Generation Sandwich, istilah yang sering di gunakan baru-baru ini. Mungkin sebagian ada yang menjadi pelakunya, ada juga yang menganggapnya hanya sebuah sudut pandang semata.
Tumbuh dan besar dari kalangan menengah kebawah menjadikan seorang gadis cantik bernama Hima Narayan kuat dalam menjalani kehidupannya.
Tanpa di ketahui banyak orang, nyatanya Hima menyimpan luka dan trauma tersendiri dalam hidupnya. Tentang pengkhianatan dan kekecewaan di masa lalu.
Ganindra Pramudya Suryawilaga : " Saat aku pikir kamu adalah rumah yang ku tuju. Tapi kamu justru menjauh saat aku ingin menggapai mu. Beri aku kesempatan sekali lagi Hima!"
Kehidupan keluarganya dan kisah cintanya tak pernah berpihak padanya. Akankah Hima menyerah dengan kehidupannya???? Lantas bagaimana dengan kisah cinta gadis itu?
Semoga para reader's kesayangan berkenan mampir, terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Ganin masih mengintai pergerakan Bayu yang cukup mencurigakan. Feeling nya, Bayu akan melakukan sesuatu. Tapi Ganin belum bisa menebaknya, apakah itu ada hubungannya dengan transaksi gelapnya atau hal lain.
Orang yang Bayu suruh pun sepertinya bukan pekerja di supermarket Xxx ini.
Melihat Bayu langsung memasuki ruangannya, Ganin beralih pada sosok yang tadi Bayu perintah. Tapi karena ia keluar, Ganin tak bisa mengikutinya.
Ganin terpaksa kembali ke showroom untuk bekerja. Beruntung suasana tak terlalu ramai. Beberapa SPG mendekati Ganin.
"Dari mana kamu, Ganin? Habis nengok si bogel?", tanya nya sambil terkekeh.
"Bogel siapa?", tanya Ganin.
"Ya jelas si penghuni gudang lah! Coba ya dia itu tinggian dikit, udah pasti tuh bakal masuk ke circle kita yang cantik dan tinggi semampai!", katanya sombong.
Ganin menggeleng pelan dan tersenyum miris mendengar ucapan seorang perempuan yang sebenarnya tak terlalu cantik hanya menang tinggi dan ramping. Selebihnya, ia cantik dengan umumnya penilaian orang lain.
Tapi kalau Hima??? Siapa pun akan mengakui cantik dan manisnya Hima meski tanpa make up. Hanya saja....Hima sedikit judes! Bagi yang mengenalnya dekat tentu tidak akan seperti itu penilaiannya.
"Cantik dan ganteng itu relatif!", kata Ganin meninggalkan SPG yang kepedean tersebut.
SPG itu di tertawakan oleh teman-temannya. Bukan pertama kalinya ia di perlakukan seperti itu oleh anak pramuniaga. Tapi tetap saja sikapnya tak berubah, merasa over percaya diri karena tinggi dan ramping.
Ganin menghampiri konsumen dan mencoba untuk melayaninya dengan sebaik mungkin. Wajah Ganin yang mendukung juga basic jiwa bisnis yang menurun dari kedua orang tuanya tentu juga salah satu penunjang keberhasilan Ganin saat ini.
Dulu, saat masih sekolah Ganin sering membantu ayahnya yang memiliki toko furniture yang cukup besar di kotanya. Tak heran, melayani pembeli bukan hal sulit bagi Ganin. Hanya saja Ganin harus lebih mencari tahu tentang produk yang akan ia tawarkan.
Anak-anak Pa menatap iri pada Ganin yang seolah dengan mudahnya menggaet pembeli. Padahal, Ganin hanyalah anak baru yang bahkan baru pindah dari gudang.
Setelah transaksi selesai, Ganin pun menyerahkan nota pembelian kepada kasir. Dan selebihnya, konsumen tersebut tinggal menunggu barang pesanannya.
Helga mendekati Ganin yang sukses melakukan transaksi dengan nominal yang cukup fantastis. Apalagi konsumen tersebut membayar cash, di tambah lagi semua barang ada di gudang tanpa harus memesan.
