NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:643.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Kenapa Jadi Sewot?

"Astaghfirullah, Ayu. Ini kenapa pipimu kok memar dan bekas tangan begini?" tanya bu Lin begitu aku sampai rumahnya.

"Aku di tampar ibu mertua, aku gadaikan rumahnya sebelum aku pindah ke sini," jawabku menahan sakit. "Maaf, ya bu, aku pulang kesorean. Ini aku beli makan malam buat ibu sama yang lain."

"Nggak apa-apa, Yu. Anak-anak kamu pinter, nggak ada yang rewel. Kamu jangan sering-sering kasih ibu makanan begini, belum lagi kamu juga kasih uang buat ibu, kayak apa aja kamu ini."

"Ibu pernah bilang ke aku, kalau aku harus anggap ibu kayak ibuku sendiri, kan? Jadi kalau anaknya beli begini masak nggak boleh. Aku belum pernah merasakan jadi anak dari orang tua yang lengkap, bu. Ibu meninggal ketika melahirkan aku, ayah juga pergi ketika aku masih sekolah. Aku belum pernah tahu bagaimana rasanya memanjakan orang tua. Ibu udah baik sama aku, memperlakukan aku seperti anak, biarkan aku memperlakukan ibu seperti ibuku juga."

Aku melihat mata bu Lin yang berkaca-kaca saat aku mengatakan itu. Aku tahu, dibalik cerianya sosok bu Lin, pasti beliau juga menyimpan luka yang dalam. Melihat anaknya yang bekerja sendirian, mempunyai dua cucu tanpa ibu, pasti hatinya nelangsa.

"Kamu buat ibu nangis aja, sih, Yu," ujar bu Lin menghapus air di sudut matanya.

"Jangan nangis, dong. Ibu ada nasi nggak? Aku lapar, nih. Aku tadi siang belum makan." Sengaja aku mengalihkan pembicaraan agar bu Lin tak melanjutkan kesedihannya.

"Kamu ngapain aja siang nggak makan? Memarnya ibu obati dulu. Baru bisa makan," ucap bu Lin bangkit dari duduknya.

"Nggak usah, bu. Ini besok juga sembuh."

"Heh, luka begitu jangan dibiarkan. Kamu ingat, pertama kali kamu datang ke sini? Wajah babak belur begitu, emang besoknya ilang? Nggak, kan?" omel bu Lin seraya mengambil kotak obat.

Dengan telaten bu Lin mengobati memar yang ada di pipiku. Beliau mengobati dengan tak henti-hentinya menggerutu. Sesekali beliau bertanya, apa alasanku menggadaikan rumah suami.

Mengalirlah cerita hidupku dengan Anang. Ibu mertuaku pun tak luput dari ceritaku.

"Kok ada wanita begitu, sih. Kalau ibu jadi kamu nggak akan ibu gadaikan, ibu jual. Kamu sama seperti anak ibu, punya pasangan yang kurang bersyukur. Ya sudahlah, kamu makan sana. Jangan di ingat-ingat. Sebentar lagi kan status kamu juga berubah. Fokus sama anak saja."

Aku menurut, aku makan dengan manahan sakit. Sesekali bu Lin mengajakku bicara. Selesai makan, aku membersihkan piringnya dan pamit pulang.

Sayangnya, Agil dan Alif enggan untuk pulang karena asyik bermain dengan Dara. Aku sudah membujuknya tapi mereka kekeh untuk tetap tinggal. Rumah bu Lin memang ramai anak kecil jika sore hari begini.

"Biarin mereka di sini, Yu. Banyak temannya juga, kan. Udah siniin Anin, kamu bersih-bersih badan sana, terus istirahat dulu. Biar anak-anak sama ibu."

"Ibu nggak istirahat kalau begitu. Nanti habis mandi aku akan ke sini."

Aku nyelonong pergi setelah mengatakan itu.

*

Sehabis maghrib, aku kembali ke rumah bu Lin. Aku merasa tak ada beban jika di sini, hidupku sangat bahagia. Meskipun aku harus kesepian, aku tidak munafik, aku tetap membutuhkan sosok laki-laki di samping ku. Anakku banyak bukan berarti aku tidak kesepian. Aku masih butuh pundak kuat untuk bersandar.

Tapi untuk saat ini aku tak mau memikirkan itu. Aku kerahkan seluruh hidupku untuk anak-anak dan bekerja.

