Apa jadinya jika di malam pengantin seorang gadis bernama Vania Isabella harus melewati malam itu bukan dengan suaminya, tapi dengan sang Adik ipar yang ternyata adalah mantan kekasihnya dulu. Lalu, bagaimana hal itu bisa terjadi?
Bagaimana Vania melewati hari-hari bersama sang suami, dimana dirinya juga harus berhadapan dengan mantan kekasih yang sudah merenggut malam pengantin mereka? Dan bagaimana reaksi suami Vania saat tahu jika dirinya dan sang Adik ipar pernah melakukan hubungan terlarang?
Seperti biasa ini hanya Karya fiksi saja, tidak untuk ditiru, hanya untuk hiburan. So! Mohon bijak ya 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak bisa melupakannya
Bastian berendam di bak mandi, sejenak dirinya memejamkan mata, entah kenapa dari tadi bayangan Rara masih saja menggoda pelupuk matanya.
"Shiiit! Kenapa Aku tidak bisa melupakannya, ada apa dengan ku?" batin Bastian sembari mengusap wajahnya dengan air, membasahi seluruh tubuhnya yang baru saja menyentuh sang Adik ipar yang sudah membuatnya tidak tenang.
Setelah beberapa saat, Vania mulai masuk ke dalam kamar dan Ia tidak melihat Bastian sedang berada di dalam kamarnya, sejenak Vania mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi dan tiba-tiba saja ia mendengar suara Bastian yang sedang menjerit.
"Arrrggghhhhh ... kenapa dengan diriku, kenapa Aku tidak bisa melupakannya, sial!"
Seketika Vania mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya kepada suaminya.
"Mas! Kamu kenapa, Mas?"
Bastian pun mendengar suara Vania dan menjawabnya. "Tidak! Aku tidak apa-apa."
Vania pun beranjak tidur, mengingat hari sudah malam, sementara itu Bastian mulai keluar dari kamar mandi dan melihat ke arah istrinya yang sudah berbaring tidur.
Ia pun tidak memperdulikan Vania yang sudah berada di tempat tidur, Ia justru sibuk menyalakan rokok dan pergi keluar kamar tidurnya, berdiri di atas balkon sembari menikmati pemandangan malam.
Vania terbangun dan melihat suaminya yang sedang berada di luar.
"Mas Bastian kenapa? Tumben dia menyendiri?" Vania pun melanjutkan tidurnya, cukup lama Bastian berada di luar sampai dia menghabiskan beberapa putung rokok, setelah itu Ia masuk ke kamar. Bastian mulai merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidur mereka.
Matanya sama sekali tidak bisa terpejam, sungguh malam ini Ia terpikirkan Rara terus. Sementara itu Vania menyadari jika sang suami sedang tidak nyenyak tidur. Ia pun memberanikan dirinya untuk bertanya.
"Kamu kenapa, Mas? Kamu seperti gelisah gitu?"
"Bukan urusanmu!" jawaban masih sinis.
"Apa kamu mau dibuatkan minum?" tawar Vania.
"Tidak usah!" jawabnya masih cuek.
"Emm ... oh ya Mas! Kalau boleh tahu apa tadi kemarin kamu bertemu dengan Ibu?" tanya Vania yang seketika membuat Bastian terkejut.
"Apa maksudmu?"
"Tidak ada! Lupakan." Vania masih menutupi kecurigaan nya terhadap sang suami. Tiba-tiba saja Bastian bertanya kepada istrinya tentang suatu hal yang sangat sensitif, tentu saja itu membuat Vania sangat terkejut.
"Vania, boleh Aku bertanya?"
Vania menoleh ke arah suaminya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Apa yang Mas ingin tanyakan?"
"Apakah gadis yang virgin itu harus ditandai dengan keluarnya darah?" seketika Vania membulatkan matanya ketika Bastian bertanya demikian.
"Kenapa kamu tanyakan itu?"
"Apa dulu kamu juga seperti itu? Berdarah saat pertama kali Calvin menyentuh mu?"
"Pertanyaan macam apa ini, Mas? Kamu sudah gila!" balas Vania panik.
"Nggak usah sok polos kamu, katakan saja berdarah atau tidak?"
"Kalau berdarah emangnya kenapa dan kalau tidak berdarah apakah itu berarti Aku tidak perawan?" jawab Vania serius.
Bastian menghela nafasnya Ia yakin jika dulu Istrinya adalah perawan, tapi sayang Ia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan keperawanan istrinya sendiri. Tentu nya Calvin, sang adik sudah mendahului dirinya terlebih dahulu saat malam pengantin mereka.
"Kenapa sih tiba-tiba kamu menanyakan hal ini kepada ku?" tanya Vania penasaran. Bastian pun tidak menjawabnya, ia memilih untuk tidur dan mematikan lampu meja yang berada di samping tempat tidurnya.
"Mas! Mas ...!" Vania menghela nafasnya dan Ia pun ikut beranjak tidur, baru saja Ia menutup kedua matanya tiba-tiba saja terdengar suara telepon berdering. Vania segera beranjak bangun dan mengangkat telepon yang berada di atas meja.
"Halo!"
"Apa? Anggun kecelakaan? Omaigad, oke-oke Aku segera ke sana!"
Vania segera menutup teleponnya dan Ia meminta izin kepada Bastian untuk melihat keadaan sahabat nya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.
"Siapa yang menelepon?" tanya Bastian.
"Itu tadi dari teman ku, Mas! Kata mereka Anggun kecelakaan, dia terpeleset di kamar mandi dan nggak tahu kenapa tiba-tiba dia mengalami pendarahan, boleh kah Aku ke sana, Mas! Aku khawatir sekali dengan keadaannya." pinta Vania agar suaminya mengizinkan nya untuk menjenguk sahabat nya itu.
"Anggun kecelakaan dan pendarahan?" batin Bastian.
"Baiklah! Aku akan mengantarmu!" entah kenapa Bastian tiba-tiba saja tidak keberatan untuk ikut menjenguk Anggun, padahal gadis itu meminta pertanggungjawaban darinya, tapi tidak pernah Ia gubris.
...BERSAMBUNG...
KLO MAU MYAKINKN LGI MNTA BELIIN PEMBALUT, BILANG STOK PMBALUT HABIS
DN JUGA TIDUR MA IBU TIRI LOOO