🏆 Novel Lomba Anak Genius 2023 🏆
Kisah seorang anak genius bernama Aaron Lee yang piatu sejak bayinya.
Dia dibesarkan dalam keluarga kaya yang memiliki tambang minyak, ayahnya yang bernama Lee Ryder adalah pria tertampan yang termasuk dari sembilan pria terkaya didunia.
Aaron Lee besar bersama seorang pengasuh yang masih muda bernama Margot Evans, gadis yatim-piatu yang diambil oleh keluarga Lee Ryder dari panti asuhan saat dia masih anak-anak.
Margot Evans menjadi bagian keluarga Lee Ryder yang diberi tugas kepercayaan untuk menemani Aaron Lee.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Di ruangan makan terlihat ketiganya berada bersama di satu meja makan sedang menikmati sarapan pagi mereka.
Margot Evans sengaja memasak menu sarapan sederhana untuk semuanya seperti telur mata sapi, beberapa potong sosis sapi goreng serta roti panggang yang diolesi saos mayonaise.
Dituangkannya segelas susu segar dingin untuk Aaron Lee.
''Minumlah susu segar ini supaya tubuhmu tumbuh kembang dengan baik, Aaron Lee !'', kata Margot Evans.
Margot Evans menyerahkan gelas berisi susu sapi kepada Aaron Lee sebelum bocah kecil itu memulai sarapan.
''Terimakasih, Margot'', sahut Aaron Lee.
''Apa kamu juga ingin minum segelas susu segar ?'', tanya Margot Evans seraya melirik kearah Lee Ryder.
''Boleh...'', sahut Lee Ryder tanpa melihat.
''Ditambah madu ?'', kata Margot.
''Tidak perlu ditambah madu, seperti itu saja aku lebih suka'', sahut Lee Ryder.
''Baiklah, ini satu gelas susu untukmu !'', ucap Margot Evans.
Gadis muda itu memberikan segelas susu segar dingin kepada Lee Ryder.
''Terimakasih...'', sahut Lee Ryder.
Lee Ryder menatap ke arah Margot Evans sambil tersenyum menggoda.
''Tapi aku lebih suka susu tanpa olahan yang langsung dapat diminum dari tempatnya, itu aku lebih suka'', kata Lee Ryder.
''Oh iya ?'', sahut Margot Evans.
''Apalagi berasal dari mu karena seharian ini aku belum sempat meminumnya'', lanjut Lee Ryder.
Lee Ryder memandangi Margot Evans sembari mengedipkan sebelah matanya sedangkan salah satu tangannya sibuk memasukkan potongan roti panggang ke dalam mulutnya.
''Ayah, bagaimana caranya meminum susu langsung dari tempatnya ? Kenapa ayah menginginkannya hal itu dari Margot Evans ?'', celetuk Aaron Lee.
''Uhuk !?'', Lee Ryder tersedak.
''Seharusnya kamu menjaga cara bicara mu itu dari anak-anak, lihatlah ! Bagaimana putramu yang genius itu bertanya ?'', kata Margot Evans.
Lee Ryder hanya terdiam saat putranya bertanya tentang perihal perkataannya pada Margot Evans sambil menyeka bibirnya dengan kain kering.
Tanpa melanjutkan lagi omongannya, Lee Ryder terus menikmati sarapan paginya.
''Ayah ? Kenapa ayah tidak menjawab pertanyaan dari ku ?'', tanya Aaron Lee.
''Aaron Lee ! Tidak baik makan sambil bicara ! Ayo, habiskan sarapan mu !'', sahut Lee Ryder.
Mencoba mengalihkan perhatian putranya dari perkataan yang dia ucapkan kepada Margot Evans.
Tampak semburat merah dari wajah Lee Ryder saat itu.
''Hah..., bisanya mengelak tanpa tanggung jawab...'', gumam Margot Evans.
Lee Ryder hanya menoleh ke arah Margot tanpa menjawab ucapan gadis cantik itu kemudian menghabiskan sarapannya hingga tak tersisa.
Acara sarapan pagi selesai dan ketiganya pergi keluar ruangan makan.
Margot Evans dan Lee Ryder bersiap-siap untuk berangkat sedangkan Aaron Lee hanya duduk di depan beranda rumah sambil memperhatikan mereka berdua yang berdiri di samping mobil.
''Aaron Lee, kami berangkat dahulu, ya ! Jangan membuat ulah !'', pesan Lee Ryder.
''Iya, ayah, aku akan giat belajar di rumah'', sahut bocah kecil itu dengan logat cadelnya.
''Dagh, Aaron Lee !'', pamit Margot Evans.
''Dagh ! Margot !'', sahut Aaron Lee sambil melambaikan tangannya.
''Kau tidak ingin memeluk ayahmu ini sebelum ayah berangkat kerja, Aaron Lee'', kata Lee Ryder.
''Apa ayah menginginkannya ?'', jawab bocah Lima tahun itu.
''Tentu saja, ayah menginginkannya darimu ! Bukankah ini salam dari dua orang pria dewasa !?'', kata Lee Ryder.
Aaron Lee tertawa kecil saat ayahnya jongkok sambil merentangkan kedua tangannya ke arah dirinya.
''Baiklah, ayahku !'', sahut Aaron Lee.
''Ayolah, jagoan ! Kemarilah ! Peluk aku !'', kata Lee Ryder.
''Ya, ayah...'', jawabnya.
Aaron Lee lalu berlari berhamburan kedalam pelukan Lee Ryder kemudian memeluk erat tubuh ayahnya yang hangat.