"Anin mana?" tanyaku pada Dara yang sedang bermain dengan Alif dan Agil. Sudah tuk ada lagi anak-anak lain, mungkin saja mereka sudah masuk ke kandang masing-masing.

"Tidur, baru aja. Kecapean kayaknya, dari tadi lari-lari mulu sama si kembar. Noh, tidur bertiga mereka. Lucu ya, mbak." Dara menatap ketiga anak perempuan yang seumuran itu. Mereka sedang tidur dengan pulasnya.

Setelah ngobrol sebentar aku pamit pulang. Aku juga ingin istirahat dari segala macam problema kehidupan.

Saat sedang di jalan, tak sengaja aku berpapasan dengan sebuah mobil yang familiar. Aku mengamatinya sambil berjalan pelan. Dan aku melihat mobil itu belok di halaman rumah bu Lin.

Ah mungkin tamunya, bu Lin. Lagi pula mobil seperti itu pasti banyak, tak mungkin punya satu orang saja. Batinku mengalihkan pikiran.

*

Aku menggeliat saat mendengar suara adzan subuh di mana-mana. Aku beraktivitas seperti biasa. Banyak menit yang aku habiskan dengan berkutat di dapur dan teman-temannya. Hingga entah jam berapa aku mendengar sebuah ketukan di pintu utama.

"Mas Anang? Sepagi ini kamu ke sini?" tanyaku yang jujur saja aku terkejut dengan Kedatangannya.

"Iya, sengaja aku datang pagi-pagi mumpung libur. Aku mau main sama anak-anak seharian, boleh kan? Kalau nggak kamu izinkan keluar rumah ya udah nggak apa-apa di sini aja."

"Di sini aja mainnya, kamu kan bawa motor. Susah kalau ajak mereka bertiga. Kamu tunggu sini, aku buatkan minum sekalian kasih tahu anak-anak."

Aku pergi ke dapur membuatkan teh terlebih dahulu. Tak berselang lama, Alif datang ke dapur untuk minum air putih. Sudah menjadi kebiasaan Alif saat bangun tidur minum air. Sama seperti ayahnya.

"Lif, di depan ada ayah temani gih, ibu mau bangunin adik-adik kamu. Katanya ayah mau main sama kalian. Ini bawa tehnya sekalian, ya."

Alif hanya mengangguk tanpa menjawab atau bertanya lagi. Beberapa menit aku membangunkan kedua anakku, aku bawa mereka pada ayahnya yang sedang bercengkrama dengan sang kakak.

"Ayah," teriak Agil memeluk ayahnya.

Aku melihat Alif yang menampakkan wajah biasa saja. Anak kecil itu anteng duduk di kursi yang berdampingan dengan ayahnya, hanya terpisah meja bundar saja.

"Anak ayah, kamu makin gemuk. Semua anak-anak ayah makin gemuk, ya sekarang. Sini-sini, Anin sama ayah." Anang mengambil Anin dari gendonganku.

Aku lalu izin untuk masuk, melanjutkan kegiatan memasakku yang sempat tertunda. Sedang asyik dengan pergulatanku di dapur, aku di kagetkan dengan dering ponsel yang tak jauh dariku.

"Rifki, tumben nih anak telepon jam segini," gumamku seraya menggeser tombol untuk menerima panggilan.

"Halo, kenapa?" tanyaku.

"Di rumah, kan? Jalan yuk, bosen gue di rumah. Nggak usah masak, makan di luar aja. Ini gue lagi di jalan. Lu siap-siap."

"Kamu kok mendadak banget, sih, Rif. Ini Anang juga baru aja sampai di sini. Mau main sama anak-anak."

"Lu kasih tahu alamat rumah yang baru? Kenapa di kasih tahu?" protesnya

"Ya, kan anak-anak yang ada sama aku anaknya juga, Rif. Dia berhak ketemu sama anaknya."

"Terserah lu, lah."

Sambungan terputus setelah itu.

"Kenapa jadi sewot?" Gumamku sendirian.

1
Andriani
wih konsep dari mana cakap si Anang nih....
Andriani
wih jijiknya. jahat x si Anang ini.
Andriani
wah wah... memuakkan banget si ibu si anang nih yaa
Rina Mariana
fakta kehidupan sekarang spt ini, klu perempuan ga kerja, ya sengsara, tapi ga semua si
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!