NovelToon NovelToon
Hot Couple: Cerita Cinta Inara Season 2

Hot Couple: Cerita Cinta Inara Season 2

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Patahhati / Pelakor / Keluarga / Romansa / Tamat
Popularitas:336.6k
Nilai: 5
Nama Author: Juliana S Hadi

NOVEL DEWASA

Fase kedua dalam kehidupan percintaan.
Seberapa mampu kita bertahan dan mempertahankan cinta dan rumah tangga?
Bukankah badai pasti berlalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juliana S Hadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Antara Pahit Dan Manis

Ruang. Itu yang kubutuhkan. Aku butuh waktu untuk sendiri. Aku igin kami menjaga jarak -- untuk sementara.

Kendati demikian, aku tetap berusaha menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku masih memasakkannya makanan dan menemaninya makan, aku juga masih tidur di sisinya -- sekamar dan seranjang dengannya. Yang kuinginkan hanyalah: kami tidak mengobrol dulu dan tidak bermesraan untuk sementara waktu.

"Katakan saja kalau kamu butuh sesuatu. Asal jangan mengajakku bicara," kataku memperingatkan.

Hari itu, setelah aku memintanya untuk jaga jarak denganku, Reza langsung pergi ke halaman belakang. Dia sedang memberi makan ikan-ikan peliharaannya saat aku menjemur cucianku. Bahkan tanpa melirik, aku tahu dia memandangiku dari kejauhan.

Yang kuat, Nara. Biarkan saja dia. Kuentakkan kakiku dan aku berjalan masuk.

Pada jam makan siang, atas permintaan Reza, kami makan siang berdua di teras belakang -- tempat yang ia rencanakan untuk dialihfungsikan sebagai ruang makan dengan meja besar dan kursinya yang banyak. Dia bilang dia ingin mencobai suasananya sebelum benar-benar direnovasi. Tapi topik itu tidak lantas menjadi pembahasan yang menarik karena aku tidak menanggapinya sama sekali.

Selama sisa hari itu, dan berlanjut pada malam harinya -- dia mulai geram. Pernikahan yang harusnya masih dalam suasana hangat-hangatnya menjadi seperti bongkahan es pada musim salju. Hubungan di antara kami menjadi sangat dingin. Waktu itu aku sedang tidak ingin makan malam. Sebagai gantinya, aku hanya minum jus apel satu gelas besar dan menemaninya makan di meja bar kami. Dan itu malah dimanfaatkan Reza untuk mencairkan suasana di antara kami.

"Kamu hanya tidak ingin mengobrol denganku, kan? Bukan berarti aku tidak boleh menyuapimu."

Aku meliriknya sesaat sambil merengut. "Aku juga sedang tidak ingin bermesraan," kataku.

"Dosa," cetusnya pelan. "Kamu tahu, kan, menolak kemauan suami itu dosa? Yang aku mau ini bukan hal yang buruk."

Mulai. Sok suci! Aku menatap lurus ke matanya. "Dosa mana -- menolak suami atau berbuat mesum dengan mantan pacar? Hmm?"

Wajah Reza merah padam. Kali ini dia memendam marah padaku, sampai ia menaruh piringnya ke meja dengan entakan yang cukup keras. Lalu, tanpa bicara sepatah kata pun ia langsung berlalu ke lantai atas.

"Aku sudah bilang jangan membahas apa pun denganku! Kenapa kamu masih bersikeras? Heh? Berengsek!" teriakku sambil menatap punggungnya dengan nanar.

Gara-gara itu aku jadi menangis sesenggukan dan menyembunyikan wajahku di antara dua lengan yang terlipat. Entah berapa lama, sampai aku menyadari dua tangan kokoh suamiku menarikku hingga aku duduk dengan tegap. Lalu dengan sigap ia menghapus air mataku dan membenamkanku ke dalam pelukannya. "Maaf, aku salah. Aku janji tidak akan bicara, tapi kamu harus makan."

Dan, menit-menit berikutnya kami habiskan dengan makan sepiring berdua sambil berpegangan tangan, sesekali Reza menyuapiku -- meski tanpa bicara. Reza juga sengaja menyetel lagu Satu Nama Tetap Di Hati hingga menggema memenuhi ruangan. Lagu itu aslinya milik Eye Band -- band asal Malaysia di era 90-an yang banyak dicover oleh para pemusik Indonesia.

Dalam keadaan itu, aku sangat berusaha menghindari tatapan mata Reza. Seperti dulu, aku tidak berani menatap matanya.