''Nah, itu baru benar ! Ini namanya anak ayah, kau paham !'', kata Lee Ryder.
''Iya, ayah'', sahut Aaron Lee.
Keduanya saling berpelukan erat dan tertawa bersama-sama.
''Baiklah, ayah pergi kerja dahulu ! Ingat, jaga sikapmu selama di rumah ! Jangan membuat ulah aneh !'', pesan Lee Ryder.
PUK... PUK... PUK...
Lee Ryder menepuk punggung putranya dengan tepukan yang sangat halus kemudian tersenyum pada Aaron Lee.
''Masuklah ke dalam rumah ! Cuaca hari ini agak dingin ! Pergilah ! Ayo ! Ayo !'', lanjut Lee Ryder.
''Apa ayah tidak menginginkan aku mencium mu ?'', tanya Aaron Lee.
Lee Ryder terdiam tetapi pandangannya tidak dapat disembunyikan jika dia sangat senang mendengar putranya menyayanginya.
''Boleh..., kalau kamu sayang ayah'', jawab Lee Ryder.
''Selamat pagi, ayah !'', kata Aaron Lee.
CUP !
Bocah kecil itu lalu mencium pipi ayahnya kemudian dia berbalik arah menuju ke rumah sambil berlari.
Lee Ryder yang masih berjongkok di depan beranda rumahnya, tersenyum melihat tingkah laku putranya.
Dia beranjak berdiri lalu melangkah masuk ke dalam mobil.
Tampak Margot Evans yang sudah duduk di dalam mobil memperhatikan mereka sembari terus tersenyum senang.
BRAK !
Pintu mobil ditutup keras saat Lee Ryder masuk ke mobil.
Duduk sejenak didepan setir kemudinya kemudian membalikkan badannya ke arah samping.
BRUK...
Dia langsung menubruk tubuh Margot Evans yang duduk disebelahnya tanpa basa-basi lalu menyerangnya dengan ciuman bertubi-tubi pada gadis itu.
Margot Evans berusaha meronta tetapi kekuatan tubuh Lee Ryder sangatlah besar sehingga dia tidak mampu menahannya.
Terdengar bunyi kecupan dari Lee Ryder saat memburu gadis cantik itu.
''Ini hukuman untuk mu karena telah mempermainkan ku tadi saat kita sarapan dan jangan mengeluh karena kamu sendiri yang memicunya sendiri'', bisik Lee Ryder di telinga gadis malang itu.
''K--kau !?'', sahut Margot Evans gelagapan.
Dibukanya kancing baju Margot Evans satu persatu lalu dilepaskannya penutup dada milik gadis itu.
''Aku sudah katakan bahwa aku menginginkan meminum susu segar langsung dari wadahnya, bukan ?'', bisik lembut Lee Ryder.
''Apa maumu ?'', kata Margot Evans gugup.
''Tidak usah banyak membantah karena aku sudah tidak sabar untuk meminumnya !'', jawab Lee Ryder.
''Lee Ryder ! Kau bodoh, ya !?'', pekik Margot Evans.
Lee Ryder langsung melahap kedua bukit kembar milik Margot Evans dengan ganasnya sehingga gadis cantik itu langsung tersentak kaget.
''Hentikan ! Aku bisa terlambat sekolah !'', pekik Margot Evans.
''Hmmm..., tidak ! Karena ini sangat nikmat sekali...'', sahut Lee Ryder.
Lee Ryder terus melahap habis seluruh kedua bukit kembar milik Margot Evans tanpa ragu-ragu.
Margot Evans sendiri hanya bisa pasrah menerima perlakuan Lee Ryder yang tidak memberikannya kesempatan untuk melawannya.
Cukup lama Lee Ryder menikmati menu sarapan tambahan pagi itu setelah dia menghabiskan sepiring sarapan roti panggang dengan telur mata sapi lengkap.
Tampaknya pria berwajah tampan itu sangat menyukai sarapan sederhananya.
Lee Ryder lalu menjauhkan dirinya dari tubuh Margot Evans yang terbaring dengan seragam yang acak-acakan.
''Hari ini cukup sampai disini dulu tapi aku akan melanjutkannya nanti setelah selesai kerja dan kamu pulang sekolah'', kata Lee Ryder.
''Dasar bodoh !'', sahut Margot Evans.
Lee Ryder hanya tertawa kecil mendengar ucapan gadis cantik itu seraya menghidupkan mesin mobilnya.
Gadis cantik itu beranjak duduk sambil merapikan pakaiannya yang berantakan.
''Jangan lupa sisir rambutmu !'', kata Lee Ryder mengingatkan.
Pria berambut perak itu menyerahkan sebuah sisir kepada Margot Evans dan tak lupa tersenyum simpul.
''Apa kau puas ? Puas menganiaya ku ?'', sahut Margot Evans.
''Maksudmu ? Aku merasa puas begitu !? Atau kau menawarkan bantuan yang lebih lagi kepada ku ?'', kata Lee Ryder.
''Kau !?'', pekik Margot Evans tertahan.
Wajah Margot Evans langsung berubah merah padam dengan cemberut, dia merapikan seragam sekolahnya cepat-cepat.
Di palingkannya wajahnya dari Lee Ryder yang terus tersenyum senang.
Lee Ryder mengemudikan mobilnya perlahan-lahan.
Terlihat Mobil mulai bergerak pelan meninggalkan halaman rumah megah milik Lee Ryder menuju ke arah luar.