Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27. DIKEJAR
Kehidupan Leona benar-benar berubah drastis. Keluarganya benar-benar menerima Leona dengan luar biasa baik, hingga memerlakukan Leona seperti seorang putri. Walau ia bersyukur karena keluarga kandungnya ini baik dan sayang dengan Leona, tapi ia merasa kewalahan dengan semua hal mereka berikan. Tentu saja karena Leona besar dengan cara yang berbeda, dimana ia harus bekerja dan berusaha terlebih dahulu jika menginginkan sesuatu. Lalu ketika ada orang yang tiba-tiba memberikan semua hal yang bahkan Leona tidak inginkan, jadilah gadis itu sedikit bingung dan sungkan.
"Jadi sudah memilih akan masuk universitas mana?" tanya Herry, yang duduk seraya menaruh kopi di atas meja.
"UCSF," jawab Leona, menyandarkan punggungnya setelah lelah membaca semau pamflet dan katalog universitas di Amerika.
"UCSF? Kau yakin akan kuliah di San Fransisco saja? Tidak ingin kuliah ke tempat yang lebih baik seperti Stanford, Baylor, atau bahkan Harvard? Jika kau memikirkan masalah biaya, jangan khawatir tentang itu. Kau bebas memilih unversitas yang kau inginkan," kata Herry, tidak ingin merasa kalau adik perempuannya ini terlalu sungkan untuk meminta yang ia butuhkan.
"Aku sejak awal memang ingin masuk ke UCSF," jawab Leona jujur.
"Jurusan apa yang ingin kau masuki?" tanya Herry seraya menyesap kopinya.
"Patologi Forensik," jawab Leona.
Herry yang mendengar itu langsung tersedak, tidak menyangka kalau adik perempuannya akan memilih jurusan menyeramkan itu. Ia pikir kalau Leona akan memilih jurusan umum yang biasanya para perempuan pilih.
"Pelan-pelan." Leona memberikan tisu kepada Herry saat melihat kopi yang menyembur dari mulutnya.
Herry menyeka mulutnya lalu berkata, "Kau akan masuk jurusan itu? Serius? Kau tahu pekerjaan apa yang akan kau lakukan jika kau lulus dari sana, kan?"
"Tahu. Berurusan dengan mayat dan orang yang telah meninggal," kata Leona santai.
"Kau tidak ... takut? Maksudku, tidak mudah untuk berhadapan dengan mayat dan kau tahu apa maksudku. Kau harus mengotopsi jenasah yang entah bagaimana bentuknya." Herry masih memandang Leona tidak percaya.
"Aku tahu. Tapi aku ingin sekali dengan pekerjaan sebagai ahli otopsi. Jika aku tidak bisa menolong yang masih hidup, setidaknya aku bisa menolong yang telah meninggal dengan memberikan keadilan atas kematian mereka," kata Leona.
Pandangan Herry melembut, tersenyum kecil ketika mendengar ucapan adik perempuannya itu.
"Apa yang sedang kalian bicarakan pagi-pagi seperti ini?" tanya Raymond ketika memasuki ruang tengah dengan wajah masih setengah mengantuk.
"Kau begadang lagi? Jika kau terus begadang kau akan cepat keriput dan tua," celetuk Leona.
"Tenang saja, aku tidak akan tua semudah itu. Akan kupastikan aku tetap terlihat semuda ini walau usiaku lima puluh tahun," balas Raymond.
"Percaya dirimu memang tidak ada tandingannya," ucap Leona.
"Memang apa yang kalian bicarakan? Ini hari libur setidaknya berhenti membicarakan hal serius dan obrolkan saja tentang liburan semacamnya," kata Raymond yang berjalan ke arah dapur dengan pintu yang menghadap ke ruang tengah, sehingga memudahkannya untuk terus bicara.
"Kau tahu, Ray? Leona memilih kuliah di San Fransisco dan akan memilih Patologi Forensik, ahli otopsi mayat," beritahu Herry.
Sama seperti Herry, Raymond menyemburkan minuman air yang sedang ditengguknya ketika mendengar ucapan dari sang kakak mengenai adik mereka.
Herry tersenyum lebar melihat reaksi Raymond barusan. Sepertinya Herry tidak berlebihan ketika sampai menyemburkan air karena mendengar apa yang adiknya pilih ketika kuliah nanti.
