Demi menyelamatkan keluarganya dari utang, Lana menjual keperawanannya pada pria misterius yang hanya dikenal sebagai “Mr. L”. Tapi hidupnya berubah saat pria itu ternyata CEO tempat ia bekerja… dan menjadikannya milik pribadi.
Dia sadis. Dingin. Menyakitkan. Tapi mengapa hatiku justru menjerit saat dia menjauh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GOD NIKA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Matahari Terbit di Atas Puing dan Janji Yang Menguat
Suasana pagi di Sukabumi, beberapa minggu setelah penangkapan Tuan Besar Hartono, terasa berbeda. Udara sejuk pegunungan memeluk kota, membawa aroma tanah basah dan bunga melati yang baru saja mekar. Namun, di hati Lana dan Leon, kedamaian itu terasa jauh lebih dalam dari sekadar cuaca. Badai terbesar dalam hidup mereka telah berlalu, menyisakan puing-puing, tetapi juga pondasi yang lebih kokoh.
Kantor Revanza Cipta yang terbakar kini hanya menyisakan kerangka hangus, diselimuti bau asap yang samar. Sebuah pagar seng mengelilingi area itu, dengan tulisan besar "DALAM PROSES PEMBANGUNAN KEMBALI" terpampang di depannya. Pagi itu, Leon dan Lana berdiri di sana, menatap reruntuhan. Bukan dengan kesedihan, melainkan dengan tatapan penuh visi.
"Banyak kenangan di sini, ya," bisik Lana, tangannya melingkar di lengan Leon. "Mulai dari mimpi-mimpi awal kita, diskusi sengit, sampai malam-malam panjang dengan kopi pahit."
Leon tersenyum tipis, matanya menerawang. "Dan juga ketakutan, frustrasi, dan rasa putus asa. Tapi juga tempat di mana kita menemukan kekuatan satu sama lain." Ia menoleh pada Lana, menggenggam tangannya erat. "Tempat di mana aku menyadari betapa berartinya kamu bagiku."
Kejatuhan Tuan Besar Hartono menjadi berita utama di seluruh negeri. Proses hukumnya berjalan cepat, didukung oleh bukti-bukti tak terbantahkan dari Pak Wijoyo dan kesaksian Leon serta Lana. Meskipun masih ada upaya banding dan manuver hukum dari kubu Hartono Group, fondasi kekuasaan sang raksasa telah retak parah. Aset-asetnya dibekukan, reputasinya hancur lebur, dan para mantan mitranya berbondong-bondong menarik diri, takut terseret dalam skandal yang sama.
Namun, di tengah kehancuran itu, muncul gelombang dukungan yang tak terduga untuk Revanza Cipta. Kisah perjuangan mereka, tentang integritas melawan korupsi, tentang David melawan Goliath modern, menyebar luas. Media massa yang tadinya dikontrol Tuan Besar Hartono, kini memberitakan mereka sebagai pahlawan baru di dunia bisnis. Wawancara demi wawancara, tawaran kerja sama, dan ucapan simpati membanjiri mereka.
"Sulit dipercaya, kan?" kata Lana suatu sore, saat mereka menelusuri pesan masuk di akun media sosial Revanza Cipta. "Dulu kita bersembunyi dari sorotan, sekarang kita jadi pusat perhatian."
"Ini buah dari kejujuran, Lana," sahut Leon, matanya memancarkan kebanggaan. "Orang-orang haus akan cerita tentang kebaikan yang menang. Mereka melihat kita sebagai harapan, bahwa ada cara lain untuk berbisnis."
Pembangunan Kembali Revanza Cipta
Proses pembangunan kembali Revanza Cipta dimulai dengan semangat baru. Dana segar mengalir dari investor-investor baru yang tertarik dengan etos kerja mereka, termasuk beberapa investor yang sebelumnya menarik diri karena tekanan Tuan Besar Hartono. Kali ini, mereka datang dengan sukarela, melihat potensi besar dalam visi dan integritas Revanza Cipta.
"Kita akan membangun kembali lebih besar, lebih kuat, dan lebih baik dari sebelumnya," kata Leon dalam rapat pertama dengan tim inti mereka di sebuah ruang kantor sementara yang mereka sewa. "Ini bukan hanya tentang gedung baru, tapi tentang budaya baru. Budaya yang mengutamakan nilai, bukan hanya keuntungan."