Itu salah satu kebahagiaan tersendiri bagi seorang Pa atau SPG.
"Ganin!", panggil Helga. Ganin yang merasa di panggil pun menoleh.
"Iya, Bu Helga?", sahut Ganin ramah.
"Panggil mba saja seperti yang lain. Saya belum setua itu!", kata Helga. Ganin hanya mengangguk.
"Keren juga kamu bisa buka nota dengan nominal sebanyak itu. Belajar dari mana?", tanya Helga.
Ganin tersenyum. Anak-anak Pa juga SPG banyak yang memperhatikannya.
"Ayah saya punya toko furniture yang cukup besar di kampung. Ibu saya juga seorang broker. Ada lagi yang mau mba Helga tahu?", tanya Ganin.
Helga tersenyum tipis.
"Kalau kamu anak orang berada, untuk apa kamu kerja di tempat orang lain?", tanya Helga sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Karena suatu saat nanti saya jadi pewaris mereka, jadi saya harus belajar dan cari pengalaman. Benar kan mba?", tanya Ganin.
Para SPG semakin ingin mendekati Ganin setelah mendengar pengakuan Ganindra. Di pikiran mereka, Ganin anak orang kaya gabut yang bingung melakukan apa.
"Kenapa kamu ngga kuliah kalau orang tua kamu ternyata mampu?"
"Kuliah taun depan juga bisa. Sekarang lagi pengen cari uang sendiri mba. Bosan kan dua belas tahun jadi anak sekolah?", jawab Ganin.
Helga hanya mengangguk tipis.
"Ya sudah, sana kerja lagi!", usir Helga. Ganin pun dengan senang hati meninggalkan Helga yang seperti sedang mewancarai calon pegawai.
Beralih ke Hima. Gadis itu sedang mendengarkan keluhan anak lori yang kepanasan dan kehausan karena meski sudah agak sore, mereka capek mencari tempat untuk datang barang besok.
"Ya udah, bang Ari titip meja ya! Takut di gondol! Aku mau beli es cekek sisri buat anak-anak manja ini?!", kata Hima membuka toples bertuliskan DANA KEHIDUPAN. Bang Ari mengacungkan jempolnya.
"Baik banget ibu negara!", kata anak lori. Hima mencebikkan bibirnya.
"Ada maunya aja bilang gue baik?!", sahut Hima. Anak-anak lori hanya tertawa mendengar ucapan Hima barusan.
Hima keluar dari gudang untuk membeli minuman itu di warung kecil seberang supermarket Xxx. Lumayanlah kalau jalan kaki.
''Bu, es cekek sisri lima belas ya Bu! Kalau aku jus alpukat hehehe!", kata Hima. Jahat bener ya? Temen nya beli yang dua ribuan, Hima belinya jus yang sepuluh ribu.
Tapi ibu warung itu sudah hafal betul dengan Hima, jadi ia dengan cekatan menerima pesanan dari si neng cantik tersebut.
Setelah mendapatkan pesanannya, Hima memilih melewati pintu depan yang otomatis menyapa sekuriti. Dan saat lewat parkir khusus karyawan, ia melihat seorang laki-laki yang berjongkok di samping motor Ganin.
Kok tahu? Ya, motor itu hanya ada satu di parkiran ini. Sisanya motor milik sejuta umat yang hampir di setiap jalanan ada.
Hima memperhatikan apa yang laki-laki itu lakukan tanpa mendekatinya. Tak berapa lama, laki-laki itu tampak menepuk tangannya dan mengeluarkan sekaligus memasukkan sesuatu ke kantongnya.
"Tuh orang ngapain ya?", monolog Hima. Karena penasaran, Hima pun menghampiri laki-laki itu.
"Maaf, anda siapa ya? Kenapa di samping motor teman saya?", tanya Hima.
Laki-laki yang di tanya oleh Hima pun cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Hima tersebut.
Sialan nih cewek, padahal kerjaan gue belom kelar! Ngapain dia tiba-tiba nongol!!
"Ah...ngga mba, motornya bagus!", jawab lelaki itu. Hima menatap curiga orang tersebut. Tapi saat Hima lengah, laki-laki itu berlari dengan cepat.