"Are you serious? Katakan kalau kau sedang bercanda, Lil Sister." Raymond langsung berjalan ke ruang tengah untuk mendengar langsung dari Leona tentang yang diberitahukan oleh Herry tadi.
"Benar. Aku akan memilih jurusan itu. Kenapa memangnya?" tanya Leona heran, ketika kedua kakaknya ini begitu terkejut ketika tahu Leona akan memilih jurusan itu.
"Kenapa kau bilang? Kenapa harus jurusan menyeramkan seperti itu? Kau harus berurusan dengan mayat untuk waktu yang lama. Kenapa tidak memilih jurusan yang biasa perempuan pilih seperti ahli desain, seni, bisnis, atau yang umum, bukannya pekerjaan dengan suasana seperi berada di film horor setiap harinya," cerocos Raymond.
"Percayalah aku tidak memiliki bakat sama sekali dengan jurusan-jurusan yang kau sebutkan itu. Dan Dad tidak mengizinkanku memilih yang berbau otomotif karena pekerjaan pria, lalu mengatakan kalau tidak ingin anak perempuannya bau oli dan bukannya parfum," kata Leona.
"Tapi setidaknya kau tidak bau mayat, Lil Sister," ucap Raymond frustrasi. Tidak menyangka kalau adik perempuannya ini justru lebih bar-bar dibandingkan Raymond dan Herry.
"Pokoknya aku ingin masuk jurusan itu," ucap Leona tidak mau diganggu gugat lagi.
"Bagaimana jika mayat yang kau tangani tiba-tiba hidup?" Raymond berusaha menakuti sang adik.
"Aku bahkan bicara dengan yang sudah meninggal," jawab Leona santai.
"Benar juga lagi," gumam Raymond menelan ucapannya sendiri, lupa kalau sang adik memiliki kemampuan tidak biasa itu.
"Oh, iya, apa bisa mengantarkanku ke rumah ayah angkatku? Aku butuh berkas-berkas diriku yang ada di sana untuk aplikasi pendaftaran," tanya Leona.
"Tentu, kapan mau ke sana biar aku temani?" tanya Herry.
"Apa bisa hari ini? Sekalian aku juga ingin melihat apakah ayah angkatku sudah kembali apa belum," jawab Leona.
"Boleh, bagaimana kalau siang nanti?" Herry kembali bertanya, berhubung hari ini dia libur dan tidak melakukan apa-apa di rumah.
"Boleh," setuju Leona.
"Aku juga akan ikut," kata Raymond dengan senyum lebar seolah ia akan pergi untuk liburan ke pantai saja.
Mereka menghabiskan pagi dengan bersantai. Tidak lama Noah bergabung dan membuat sarapan sederhana untuk semua keponakannya itu. Dan lagi-lagi tidak hanya Herry dan Raymond, Noah juga sampai tersedak ketika Herry memberitahu rencana kuliah Leona dan jurusan apa yang akan gadis itu masuki.
Noah langsung membuat kegaduhan agar Leona mengubah pikirannya agar lebih baik memilih jurusan lain, mengingat Noah seorang polisi dan sering sekali berinteraksi dengan orang-orang forensik terutama bagian otopsi dan juga mayat-mayat, tentu situasi seperti apa yang akan Leona temui jika ia memilih pekerjaan itu.
Dan pembicaraan tentang jurusan kuliah Leona itu terhenti saat Herry mengatakan untuk bersiap-siap karena mereka akan segera pergi menuju ke rumah lama Leona.
Noah tadinya juga ingin ikut, tapi ia harus mengurungkan niatnya ketika Peter sang anak buah Noah menelepon dan mengatakan ada situasi darurat mengenai kasus pembunuhan di salah satu jalan di San Fransisco. Jadilah, hanya kakak beradik itu yang pergi menuju ke rumah lama Leona.
Herry dan Raymond baru tahu kalau ternyata Leona sejak kecil tinggal di area Chinatown, tempat yang ramai akan pelancong yang berlibur ke San Fransisco. Membuat Raymond dan Herry paham bagaimana adik perempuannya itu pintar sekali memasak, karena Leona pernah bekerja paruh waktu di restoran China di area itu yang tentu terkenal akan kulinernya dimana-mana.