Lana memaparkan rencana strategis mereka. "Kita akan memperluas cakupan proyek niche kita, berinvestasi lebih dalam pada penelitian dan pengembangan teknologi ramah lingkungan yang inovatif. Kita akan menjadi pionir dalam bisnis yang berkelanjutan dan berintegritas."
Tim Revanza Cipta, yang telah melewati masa-masa sulit bersama, menunjukkan loyalitas yang luar biasa. Mereka bekerja keras, bahu-membahu, dipimpin oleh Leon dan Lana yang kini menjadi simbol inspirasi. Suasana di kantor sementara itu penuh energi positif, meskipun sesak dan sederhana. Ada tawa, diskusi hangat, dan semangat kebersamaan yang tulus.
Arvino, yang perannya tak kalah vital, kini resmi bergabung sebagai Chief Technology Officer (CTO) Revanza Cipta. Keahliannya dalam keamanan siber dan jaringan, serta koneksinya yang luas, menjadi aset tak ternilai. "Kita harus pastikan sistem kita tidak bisa ditembus lagi," kata Arvino, dengan senyum tipis. "Dan kita akan membangun sistem yang transparan, sehingga setiap transaksi kita bisa dipertanggungjawabkan."
Pak Wijoyo, setelah memberikan kesaksian penting, memutuskan untuk menjauh dari hiruk pikuk Jakarta. Ia menerima tawaran dari Leon dan Lana untuk menjadi penasihat keuangan lepas bagi Revanza Cipta, bekerja dari tempat yang lebih tenang, jauh dari intrik dunia korporat besar. Baginya, membantu Revanza Cipta adalah penebusan dosa dan cara untuk memastikan integritas tetap hidup di dunia bisnis.
Hubungan yang Bersemi di Tanah Subur
Di luar urusan bisnis, hubungan Leon dan Lana semakin dalam. Badai telah mengikis semua keraguan dan ketidakpastian. Mereka telah melihat sisi terlemah dan terkuat satu sama lain, dan di setiap momen itu, cinta mereka tumbuh semakin subur.
Malam-malam di Sukabumi, kini diisi dengan percakapan yang lebih ringan, tawa yang lepas, dan sentuhan-sentuhan lembut yang penuh makna. Mereka sering menghabiskan waktu di balkon rumah sewa mereka, memandangi bintang-bintang, berbagi impian dan rencana masa depan.
"Aku tidak pernah membayangkan hidupku akan seperti ini," bisik Lana suatu malam, kepalanya bersandar di dada Leon, mendengarkan detak jantungnya yang teratur. "Dulu, aku hanya ingin hidup tenang, menghindari konflik. Tapi sekarang..."
Leon mencium kuncak kepala Lana. "Sekarang kamu seorang pahlawan, Lana. Kamu telah menunjukkan padaku bahwa kekuatan sejati bukan pada kekuasaan, melainkan pada keberanian untuk berdiri teguh pada kebenaran. Kamu telah menyelamatkanku, Lana."
"Kita saling menyelamatkan, Leon," jawab Lana, mendongak menatap matanya. "Kita saling melengkapi. Kamu punya visi, aku punya ketelitian. Kamu punya keberanian, aku punya ketenangan."
Leon tersenyum, mengusap lembut pipi Lana. "Kamu mengubahku, Lana. Kamu membuatku menjadi pria yang lebih baik. Aku... aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Lana terkesiap. Jantungnya berdebar kencang. Itu bukan sekadar pernyataan cinta, itu adalah janji masa depan yang konkret. Ia merasakan matanya berkaca-kaca. "Aku juga, Leon. Aku juga ingin bersamamu."
Mereka berpelukan erat, di bawah cahaya bulan dan bintang-bintang yang menjadi saksi bisu. Janji itu, diucapkan tanpa cincin atau upacara mewah, terasa lebih sakral dan tulus. Sebuah janji yang ditempa dalam api penderitaan dan dibasahi air mata perjuangan.
