Kisah gadis bernama Li Mei adalah putri raja dari Zheng-mi goo yang dikutuk memiliki umur panjang karena dituduh membakar istana selir ayahnya, dia melintasi waktu dari kejaran pengawal istana yang ingin menangkapnya sehingga Li Mei mengalami amnesia karena kecelakaan yang tak terduga. Dan bertemu Shaiming yang menjadi tunangannya.
Mampukah Shaiming membantu Li Mei mengingat semuanya, akankah ingatan Li Mei kembali ? Dan apakah mereka akan bersama dan bahagia ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 27 MENJENGUK
TA... RA... RA... TA... RA... RA... !!!
Tiga orang muncul dari arah luar kamar.
Tampak Leyu masuk terlebih dahulu ke dalam kamar sambil menyapa ramah.
"Pagi... ! Bagaimana kabar mu, Li Mei ?", ucapnya.
Di susul oleh Yelu dan Hao Yu yang ikut masuk ke dalam kamar klinik, mengikuti langkah kaki Leyu mendekati Li Mei yang terbaring di atas tempat tidur.
Shaiming memalingkan wajahnya dari buku bacaan di tangannya ke arah tiga orang laki-laki muda yang menjenguk Li Mei ke klinik.
"Hai, Shaiming !", sapa Leyu sambil menepuk pelan bahu Shaiming.
Shaiming terkejut dan hanya menoleh ke arah Leyu yang berdiri di dekatnya.
"Apa kabar kalian berdua di sini ?", tanya Leyu.
"Baik...", sahut Shaiming.
"Bagaimana kabar kondisi Li Mei ?", ucap Yelu yang berjalan mendekat.
"Kondisinya mulai membaik", sahut Shaiming.
"Kenapa kamu tidak memberitahukan kepada kami jika kamu akan membawa Li Mei ke klinik ?", tanya Yelu.
"Tidak sempat untuk itu karena aku terdesak waktu serta kondisi", sahut Shaiming.
"Hmmm..., kami sempat mencari mu ke kamar Li Mei ternyata kalian tidak ada disana dan kami berpikir kalau kamu pasti ke klinik dokter Liu Yaosan...", ucap Yelu.
"Ya, aku juga berpikir demikian saat memutuskan kemari", kata Shaiming.
"Tapi kami tidak melihat mu", ucap Leyu.
"Dia pasti lewat pintu belakang atau lewat tempat opera", kata Yelu.
Yelu segera mengalihkan pembicaraan diantara mereka ketika Leyu bertanya jalan mana yang dilewati oleh Shaiming saat keluar rumah.
"Hai, Shaiming, kami membawakan mu buah tangan untuk Li Mei", sambung Hao Yu.
"Ya !?", kata Shaiming lalu menatap ke arah Hao Yu.
"Ini... !", ucapnya seraya menyerahkan keranjang penuh berisi beraneka macam buah-buahan.
"Terimakasih, Hao Yu", sahut Shaiming.
"Dan apa kabar mu Li Mei ?", sapa Hao Yu sembari melambaikan tangannya ke arah Li Mei yang terbaring di atas tempat tidur.
"Baik...", sahut Li Mei dengan nafas lemah.
"Kami berharap kamu segera pulang ke rumah secepatnya dan kembali berlatih di tempat opera", sambung Hao Yu.
"Aku juga berharap demikian, Hao Yu", kata Li Mei.
"Tapi tidak usah kamu paksakan jika tubuhmu masih belum kuat untuk beraktivitas seperti biasanya, Li Mei", ucap Hao Yu.
"Ya..., Hao Yu", sahut Li Mei.
Li Mei tersenyum samar saat menjawab ucapan Hao Yu.
Tampak Yelu memperhatikan kondisi Li Mei seraya melirik ke arah Shaiming yang duduk dengan memegang sebuah buku bacaan di atas pangkuannya.
"Kata dokter kapan kalian akan pulang ke rumah Shaiming ?", tanya Yelu.
"Dua atau tiga hari lagi, kami diperbolehkan untuk pulang ke rumah", sahut Shaiming.
"Syukurlah, kalau kalian boleh pulang cepat", ucap Yelu.
"Kami akan menunggu kedatangan mu bersama Li Mei di rumah secepatnya, Shaiming", kata Leyu.
Ketiga orang laki-laki berwajah tampan itu kompak menganggukkan kepala mereka secara bersama-sama.
Shaiming hanya tersenyum lembut seraya menatap ke arah Li Mei.
"Kemana Genji dan Fengying ? Kenapa aku tidak melihatnya bersama kalian ?", tanya Shaiming.
"Ehk !?", gumam Yelu sembari melirik ke arah Leyu di sampingnya lalu mencolek lengan Leyu.
"Apa !?", ucap Leyu seraya menolehkan kepalanya ke arah Yelu.
"Kemana Genji ?", tanya Yelu.
"Oh !?", sahut Leyu sedikit terkejut lalu menatap ke arah Shaiming di depannya.
"Genji !? Dia... !?", ucap Leyu mulai berpikir mencari alasan tepat untuk menjawab.
"Leyu, kemana Genji ?", tanya Hao Yu.
