum, meski dia rindu tidur dengan anak kecil itu, tapi tidur bersama ayah dan ibunya mana mungkin ada yang lebih baik dari itu.
Malam ini semua orang sibuk dengan PRnya masing-masing, Hartino harus mencari informasi tentang desa gua hilang itu melalui internet, tentu mereka menggunakan sinyal internet pribadi yang tidak bisa dilacak, lalu Aditia dan Alka harus mulai berkemas, Alisha memikirikan bahan pokok yang harus mereka miliki, Jarni dan Ganding yang mulai mencari tahu pemukiman yang bisa mereka tinggali di sana melalui koneksi.
Sungguh perjalanan ini akan kembali menegangkan, Ayi yang menyelesaikan kasus tanpa kekuatan sama sekali, apa kau pikir dia bisa tetap melindungi kawanan atau malah sebaliknya?
…
“Jadi ini jembatannya?” Dita bertanya pada Reisa.
“Iya, katanya di sini ibuku berdiri cukup lama memandang ke bawah.”
“Tapi tak ada yang melihatnya menjatuhkan diri sendiri kan?” Dita memastikan lagi.
“Tidak, karena malam jarang ada yang lewat sini, ya kau tahu, orang-orang selalu takut lewat jembatan yang tidak memiliki penerangan cukup pada malam hari, ada yang takut setan, ada yang takut begal, tempat yang sangat cocok untuk bunuh … diri.”
“Kita jalan kesekitar, kita cari CCTV, siapa tahu ada di sekitar sini.”
“Untuk apa cari CCTV, yang lewat kan banyak.” Reisa tidak paham.
“Yang lewat banyak, tapi yang lewat malam hari, seperti yang kau bilang, tidak banyak kan? jadi kalau ada orang yang lewat pada malam hari selain ibumu, maka bisa jadi, dialah pelakunya.”
“Maksudmu, ibuku ada kemungkinan dibunuh?”
“Kita belum tahu sampai kita menemukan orangnya, jadi tetap pada kemungkinan terburuk.” Dita berlagak seperti detektif saja, padahal dia Dokter.
Mereka berjalan menyusuri pemukiman sekitar jembatan, di pos salah satu gang ternyata ada CCTV, Dita melihat salah satu warga di sana, Dita memberanikan diri untuk bicara.
“Pak, CCTV ini boleh diminta lihat nggak rekamannya pada tanggal tertentu?” Dita bertanya langsung tanpa basa-basi.
“Untuk apa ya neng? Bisa sih, tapi yang punya rekamannya pak RT. Itu rumahnya di ujung gang.” Warga itu berkata sambil menunjuk.
“Ini pak, ini soal wanita yang bunuh diri, kami sedang menyelidiki ulang, soalnya ada bukti dari forensik kalau ini bukanlah bunuh diri.” Dita mengarang saja, orang-orang kadang mudah percaya jika yang dikatakan terdengar hal yang asing.
“Oh gitu, yaudah sana atuh minta tolong pak RT liat rekamannya.” Warga itu mempersilahkan, Dita dan Reisa mengetuk rumah pak RT, meski Reisa merasa takut, takut kalau mereka diusir.
Setelah pintu dibuka, Dita memperkenalkan diri sebagai Dokter dan Reisa sebagai anak dari korban bunuh diri itu dan memberitahu maksud mereka datang, tidak disangka pak RT langsung meminta mereka masuk dan meminta istrinya untuk membuatkan teh hangat untuk mereka berdua.
“Gini teh, aduh, sebenarnya mamanya teteh tuh orang baik, ini waktu di sini banjir, mamanya teteh yang tolongin loh, itu sungai biar nggak terlalu dalam, tapi kalau lagi musim banjir, ini rumah penduduk sekitar tuh tenggelem neng, untung ada mamanya eneng, jadi udah jarang banjir di sini.”
“Hah? Maksudnya?” Reisa bingung.
“Iya kan, mamanya eneng tuh orang baik, dia suka bantuin kami adain ritual leluhur, dia yang bantuin kami untuk mencegah bencana, makanya desa ini aman, karena bantuan ibunya eneng, sudah hampir beberapa tahun inilah kami aman dari banjir.”
“Aku tidak paham pak, bapak salah mungkin, ibuku hanya ibu rumah tanggak biasa saja pak, dia juga baru-baru ini bekerja, karena berpisah dengan papaku, tapi ibuku bukan seperti yang bapak bilang.” Reisa menolak informasi tentang ibunya.
“Reisa, kita dengarkan dulu apa yang bapak ini katakan ya.” Bagusnya Dita ikut, jadi ada orang yang netral dan mau mendengar keseluruhan cerita, sedang Reisa pasti tidak ingin dengar hal buruk tentang ibunya. Takut kalau ada fakta yang menakutkan tentang ibunya.