Babak Baru: Tantangan dan Harapan
Meskipun Tuan Besar Hartono telah tersingkir, dampaknya pada Leon masih terasa. Ia harus menjalani serangkaian terapi untuk mengatasi trauma psikologis akibat konflik berkepanjangan dengan ayahnya. Namun, kali ini, Leon tidak sendirian. Lana selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan tak tergoyahkan, membantunya memproses emosi, dan mengarahkan perhatiannya pada masa depan.
"Aku tidak akan pernah melupakan apa yang dia lakukan," kata Leon pada Lana suatu kali, saat mereka berjalan-jalan di tepi danau. "Tapi aku tidak akan membiarkan itu mendefinisikanku lagi. Aku akan fokus pada apa yang bisa aku bangun, bukan pada apa yang dia hancurkan."
Proses hukum terhadap Tuan Besar Hartono akan memakan waktu, dan Hartono Group sendiri sedang dalam masa transisi yang kacau. Beberapa pihak mencoba mengambil keuntungan dari kekosongan kepemimpinan itu, sementara yang lain berusaha membersihkan nama baik perusahaan. Leon memilih untuk tidak terlalu terlibat. Fokusnya adalah Revanza Cipta dan membangun warisan yang berbeda.
Dalam beberapa bulan, kerangka gedung Revanza Cipta yang baru mulai berdiri tegak, menjulang dengan desain modern dan ramah lingkungan. Kantor baru itu tidak hanya fungsional, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai baru mereka: transparansi, inovasi, dan keberlanjutan. Mereka berinvestasi pada energi terbarukan, sistem daur ulang air, dan ruang kerja terbuka yang mendorong kolaborasi.
Proyek-proyek mereka semakin dikenal luas. Dari sistem irigasi pintar untuk petani lokal hingga solusi manajemen limbah yang inovatif untuk pemerintah daerah, Revanza Cipta membuktikan bahwa bisnis bisa sukses tanpa harus mengorbankan integritas. Mereka menjadi contoh, inspirasi bagi banyak pengusaha muda lainnya yang ingin berbisnis secara etis.
Hubungan Lana dan Leon juga berkembang ke arah yang lebih serius. Mereka mulai membicarakan tentang pernikahan, tentang keluarga, tentang membangun rumah tangga di Sukabumi, jauh dari hiruk pikuk kekuasaan Jakarta yang penuh intrik. Mereka ingin hidup sederhana, namun penuh makna, dikelilingi oleh orang-orang yang mereka cintai dan pekerjaan yang mereka banggakan.
Suatu sore, saat mereka mengunjungi lokasi pembangunan kantor baru, Lana memegang tangan Leon. Ia melihat siluet kupu-kupu yang terpampang di salah satu dinding bagian depan gedung, logo baru Revanza Cipta yang mereka desain bersama. Kupu-kupu itu kini tidak lagi hanya simbol perubahan dan kebebasan, tetapi juga simbol kekuatan, ketahanan, dan harapan yang tak terbatas.
"Ini indah sekali, Leon," bisik Lana, matanya berkaca-kaca.
Leon memeluknya dari belakang, dagunya bersandar di bahu Lana. "Ini adalah awal yang baru, Lana. Awal dari segalanya."
Matahari terbit yang baru menyinari kota Sukabumi, melukis langit dengan warna-warna keemasan. Sinarnya jatuh pada puing-puing yang perlahan berubah menjadi harapan, pada dua hati yang telah melewati badai bersama, dan pada janji yang terukir di antara abu, janji untuk membangun masa depan yang lebih baik, dengan cinta dan integritas sebagai pondasinya.
Mereka tahu, perjalanan hidup tidak pernah sepenuhnya mulus. Pasti akan ada tantangan baru, badai baru yang mungkin datang. Namun, kali ini, mereka tidak takut. Mereka telah membuktikan bahwa mereka bisa selamat. Mereka telah menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri, dan yang terpenting, kekuatan di dalam satu sama lain. Kupu-kupu itu telah mengepakkan sayapnya, siap terbang lebih tinggi, membawa kisah mereka ke seluruh dunia.
Masa depan Revanza Cipta dan hubungan Lana serta Leon kini tampak cerah. Apakah menurut kamu mereka akan menghadapi tantangan eksternal baru dari kompetitor lain yang tidak puas dengan keberhasilan mereka, atau lebih pada tantangan internal dalam mengembangkan perusahaan dan memperkuat hubungan pribadi mereka?