"Dia sedang pergi tapi aku tidak tahu kemana dia karena Genji tidak memberitahukan pada ku tujuan dia pergi", sahut Leyu.
"Aku harap dia ingat untuk latihan opera karena sebentar lagi kita akan mengikuti festival musim semi, awal bulan ini", kata Shaiming.
"Pasti, dia akan mengingatnya dan aku akan memberitahukan kepadanya untuk terus latihan opera", ucap Leyu.
"Dan kemana Fengying ? Apa kalian juga tidak tahu juga dengannya ?", tanya Shaiming.
"Dia... Dia... Dia... Kami juga tidak tahu kemana dia... Ha... Ha... Ha... !?", sahut Leyu.
"Beritahu juga padanya untuk berlatih opera selama aku tidak ada, tetaplah untuk latihan opera", kata Shaiming.
"Iya, kami akan terus berlatih opera", ucap Yelu.
"Tolong jaga tempat opera sampai aku pulang nanti !", kata Shaiming.
"Siap, Shaiming !", ucap Leyu.
Shaiming tertawa ringan, melihat sikap Leyu yang berdiri tegap dengan memberi hormat padanya.
"Terimakasih, Leyu, Yelu dan Hao Yu, atas perhatian kalian kepada kami, aku terharu atas semua bentuk perhatian kalian", ucap Shaiming.
"Jangan terlalu sungkan, Shaiming ! Kami bertiga sangat senang dapat membantu kalian berdua", sahut Yelu.
"Tidak usah pikirkan masalah opera, tetaplah fokus pada kesehatan Li Mei agar dia cepat pulih, Shaiming", ucap Leyu.
"Benar, itu Shaiming... Sebaiknya kamu memikirkan kondisi Li Mei hingga dia dapat kembali sehat", kata Hao Yu.
"Terimakasih...", ucap Shaiming.
Mereka lalu tersenyum bersama-sama seraya berharap akan kesembuhan Li Mei.
"Baiklah, kami pamit sekarang karena harus berlatih opera", kata Yelu.
"Kapan rencana kita mengikuti festival nanti ?", sambung Hao Yu.
"Awal bulan Februari ini, kita sudah bersiap-siap mengikuti festival musim semi yang akan jatuh pada tanggal 10 nanti", sahut Shaiming.
"Woah !? Cukup dekat waktunya untuk persiapan opera karena kita hanya punya waktu dua minggu lagi untuk berlatih opera", kata Hao Yu.
"Aku juga berpikir demikian tetapi kita tidak mungkin tidak mengikuti festival itu karena hanya itu jalan kita untuk maju", sahut Shaiming.
"Payah... !? Kita belum memiliki persiapan apa-apa untuk pentas nanti... !?", kata Hao Yu.
"Bagaimanapun kita tetap harus ikut karena kau tahu dengan kondisi kas anggaran kita disini berkurang", ucap Yelu.
"Masalahnya waktu kita tidak terlalu cukup buat persiapan lantas pertunjukkan apa yang akan kita tampilkan nanti pada festival musim semi ?", kata Hao Yu.
"Benar, kita tidak memiliki ide tema untuk opera", sahut Leyu.
"Kita akan tetap menampilkan ciri khas dari opera kita selama di sini, yaitu membawakan tarian Bian Lian", kata Shaiming.
"Oh, iya... Aku hampir lupa dengan tarian Bian Lian...", ucap Hao Yu.
"Tapi kali ini berbeda, kita akan menampilkan pertunjukan opera dengan tajuk tarian Bian Lian yang agak berbeda dari biasanya", kata Shaiming.
"Berbeda !? Maksudnya !? Kami tidak mengerti dengan berbeda itu !?", ucap Yelu.
"Kita akan membawakan tarian Bian Lian dalam formasi Naga Sembilan Menari Di Langit...", sahut Shaiming.
"Maksud mu... Kita menari dalam bentuk formasi, seperti dalam tarian perang ???", kata Yelu.
"Tepat sekali !", sahut Shaiming.
"Wow !?", ucap Yelu kaget.
"Kita tidak lagi menarikan tarian Bian Lian dalam format drama tari melainkan kita akan gabungkan gerakan tarian dalam format formasi Naga Sembilan Menari Di Langit", kata Shaiming.
"Seperti gerakan dalam latihan perang...", ucap Hao Yu.
Shaiming segera mengangguk cepat lalu tersenyum ke arah Hao Yu.
"Benar...", sahut Shaiming.
Shaiming menjawab sembari mengangkat jari jempolnya ke arah Hao Yu.
"Kita akan membentuk susunan ke atas dengan saling bertumpu satu sama lain saat kita menarikan tarian Bian Lian", kata Shaiming.
Shaiming lantas memperagakan formasi dengan jari tangannya yang membentuk segitiga ke atas.
"Lalu... Siapa yang berdiri paling atas nanti !?", tanya Hao Yu.
"Li Mei !", sahut Shaiming cepat.
"Li Mei !?", kata mereka.
Ketiga laki-laki muda itu menjawab dengan serempak.
Menatap ke arah Li Mei yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur klinik secara bersama-sama dengan kedua mata terbelalak lebar, seakan tak percaya dengan kata-kata yang baru saja di ucapkan oleh Shaiming.