“Iya nak, ibumu bukan dukun ilmu hitam kok, dia hanya membantu kami untuk melakukan ritual leluhur, menghargai semesta agar semesta juga menyayangi kita, inti dari ajaran agama kan memang hidup selaras bukan, baik hubungan dengan Allah dan juga hubungan dengan sesama manusia, tapi terkadang lupa, bahwa bumi yang kita pijak adalah tempat yang juga harus dihargai, mereka menopang kita dengan iklas, sementara dari kita juga banyak melakukan pengrusakan.
Ibumu mengajari kami untuk menghargai alam, melakuKan ritual leluhur bukan hal yang buruk seperti meminta tumbal, tapi lebih kepada berterima kasih kepada leluhur yang ikut menjaga kita dengan jiwanya hingga alam ini menjadi baik terhadap kita. Bukankah alam juga berbicara kepada Tuhan, maka alam memiliki jiwa, itu yang ibumu bicarakan.”
“Ritualnya seperti apa pak? Bisa jelaskan? Maksudku mungkin ini bisa membantu kami untuk mencaritahu kejadian di balik kematian ibunya Reisa, apakah menurut bapak mungkin ibunya Reisa bunuh diri?” Dita akhirnya bertanya hal yang membuat mereka penasaran.
“Aku dan semua warga desa ini, tidak akan percaya kalau mamanya Reisa itu bunuh diri, beliau tak mungkin menodai sungai yang kami jaga dengan hal buruk, apalagi bunuh diri, kami tahu bahwa, mungkin ada yang mencelakainya, maka dari itu kami berharap ada orang yang bisa mengungkap ini.” Pak RT itu berkata dengan serius sementara Reisa masih mencoba untuk menerima kenyataan kalau dia tak benar-benar mengenal mamanya.
"Dan, soal CCTV itu pak, gimana? sebelum kita diberitahu soal ritual, gimana kalau kita lihat dulu CCTVnya?" Reisa ternyata lebih tertarik dengan CCTVnya.
"Yang di depan itu ya, itu CCTVnya sudah lama rusak neng, yah, tetap dipasang disitu untuk menakuti saja, tapi sudah lama rusak. Jadi, saya tak bisa tunjukkan rekamannya." Pak RT itu akhirnya berbicara soal CCTV yang sudah tak berfungsi itu, membuat mereka jadi tak bisa mengecek rekamannya.
________________________________________________
Catatan Penulis :
Kalian pernah nggak merasa, sangat mengenal orang, tapi tiba waktunya, kalian jadi tahu bahwa, ternyata kita nggak kenal dia banget, kita jadi tersakiti karena hal itu, kita merasa bahwa telah memperlihatkan semua sisi, tapi orang yang kita anggap kenal dan mengenal kita, justru tidak benar-benar menunjukan jati dirinya. Apakah kalian pernah ketemu orang seperti itu?
Kalau aku, jujur, aku adalah orang yang tidak terlalu suka membagi hal buruk, pun jika aku mengalami hal buruk seperti sakit atau celaka karena sesuatu, aku akan cerita setelah hal itu terjadi dan sudah dapat solusi, aku tidak terlalu suka berbagi hal yang buruk kepada orang lain, karena bagiku membagi hal buruk pada orang lain itu tak adil baginya, bisa jadi aku merusak hari orang itu, merusak moodnya atau bisa jadi juga orang yang kuceritakan tak benar-benar mau membantuku.
Bagiku hal buruk itu boleh diceritakan jika saja menjadi cerita lucu kelak, tapi bukan berarti dibagi kepada orang lain, rasa malu dan tidak percaya membuatku memilih untuk tidak terlalu terbuka.
Aku rasa mengeluh pada orang lain, apalagi membuatnya menjadi susah karena kita, itu hal yang sangat tidak menyenangkan, walau aku pernah iri pada orang yang selalu minta tolong dan apapun jadi mudah untuknya, tetap saja, aku selalu memilih menyelesaikan sendiri. Terdengar kesepian, tapi perlahan membuatku semakin kuat. Walau banyak orang bilang, jadi tidak benar-benar mengenalku.
I love you all, media healingku adalah pembacaku, semoga tulisanku bisa jadi media healing kalian.
PKJ 2 akan publish setiap hari jam 19:00 (Semoga aku bisa menepati janji)
Jangan lupa like, coment dan follow akun Noveltoonku ya.
Jangan lupa untuk follow aku juga di :
IG : @mukakanvas
Tiktok : mukakanvas_horor
Youtube : @mukakanvas
anaknya kaburrr, ditanya komaa
biar smwbgtt🤣🤣💪💪