Berawal dari berada dalam lobby yang sama di sebuah game. Aksara, pro player game mobile legend, sekaligus playboy terganteng dan terseksi di kampus, secara aktif mengajak Kirana main bareng di game tersebut. Lalu dengan alasan iseng, Aksara mengajak gadis tersebut untuk menjalin afinitas sebagai pasangan, bahkan sebelum mereka bertemu. Dengan alasan yang iseng pula, Kirana menerima permintaan hubungan tersebut.
Seiring berjalannya waktu, tanda mawar itu semakin mekar, padahal mereka juga tak pernah bertemu. Sebenarnya, Aksara tau jika gadis itu adalah adik tingkatnya di kampus, sekaligus sahabat dekat adik kandungnya, namun Ia masih menikmati hubungan penuh ketidakjelasan ini. Hingga suatu kali, Aksara datang menemui Kirana, memperkenalkan dirinya sebagai seseorang yang sangat dikenal Kirana.
Arshaka, adik Aksara, sekaligus sahabat Kirana, sudah memperingatkan Kirana agar menjauhi kakaknya itu. Tapi yang Kirana tidak mengerti, kenapa Arshaka harus melarang Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alrianna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Summer Festival
Sore ini, ketiga pasangan beda genre ini sudah siap akan mengendarai jetski bersama pasangan masing-masing. Sebenarnya, awalnya Shaka sangat ogah-ogahan bergabung dengan kakaknya, namun demi menyenangkan Risha yang sudah sendu sedari pagi - yang justru malah membuat mereka mengulang kejadian semalam karena kembali terbawa suasana - maka Shaka mau bergabung bersama mereka. Jadilah mereka kelompok wisata bersama pasangan.
Sudah macam karnaval aja, bun.
Mereka tadi juga baru keluar kamar saat siang hari. Mungkin karena perutnya sudah mulai protes ya. Jadi keenamnya kompak turun menuju restoran.
Sepertinya, benar-benar sesuai dugaan Aksa, pasti ketiga pasangan ini sedari pagi masih bermesraan.
Tapi ya sudah, tidak apa-apa. Sore hari akhirnya menjadi waktu untuk benar-benar melihat pantai. Memandang laut yang luas, menenangkan hati Rana. Gadis itu berkali-kali memotret. Sebagian besar adalah potret laut tanpa manusia. Sebagian lain adalah keseruan Ia dan teman-temannya.
Untungnya, teman-teman Aksa memang benar-benar baik. Mereka menerima Rana dengan baik. Pun Shaka dan Risha. Jadilah mereka malah seru-seruan.
Perlahan juga ketegangan antara Aksa dan Shaka juga mulai mencair. Mungkin karena Shaka lagi baterai full banget ya dicharge oleh Risha. Mungkin juga melihat Aksa yang begitu baik pada Rana. Sehingga Shaka jadi tak terlalu khawatir dan tak terlalu marah pada kakaknya.
"Sudah siap kan gaes?" Bella memberi aba-aba. Kini ketiga jetski itu tampak berjejer dengan jarak agak jauh, dengan para lelaki sebagai pengendaranya, diikuti pasangan masing-masing dibelakang.
"Siaaap."
"Go!“
Lalu ketiga alat transportasi laut itu pun melaju kencang.
Rana memeluk Aksa dengan erat. Gadis itu sebenarnya takut, tapi Ia ingin mencobanya.
"Kak, pelan-pelan. Aku takut." Ia setengah berteriak.
"Pegangan, Sayang." Aksa malah semakin mempercepat laju kendaraannya. Membuat Rana semakin berteriak histeris.
Beberapa menit mereka melaju. Aksa memang sudah menyewa ketiga kendaraan itu selama setengah hari, agar tak ada yang mengganggu.
Kini, Aksa mulai memelankan kendaraannya, membuat Rana menjadi lebih santai. Gadis itu kini berani berdiri. Menikmati angin yang menerpa tubuhnya. Begitu menenangkan.
Keduanya juga mulai terpisah dengan rombongan. Justru malah sampai di bagian pantai yang sepi, tak ada manusia seorang pun.
"Kak, bentar lagi sunset."
Rana menunjuk pada matahari yang mulai turun. Menyadari ini, Aksa semakin memelankan kendaraannya. Hingga suatu kali, mereka berhenti agak ke tengah.
Kini Aksa berbalik, menghadap Rana seutuhnya.
"Kak, ngapain?" Sejujurnya, Rana grogi sekali saat ini.
"Melihat matahariku." Aksa tersenyum.
Sa ae Mas Aksa.
Tapi demi apapun, Rana semakin tak berkutik dengan ini. Ia hanya memegang erat kendaraan yang ditumpanginya. Aksa membelai nya, mengusap rambut dan wajahnya, lalu mulai menarik tengkuknya.
Tepat saat matahari mulai terbenam, Aksa mencium bibir Rana membuat gadis itu melebarkan matanya hingga bukaan maksimal. Tidak, gadis itu tak pernah membayangkan akan berciuman di ruangan terbuka begini.
Tapi, ciuman Aksa yang lembut dan menyenangkan, dengan belaian angin sepoi-sepoi mengenai rambut dan wajahnya, membuat gadis itu terlena juga. Pada akhirnya Ia menerima bahkan membalas ciuman itu.
Waktu berjalan begitu lambat. Atau waktu sebenarnya berhenti.
