Jihan, wanita Sholehah yang dinikahkan dengan cinta pertamanya terpaksa harus menelan kepedihan, karena ternyata sang suami justru tidak menerima dirinya sebab sudah memiliki kekasih.
Berbagai perlakuan kasar dan menyakitkan kerap Jihan terima, namun dia tetap bersabar demi menjaga perasaan orang tua serta mertuanya.
Sampai sebuah kejadian besar membuat Jihan akhirnya menyerah dan pergi dari hidup sang suami. Namun di saat bersamaan rahasia besar pun terbongkar hingga membuat suaminya menyesal telah menyakitinya.
Rahasia apakah itu?
Akankah Jihan kembali bersatu dengan suaminya?
Atau dia memilih untuk mengakhiri semua ini?
Baca kisahnya, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZiOzil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26.
Mobil Ammar berhenti di depan gedung Ritz Corporation, beberapa karyawan pria dan wanita tampak berjalan masuk ke dalam gedung itu dengan sedikit tergesa-gesa sebab takut terlambat.
“Nanti pulang aku jemput, jadi kamu jangan ke mana-mana!”
“Iya, Mas.”Sahut Jihan, dia lantas melirik tangan Ammar yang masih memegang kemudi.
Ammar mengernyit heran. “Ada apa? Kenapa enggak turun?”
“Boleh enggak aku cium tangan Mas seperti layaknya suami istri?” Takut-takut Jihan bertanya.
Ammar tertegun, namun kemudian tersenyum dan menyodorkan tangan kanannya. Jihan tak menyangka Ammar melakukan itu, dengan senang hati Jihan meraih tangan Ammar dan menciumnya.
“Aku turun, ya. Mas hati-hati di jalan.” Ujar Jihan malu-malu setelah melepaskan tangan Ammar.
Ammar mengangguk, “Iya.”
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”Balas Ammar.
Jihan bergegas keluar dari mobil Ammar, dan bertepatan dengan Radit yang juga baru turun dari mobilnya. Melihat kedatangan Jihan, Radit segera menghampirinya. Sementara Ammar masih memperhatikan mereka dari dalam mobil.
“Assalamualaikum, Pak.” Sapa Jihan.
“Wa’alaikumsalam, Jihan.” Balas Radit. “Kamu sudah sehat?”
“Alhamdulillah, sudah, Pak.”
“Syukurlah. Saya sangat mencemaskan kamu.” Ucap Radit.
Jihan tersenyum. “Terima kasih sudah mencemaskan saya, Pak.”
“Sama-sama. Kamu tahu enggak, kantor itu rasanya hampa sekali tanpa kehadiran kamu” Seloroh Radit.
Jihan sontak tertawa riang. Dan entah mengapa Ammar merasa tidak suka melihat istrinya itu tertawa dengan lelaki lain.
“Kenapa tertawa?” Tanya Radit.
“Habis pagi-pagi Bapak sudah bercanda saja.” Jawab Jihan. Radit pun terkekeh menanggapi ucapan Jihan.
“Ya sudah, kita masuk!”
“Iya, Pak.”
Radit dan Jihan pun berjalan beriringan masuk ke dalam gedung Ritz Corporation. Sebagai founder sekaligus CEO di perusahaan itu, Radit terkenal ramah dan akrab dengan semua karyawannya terutama Jihan yang sudah berhasil mencuri hati duda kaya itu.
Ammar mendengus kemudian melesat meninggalkan gedung Ritz Corporation setelah melihat Jihan dan Radit masuk ke dalam gedung itu, hatinya mendadak merasa kesal melihat interaksi Jihan dan Radit yang begitu akrab.
☘️☘️☘️
Langit biru kini sudah berubah jingga, kawanan burung pun mulai kembali ke sarangnya. Ammar sedang menuju Ritz Corporation untuk menjemput Jihan, tapi tiba-tiba ponselnya berdering, ada telepon dari Miranda.
Ammar benar-benar merasa malas untuk menjawab telepon dari wanita itu, dia biarkan ponselnya terus berdering hingga mati sendiri. Lalu sebuah pesan masuk dari Miranda.
“SAYANG, KENAPA ENGGAK DIJAWAB?”
Tapi Ammar hanya melihat tampilan pesan itu dari layar ponselnya tanpa menjawabnya. Dan sebuah pesan lagi kembali masuk dari Miranda.
“SEKARANG AKU SEDANG BERADA DI RUMAHMU. CEPAT PULANG, YA! AKU TUNGGU!”
Ammar mengembuskan napas melihat pesan ke-dua dari Miranda itu, rasanya ingin sekali dia mengatakan yang sebenarnya dan mengusir wanita itu dari hidupnya. Tapi itu akan membuat rencananya berantakan.
Tiba-tiba Ammar mendapatkan ide, dia akan mengajak Jihan jalan-jalan, agar bisa menghindari Miranda. Sungguh Ammar merasa muak untuk bertemu wanita yang masih menjadi kekasihnya itu.
Mobil Ammar berhenti di depan gedung Ritz Corporation, dan Jihan sudah menunggunya. Jihan segera masuk ke dalam mobil Range Rover Velar hitam itu.
“Kita jalan-jalan dulu, yuk?” Ajak Ammar.
Jihan yang kaget sontak menatap suaminya itu. “Tapi sebentar lagi magrib, Mas.”
“Nanti kita cari mesjid dan Shalat Magrib di sana saja.” Sahut Ammar.
“Kenapa Mas mendadak ajak aku jalan-jalan?”
“Miranda di rumah, aku malas bertemu dia.”
Jihan terkesiap mendengar penuturan Ammar.
“Apa nanti dia enggak curiga kalau Mas pergi denganku?” Cecar Jihan.
“Nanti aku bisa kasih alasan, kamu tenang saja.”
“Terus kita mau ke mana?”
“Ke mana saja, yang penting bisa mengulur waktu, biar dia bosan lalu pergi.”
Ammar memacu mobilnya menyusuri jalanan ibu kota, kendaraan cukup padat dan sedikit macet. Beberapa kali mereka harus berhenti karena terjebak lampu merah, membuat Ammar menggerutu kesal. Sementara Jihan hanya tersenyum dan menikmati tiap detik bersama suaminya itu.
Allahuakbar .... Allahuakbar ....
Allahuakbar .... Allahuakbar ....
Azan magrib pun berkumandang dan saling bersahutan memenuhi langit yang mulai gelap. Ammar pun membelokkan mobilnya masuk ke pelataran masjid yang mulai ramai di datangi oleh orang-orang yang hendak Shalat berjamaah.
Begitu turun dari mobil , Ammar bergegas berjalan menuju tempat wudu pria. Jihan tersenyum saat melihatnya.
“Alhamdulillah, ya, Allah. Semoga dia Istiqomah. Aamiin.” Ucap Jihan dalam hati dan bergegas menuju tempat wudu khusus wanita.
☘️☘️☘️