Leona meminta Herry berhenti di depan rumah yang tidak asing lagi baginya. Rumah yang Leona tinggali sejak kecil. Rumah dengan sebuah garasi yang dijadikan bengkel motor oleh sang ayah angkat, Herold.
"Kini aku mengerti bagaimana kau bisa memperbaiki motor seorang diri," kata Raymond yang pernah menyaksikan Leona bekerja di bengkel William ketika masih dalam penyamaran sebagai lelaki.
"Aku sudah menemani ayah angkatku sejak kecil di bengkel, dan dia mengajarkanku semua tentang motor. Jadi sambil membantu ayahku dan belajar, aku berakhir bisa setidaknya memperbaiki motor," ucap Leona yang melihat garasi itu sudah lama tidak terlihat aktif sejak ayah angkatnya pergi beberapa bulan lalu.
"Kemana ayah angkatmu pergi?" tanya Herry saat mereka berjalan masuk ke dalam rumah.
"Aku tidak tahu. Dia tidak bilang apa pun, hanya mengatakan kalau akan pergi ke luar kota untuk waktu lama. Padahal setahuku dia tidak pernah ada urusan di luar kota selama ini. Herold juga tidak pernah mengatakan tentang sanak saudaranya atau pun orang tuanya," jelas Leona yang berjalan ke ruangan dimana menjadi kamarnya dulu.
Ada perasaan nostalgia untuk gadis itu ketika memasuki ruangan tersebut. Tidak banyak barang di dalam sana.
Herry dan Raymond melihat-lihat keadaan rumah. Cukup sederhana dan tidak banyak hal mencolok. Mungkin hanya beberapa foto-foto kecil Leona tertempel di figura pada dinding. Raymond langsung mengambil beberapa foto tersebut, berniat agar memerlihatkan si kecil Leona dulu kepada orang tuanya. Ia yakin kalau ibu mereka akan kesenangan melihat foto kecil Leona.
"Leona?" panggil Herry.
"Ya?" jawab Leona dari dalam kamar, mengumpulkan berkas-berkas yang ia butuhkan dari dalam lemari.
"Ada orang yang melihat ke dalam rumah, orang di luar sana," ucap Herry ketika ia mendapati seorang pria di luar ujung jalan, berpakaian hitam menatapi ke dalam rumah sejak tadi.
Mendengar hal itu, Leona langsung keluar dari kamarnya dan melihat ke arah yang Herry dilihat dari jendela.
Mata gadis itu melebar saat ia mengenali sosok yang berdiri di ujung jalan sana.
"Pergi. Kita harus pergi dari sini sekarang!" kata Leona yang tampak panik sekarang.
"Kenapa? Kau mengenal pria itu?" tanya Raymond, terkejut dengan reaksi Leona.
"Aku yakin dia tidak sendiri. Sebaiknya kita pergi dari sini dengan cepat," kata Leona, memasang tas ransel yang berisi berkas-berkas sekolah Leona.
"Siapa pria itu?" tanya Raymond seraya mengikuti Leona menuju ke pintu masuk.
Leona melihat Herry dan Raymond, lalu berkata, "Dia salah satu orang yang membunuhku malam itu, ketika Noah menemukanku."
Kalimat tersebut membuat kedua kakak Leona membelalak lebar. Panik dan rasa takut menjalari diri mereka.
"Kita pergi sekarang. Langsung ke kantor polisi Noah jika perlu," pinta Leona.
Dengan cepat dan tanpa banyak bicara, Herry serta Raymond berlari kecil menuju pintu. Mereka bisa melihat Leona mengambil sebuah topi baseball dan menggulung rambut pirangnya ke dalam topi dan berusaha menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.
Herry langsung melajukan mobilnya ketika kedua adiknya sudah di dalam mobil. Segera menginjak gas hingga mobil berada dalam laju melebihi batas yang diperbolehkan di jalanan kota.
Namun ketiga kakak beradik itu panik, saat ia mendapati ada dua mobil justru mengikuti mereka di belakang. Jelas kalau mereka dalam bahaya sekarang. Orang-orang itu sepertinya telah melihat Leona sejak gadis itu menginjakkan kaki di rumah tersebut.
Hingga salah satu mobil yang mengejar mereka, menghantam bagian belakang mobil yang dikendarai oleh kakak adik itu. Membuat mobil kehilangan kendali di jalanan.