Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kenanga
Gerimis kecil mengguyur kota Bandung, membuat langit yang tadinya cerah berubah redup. Alam turut menyerukan prihatin, sama seperti yang dirasakan pengantin wanita yang terus meratap sedih di sudut kamar. Sejak mengetahui calon jodoh yang dihempasnya ternyata bukan pria sembarangan, baik rupa maupun harta, penyesalan mendalam dirasakan Kenanga. Dandanan yang sudah siap sejak subuh kini berantakan. Air mata terus luruh membasahi pipinya yang dipoles perona.
“Nga, sudah. Apa mau dikata? Nasi sudah menjadu bubur, menangis pun percuma.” Lasmi menguatkan hati putrinya. “Lagi pula, Caraka bukan pria sembarangan. Se-kabupaten sudah tersohor kekayaannya.”
“Tetap saja, Bu. Jauh dengannya.”
“Lalu, kamu mau apa? Ini tinggal beberapa jam lagi menuju ke pernikahan. Kamu mau membatalkan begitu saja?” Lasmi memasang tampang sedih.
“Bu.” Mengusap kasar air mata yang berguguran sejak tadi, Kenanga tiba-tiba berdiri. Semburat asa tersirat di wajah basahnya yang masih berjejak nestapa.
“Kenapa lagi?” Lasmi yang sejak tadi menemani mulai memberi perhatian lebih. Berjalan mendekati putrinya, serenteng kembang goyang di pucuk kepala berayun mengikuti pergerakannya.
“Apa aku kabur saja? Biar Uni yang menggantikanku. Bukannya sejak awal dia dan Aa saling cinta. Aku saja yang tidak tahu diri dan menyusup masuk sebagai orang ketiga, Bu.”
Lasmi melotot. “Lalu yang di dalam perutmu mau dibuang ke mana?”
Kenanga menatap sedih wanita yang kini berdiri beberapa langkah di hadapannya. Merapikan kebaya putihnya, dia melangkah mendekat. Apa yang ingin disampaikan bukanlah sesuatu yang bisa dikonsumsi semua orang. Rahasia yang harus dijaga.
“Bu, biarkan aku pergi sekarang. Nanti Uni yang menikah, menggantikanku. Keluarga kita tidak akan malu. Semua tetap berjalan seperti sedia kala.” Kenanga berbisik dan menyunggingkan senyuman tipis. “Buat apa aku menikah kalau tidak cinta?”
“Bayi di dalam perutmu ada karena apa?” Lasmi masih belum bisa menerima. “Jangan seperti Ibu. Punya anak tanpa suami itu sulit, Ngga. Ibu beruntung bertemu Bapak yang mau menerima apa adanya. Kalau tidak, kita berdua mungkin akan mengais makan di jalanan. Jangan mengada-ada.”
Kenangan menghela napas. Senyuman di wajahnya kian lebar. “Aku tidak akan seperti Ibu. Aku punya kalian, kalau Ibu dulu tidak punya siapa-siapa. Aku akan merawat anakku dan bekerja sambil menunggu jodohku datang, Bu.” Kenanga masih berjuang meyakinkan.
“Entahlah.” Lasmi menjatuhkan bokongnya di bibir tempat tidur. Tatapan menerawang, pikiran perempuan tua yang sudah berdandan cantik itu mengawang. “Ibu sudah ikhlas, Nak. Jangan melakukan hal yang memalukan. Caraka bukan orang sembaranga. Keluarga mereka juga terpandang. Jauh dengan bapakmu yang hanya seorang pensiunan. Menikahlah, setelah itu Uni juga akan menikah. Ada baiknya juga kamu menikah dengan orang sini, Ibu tidak perlu menanggung rindu kalau ingin bertemu. Kalau kamu di kota, jauh.”
Kenanga cemberut. Asa yang tersisa pun dihempas ibunya tanpa pertimbangan. Selangkah lagi, dia akan berubah wujud jadi burung merpati dalam sangkar seorang anak juragan sapi dari kampung sebelah. Pundak melemas, semua rencana yang dirangkau mendadak terburai.
“Aku tidak mau menikah, Bu. Aku masih menginginkan suami yang sempurna seperti Aa Wisely,” ucap Kenanga lirih.
...🌿🌿🌿...
"Aa, ini kemejanya. Sudah diseterika ulang. Aa mau ikut mengenakan ini?” tawar Seruni, menunjukkan jas serupa milik bapaknya yang dapat pinjaman dari bridal yang menangani pernikahan Kenanga dan Caraka.
“Dapat dari mana?” Wisely menoleh ke belakang, menatap Seruni yang berdiri di pintu menyibak tirai kain yang menutupi akses masuk ke kamar. Menumpang di kamar gadis itu, pria berstatus duda tersebut harus bersiap menuju ke tempat acara bersama keluarga sang calon istri.
“Dari salon, Aa.” Seruni menjawab terus terang. “Pinjaman, em sewa,” lanjutnya, menjelaskan.
“Jadi sudah dipakai sejuta umat?” Wisely mendelik sembari merapikan rambut basahnya.
Seruni tak sanggup menyanggah, hanya mengangguk pelan ketika mendapati wajah Wisely yang dihinggapi keengganan.
“Aku pakai jas milikku saja.”
“Tapi, warnanya tidak seragam, Aa. Beda dengan Bapak. Punya Aa ….”
Seruni tak melanjutkan kata-katanya lagi ketika mendapati Wisely sudah berbalik dan menatap cermin bulat dengan bingkai berbahan plastik biru yang tergantung di dinding kamar mungilnya.
“Aku lupa bawa minyak rambut. Apa Bapak ada?” tanya Wisely, sibuk menata rambutnya dengan sisir yang selalu menyelip di saku belakangnya.
“Hah!” Seruni terkejut. Masih mendekap jas hitam yang tadinya akan diperuntukkan untuk Wisely, tetapi ditolak mentah-mentah.
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...