Kamila penyuka ketenangan, sedangkan Arkan penyuka kebebasan
keduanya memang memiliki kesamaan tapi tidak dengan perasaan.
Tapi percaya pada takdir itu penting bukan? Kira-kira seperti apa
rencana semesta untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Terlambat Berujung Bolos Sekolah
Cih, ingin rasanya Kamila memaki Laras dan membeberkan semua kejahatan ibu tirinya itu, tetapi ia tidak punya bukti.
Setelah sarapan Kamila dan Livia berangkat bersama. Reynald meminta Livia dan kamila berangkat bersama dan Livia mau tidak mau harus menyetujuinya. Mereka akhirnya berangkat bersama menggunakan motor.
Tetapi, ditengah perjalanan Livia menghentikan motornya.
"Loh, kok kita berhenti di sini, Liv?" tanya Kamila.
"Lo pikir gue mau berangkat bareng lo sampe sekolah? Jangan mimpi deh, sekarang turun!"
"Tapi, nanti gue terlambat," kata Kamila.
"Bukan urusan gue!" jawabnya.
"Turun atau gue dorong lo pas motor lagi jalan?!" ancam Livia.
Kamila pun terpaksa turun, mau tidak mau ia mengikuti ucapan Livia. Kamila menghela napasnya dia bingung harus bagaimana. Mau naik taksi atau bis tidak bisa karena Livia menurunkan Kamila di jalanan sepi.
Kalau pun ia mau naik taksi atau bus,
ia harus berjalan sedikit jauh. Maka mau tak mau Kamila pun berjalan menuju ke halte yang jaraknya cukup jauh. Sesekali Kamila mengusap keringatnya.
TIN! TIN!TIN!
Kamila menoleh saat ada suara klakson.
"Lo ngapain Mil? Kok di sini? Mau sekolah atau bolos? Kan kalo mau ke halte dari rumah lo harusnya ga lewat sini." Orang itu adalah Bastian.
Kamila tidak menyangka akan bertemu Bastian.
"Gu-gue salah jalan,"jawab Kamila asal.
Bastian mengerutkan dahinya, jawaban yang tidak masuk akal sama sekali.
"Ya udah naik, kita ke sekolah bareng," kata Bastian.
"Enggak mau. Nanti-"
"Gue gak bakalan nyulik lo. Atau gue telpon Arkan aja biar jemput lo di sini? Sekalian dia yang nyulik lo? Dia mah kalo urusan lo pasti gercep sampenya," kata Bastian menggoda Kamila.
Kamila melotot kesal.
"Ish apa sih kenapa ke Arkan-Arkan gak ada kaitannya!"
"Ya makanya cepet naik, nanti kesiangan," kata Bastian lagi.
"Atau lo mau beneran gue telpon si Arkan? Paling lo kena omel lo tau sendiri si Arkan kalo ngomel udah kayak kereta!" kata Bastian sambil tertawa.
Jarang-jarang dia meledek Arkan saat Arkan tidak ada.
"Gak usah, gue ikut lo aja! Kamila pun segera naik ke atas motor Bastian dan mereka pun segera meluncur ke sekolah.
Kamila menatap lurus ke depan, kenapa rasanya aneh sekali saat dibonceng dengan Bastian dan Arkan.
Saat dengan Arkan, Kamila akan spontan berpegangan pada baju Arkan sedangkan bersama Bastian Kamila tidak ada rasa ingin pegangan sama sekali. Rasanya lebih nyaman naik motor bersama Arkan.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah, jalanan terlihat lenggang mungkin karena sudah siang. Namun sayang saat mereka sampai di sekolah gerbang sudah
ditutup.
"Aduh, gimana ni? Udah ditutup," kata Kamila.
"Lo berani manjat gerbang?"
"Gila, gue gak mau. Nanti kena hukuman lagi, waktu itu gue ngikutin Arkan manjat gerbang akhirnya dihukum" jawab Kamila mengingat momen Kamila jatuh di atas tubuh Arkan.
Lagi pun hari ini ia tidak mau dihukum karena tubuhnya masih terasa sangat sakit.
"Ya lagian lo ngapain ngikutin si Arkan, sesat sih. Arkan mah tahan banting mau jatuh dari atas tower juga dia mah masih hidup!" kata Bastian sambil tertawa.
"Lo juga sama kayak si Arkan brandalan," sungut Kamila.
"Haha, ya udah, sekarang lo ikut gue aja," kata Bastian.
Tanpa meminta persetujuan Kamila, Bastian pun langsung membawa Kamila ke basecamp. Dan saat mereka tiba, Kamila turun dari motor, tetapi wajahnya tampak sangat ketakutan.