Aksa masih menikmati bibir manis Rana. Mencecap segala rasa yang ada. Mereka berciuman teramat lama.
Rana menjadi gusar karena ciumannya menjadi tak terkendali. Semakin brutal dan penuh nafsu. Bagaimana nanti kalau ada yang melihat? Bagaimana kalau mereka diarak massa karena dianggap mesum begini?
Rana bingung. Namun Ia juga tak sanggup menolak segala sentuhan itu.
"Kak," Ia menjauhkan diri. Memandang Aksa yang sudah sangat gelap, seperti ingin segera menyerang Rana lagi.
"Nanti kalau ada yang lihat gimana, Kak?" Rana terlihat putus asa. Sendirinya ingin, tapi sangat takut.
"Nggak bakal ada yang lihat, Sayang." Aksa masih merayu. Nafsunya benar-benar memuncak. Ini adalah suasana baru baginya. Bersama Rana memang selalu membawanya pada ciuman-ciuman panas yang romantis.
Aksa tidak bisa mengatasi ini. Rasanya ingin dituntaskan saat itu juga.
"Tapi, Kak." Gadis itu masih memohon. Meskipun sebenarnya Ia juga sangat menginginkan Aksa, tapi akal sehatnya masih sedikit berfungsi.
"Baiklah, kita ke hotel saja sekarang."
Lalu secepat yang mereka bisa, Aksa segera mengajak Rana kembali ke hotel. Tak mempedulikan teman-temannya yang entah dimana sekarang, toh nanti bisa dihubungi. Begitu sampai, Aksa segera mengunci pintu. Ia mendorong Rana hingga tergeletak diranjang.
Sepertinya, nafsu benar-benar menguasai Aksa. Ia sudah tak bertindak lembut lagi.
Ia melepas bajunya dengan kasar. Menatap Rana yang kini hanya mengenakan kaos polos pendek dengan hotpants di atas lutut. Seksi sekali membuat Aksa semakin tergila-gila.
Ia merangkak menaiki Rana. Mengung-kungi gadis itu dengan kedua tangannya. Rana hanya mampu menatapnya terpaku.
Pertama, Aksa menciumi seluruh wajah Rana. Ia berlama-lama ******* bibir gadis itu membuat keduanya semakin panas.
******* demi *******, gigitan demi gigitan. Aksa bahkan tak sadar telah meloloskan seluruh bajunya, juga seluruh kain penutup tubuh Rana, minus segitiga penutup mahkota gadis itu.
Untuk kedua kalinya, Rana melihat benda pusaka milik Aksa yang berdiri begitu kokoh. Ada rasa ngeri dalam dirinya. Apakah itu akan masuk ke dalam tubuhnya? Apakah muat?
Tapi disatu sisi, jiwa nakalnya malah mengharapkan benda itu akan masuk ke dalam dirinya, membawanya terbang ke angkasa.
Aksa masih kembali mencium gadis itu, dengan kedua tangannya bermain pada si kembar nan seksi milik Rana. Sedangkan pusakanya malah asik bersentuhan pada kain segitiga itu.
Jujur saja, Rana tak kuasa menahan gejolak ini.
"Kak." Ia setengah memohon.
"Apa, Sayang?" Aksa tersenyum menggoda, masih terus menggesek pusakanya mencari kenikmatan.
"Kak, please, Kak." Suara gadis itu terdengar memilukan.
"Please apa, Sayang? Tell me, what do you want?" Aksa berbisik mengatakan ini.
"You. Please. I want you, Aksara." Seperti bukan Rana yang mengatakan ini.
Ia sudah tak peduli lagi. Dirinya seperti akan meledak karena gejolak dalam dirinya.
"Kamu serius? Aku sudah nggak bisa mundur lagi, Sayang."
Aksa semakin menggelap mengetahui Rana yang juga menginginkan dirinya begitu dalam. Ia semakin gencar mempercepat aktivitasnya sekarang.
"Please, Kak, cepat, Kak. Rana udah nggak sanggup lagi." Ia memohon.
"As you wish, Princess."
Lalu Aksa segera merobek kain terakhir yang menutupi tubuh Rana.
Perlahan, kenikmatan itu berubah menjadi kesakitan yang mendera teramat sangat. Rana berteriak. Namun Aksa sudah tak dapat mundur lagi. Ia harus menyelesaikan apa yang sudah Ia mulai.
Gadis itu masih meronta kesakitan. Menggigit bibirnya menahan tangis. Tidak, air matanya benar-benar turun. Namun saat Aksa ingin menghentikan dirinya, Rana menggeleng lemah.
"Lanjutin, Kak." Meskipun tak berdaya, Ia tak ingin berhenti.
Akhirnya, penyatuan itu terjadi. Rasa sakit yang mendera juga mulai terganti oleh kenikmatan yang luar biasa. Rana mulai menikmati ini. Berkali-kali menyebutkan nama Aksa, membuat pria itu semakin gila saja.
Napas keduanya kian memburu. Gerakannya juga semakin cepat. Keduanya akhirnya berhasil mencapai puncak di waktu yang bersamaan.
Begitu selesai mengeluarkan hasil cintanya di atas perut Rana, Aksa ambruk di atas tubuh gadis itu.
Ia menatap gadis di bawahnya. "Terima kasih, Sayang." Bisiknya lalu perlahan terlelap.
***