"Hei...hei...mau nyuri Lo ya???", pekik Hima. Sayangnya lelaki itu sudah pergi dan pasti tidak akan mengakui jika Hima bertanya seperti itu.
"Masa iya mau nyuri? Di sini ada cctv-nya kan??",Hima bertanya pada diri sendiri. Lalu gadis itu memeriksa kondisi motor Ganin, dengan mata telanjang Hima tak melihat ada yang aneh dengan motor Ganin.
Setelah itu, Hima pun kembali ke gudang untuk menyerahkan pesanan es teman-temannya.
🌾🌾🌾🌾🌾🌾
Jam pulang kerja pun tiba. Ganin sudah menunggu dengan sabar pujaan hatinya sejak tadi. Dan tak berapa lama, Hima pun muncul dengan para punggawanya. Siapa lagi kalau bukan anak lori????
"Ciyeeee udah punya tebengan ngga naik angkot lagi deh!", ledek anak lori.
"Masalah buat Lo???", tanya Hima dengan malas dan ketus.
Hanya ada deraian tawa dari anak-anak lori. Mereka ikut bahagia dong kalau ternyata Hima bisa menemukan tambatan hatinya. Selama empat tahun mengenal Hima, baru kali ini Hima dekat dengan cowok.
"Ayok!", ajak Ganin sambil memasangkan helm di kepala Hima. Suara ledekan dari teman-temannya masih terus terdengar.
Ganin yang pernah menjadi bagian dari mereka tampaknya sudah terbiasa mendengar celotehan tak penting itu. Setelah teman-temannya pergi, hanya tersisa Ganindra dan Hima.
"Nin?", panggil Hima pada Ganin.
"Heum?", gumam Ganin. Hima pun mengatakan apa yang ia lihat tadi sore saat seseorang berada di dekat motornya.
Hima hanya suudzon jika laki-laki misterius tadi ingin mencuri motor Ganin. Apalagi laki-laki itu sempat akan meletakkan sesuatu di motor Ganin sayangnya sudah keburu datang Hima.
Tapi tidak dengan Ganin. Mendengar cerita Hima, Ganin yang awalnya sudah naik di motor pun kini turun.
Ia memeriksa motornya, apakah ada sesuatu yang mencurigakan dengan kendaraan roda duanya tersebut.
(Mak othor ngga tahu ya gimana motor gede kalo rem nya blong 🙏🙏🙏🙏. Motor mamak bebek dua ribu tujuh 🤣🤣🤣)
Ganin terlihat kesal. Untung saja Hima mengatakan hal tersebut. Kalau tidak, mungkin keduanya sudah kecelakaan di jalan karena rem nya yang tak berfungsi.
"Eum, kayaknya kita ngga jadi jalan Ma. Motornya mogok!'', kata Ganin.
"Hah? Tahu dari mana mogok? Di nyalain aja belum?", tanya Hima yang tak bodoh-bodoh amat lah.
Ganin mendesah pelan.
"Orang yang kamu liat tadi, udah bikin rem motor ini blong! Beruntung kamu ngomong Hima, kalau ngga bisa-bisa kita kecelakaan di jalan! Mana jam padat seperti ini!", kata Ganin.
Mendengar perkataan Ganin, Hima jadi teringat tentang kecelakaan Nanda. Gadis itu tampak bengong dan larut dalam pemikirannya sendiri.
Ganin merasa jika ia kembali salah bicara pun, mengusap lengan Hima.
"Hei ,jangan melamun! Kita pakai taksi online saja ya?", tanya Ganin. Tapi Hima seperti tak memberi reaksi apa pun.
"Hima?!", Ganin mencengkram kedua lengan atas Hima hingga gadis itu tersadar.
"Heum?", gumam Hima.
"Sudah ada aku! Jangan memikirkan apa pun?", kata Ganin serius. Hima tak tahu maksud ucapan Ganin, tapi dia memilih mengangguk saja.
🌾🌾🌾🌾🌾
Bab ke 2 ☺️☺️
terimakasih 🙏✌️
Kasih bonchap dong
mksh ya thor atas bacaannya yg luar biasa sukses trs dengan karya² baruy..love² buat ithor💖💖💖💖💖💖💖