"Lo ngapain bawa gue ke sini?" tanya Kamila sedikit takut.
"Ya elah, Kamilaaa pantes aja si Arkan suka godain lo, ternyata lo emang polos! Gue gak akan ngapa-ngapain lo kali. Nooh, lo liat ada motor si Arkan. Manusianya pasti
ada di dalem," kata Bastian.
Kamila bernafas lega saat benar melihat motor Arkan, entah kenapa dia merasa aman jika bersama dengan Arkan.
"Gue emang sengaja bawa lo ke sini karena tau kalo tu bocah-bocah bakalan bolos. Tadinya kan kalo belum telat juga gue bakal bolos dan Cuman nganterin lo ke sekolah," kata Bastian kembali menjelaskan agar Kamila tidak bingung.
Kamila pun akhirnya melangkahkan kaki mengikuti Bastian. Tetapi, baru saja sampai di depan pintu, Arkan keluar. Dan pemuda itu tersentak kaget saat melihat
kehadiran Kamila.
"Loh Kamila, kok lo di sini?" tanya Arkan.
"Tadi gue nemu dia di jalan kayak anak ilang," jawab Bastian.
"Sialan lo!" maki Kamila kesal.
Bastian pun hanya terkekeh. la menceritakan semua kepada Arkan. Arkan pun langsung menarik tangan Kamila.
"Kita di luar aja, lo pasti takut kan mau masuk ke dalem, lagian di dalem masih banyak yang tidur," ujar Arkan.
Kamila mnenganggukkan kepalanya, Arkan membawa Kamila duduk di kursi teras.
"Sebentar yah," kata Arkan.
"Mau ke mana?" tanya Kamila.
"Sebentar Mil!"
"Jangan lama-lama gue takut!" ujar Kamila dengan nada yang sedikit manja menurut Arkan.
Arkan hanya ter kekeh dia mengacak rambut Kamila, kemudian ia pun melangkah masuk ke dalam meninggalkan
Kamila di kursi teras. Kamila terkejut dia memegangi rambutnya ada rasa senang di hati Kamila mendapat perlakuan seperti
itu. Terbesit sedikit senyum di bibirnya.
"Kamila!"
Saar mendengar suara Arkan Kamila langsung kembali seperti tadi biasa saja.
Tak lama kemudian Arkan kembali keluar dengan sebotol air mineral di tangannya.
"Nih, minum dulu. Lo pasti tadi cape abis jalan kaki sebelum ketemu Bastian," kata Arkan.
Kamila meraih botol minuman itu, tetapi sebelumnya ia mengendus-endus botol itu.
"Lo masukin obat per--"
PLETAK!
Arkan pun langsung menyentil dahi Kamila.
"Lo pikir gue masukin obat perangsang ke minuman itu? Dasar mesum," kata Arkan.
"Heh, lo tu yang mesum. Wajar dong kalo gue hati-hati sama brandalan kayak lo," kata Kamila.
"Ettt dah, Kamillaaa! Itu baru gue buka!" kata Arkan dengan gemas.
Dia ingin sekali mencubit pipi Kamila.
Kamila pun meneguk isi botol itu. la memang kehausan gara-gara berjalan kaki tadi.
"Makasih yah!"
"Tangan lo gimana?" tanya Arkan.
"Udah mendingan kok," jawabnya.
"Tapi kok ini kayaknya makin biru Mil."
Arkan memegang lalu melihat ke tangan Kamila. Kamila langsung menarik
tangannya dia tidak mau jika Arkan nanti akan mengusap tangannya yang membuat concelear yang Kamila gunakan untuk menutup luka jadi hilang.
"Gak papa, udah sembuh kok, mungkin emang memarnya masih keliatan," jawab Kamila setenang mungkin.
Arkan memicingkan matanya, tiba-tiba saja Arkan menarik tangan Kamila.
"Ih apaan mau ke mana?"
"Daripada di sini, yuk ita pergi aja," kata Arkan.
"Ke mana? Ini masih jam sekolah kita juga masih pake seragam nanti ketauan!" ujar Kamila
Arkan nampak berpikir.
" Sebentar!" Arkan lalu masuk ke dalam.
yu gabung di GC BCM
di sini kita akan belajar bersama dan juga akan mengadakan event seperti lomba puisi/pantun dll
Di sini kita akan di bimbing secara langsung ya oleh kak Lily blasom salah satu author senior. Jadi yu segera bergabung dengan cara follow akun saya. Maka saya akan undang kalian semua. Terima kasih.