Selesai makan, aku lekas-lekas mencuci piring kotor dan Reza memastikan semua pintu terkunci. Setelah itu kami langsung ke kamar. Masih dengan bergandengan tangan dan tanpa bicara. Rasanya itu lebih baik daripada mengatakan sesuatu yang ujung-ujungnya memancing emosiku, kendati kami berdua nampak seperti sepasang pasangan tunawicara. Saat itu aku berpikir, bahwa keadaan pasangan tunawicara yang ada di luar sana -- jauh lebih menyenangkan daripada kehidupan keluarga kecilku, sebab keterbatasan mereka itu justru membuat mereka tidak perlu merasakan panasnya adu mulut seperti yang kami alami hari ini. Walaupun sebenarnya tidak terlalu buruk juga, sebab Reza cukup sabar dalam menghadapiku dan pantang menyerah menaklukkan emosiku.

"Sayang," katanya. Tangannya mulai memainkan ujung ritsleting gaun tidurku. "Aku mau minta hakku. Boleh, ya?"

Argh! Kan, kan? Bagaimana dengan pertahanan ngambekku? Euwww!

"Iya," sahutku dengan agak terpaksa, tapi aku takut dosa kalau aku menolaknya. Mau bagaimana?

Tanpa basa-basi dan tanpa menunda-menunda, Reza langsung menanggalkan semua kain yang membungkus tubuhku.

"Sebentar," kataku. Aku mengambil kain penutup mata yang diberikan Zia waktu itu, yang sengaja kuselipkan di ujung tempat tidur, persiapan kalau Reza mengajakku bercinta saat kami dalam keadaan bertengkar. Dan itu pertama kali aku memakainya. Pada awalnya Reza tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tidak melarangku menutup mata. Tapi pada menit-menit berikutnya -- setelah aku mengeran* beberapa kali karena ia *enjamahi setiap titik sensitifku hingga semua bagian tubuhku merah-merah, tiba-tiba ia berhenti tanpa melepaskan diri dariku. Aku terpaksa membuka penutup mataku dan bertanya kenapa. Dia langsung nyengir.

Menyebalkan!

"Tatap mataku," katanya. "Kita lakukan sambil saling menatap, supaya lebih intens. Aku ingin kamu merasakan cintaku yang sama sekali tidak pernah berkurang sedikit pun."

Menelan ludah. Kurasakan sejuta kupu-kupu menari-nari di atas kepalaku. Aku tahu cintamu sama sekali tidak pernah berkurang padaku. Tapi cinta saja tidak cukup. Aku ingin kebahagiaan yang sempurna, tanpa Salsya di antara kita. Aku yakin aku bisa melalui semua prahara, apa saja. Asal bukan tentang orang ketiga.

"Oke?" suara Reza menarikku kembali pada kesadaran.

Aku mengerjapkan mata. "Ya," kataku, "akan kucoba."

Saat itu, Reza tidak memandang ke dalam mataku, dia memandang ke dalam diriku. Aku penasaran apa yang dilihatnya di sana. Dia memegangi puncak kepalaku dengan tangan kirinya. Sedangkan yang kanan bertumpu pada tempat tidur. Matanya tidak mau beralih dariku. Kurasa selama keseluruhan proses tersebut, ia hanya mengerjapkan mata beberapa kali. Dan pada akhirnya mataku tetap saja terpejam saat aku mencapai puncak.

"Ops! Maaf."

Eit dah. Reaksiku itu malah membuatnya tertawa. Dia terkekeh senang, nyaris ngakak.

Dasar menyebalkan!

1
Ayu Wardhanii
,
16/06/1977
Luar biasa
Dina Sutarlim
bagus
sum mia
ya ampuuunnn.... aku ngakak baca bab ini , sumpah kayak orang sinting yang ketawa ketiwi sendiri , bahagianya andai bisa diantara mereka yg gesrek yg selalu bikin ketawa , tp disaat yang genting pun mereka selalu bisa diandalkan .
Rifa Endro
OMG... sesak nafas aku,.Ihsan sesayang itu sama Kakak perempuannya.
Rifa Endro
aku yakin Alfi dan Mayra... ada hubungan dengan kematian syalsa
Rifa Endro
apakah saat itu, Ihsan yang datang ya ???
Rifa Endro
Reza pasti yg melakukannya. ia pasti takut di penjara.
Rifa Endro
huh ... Gusti..... perut ku rasanya ikutan nyeri
Rifa Endro
mas Aris atau Reza ya...atau malah Mayra ? atau justru Alfi ?
Rifa Endro: harus mba... kan bisa jadi salah satu di antara mereka kan ? kan kan kan 🙈
Juliana Shadi: semua orang kamu curigai wkwkwk
total 2 replies
Rifa Endro
ya memang dia sakit jiwa kalau kau terus meladeninya juha Ra, gantian kamu sendiri yang ikutan sakit jiwa. telpon polisi Ra
Rifa Endro
aku yang tegang nona Nara. Soalnya kamu lagi hamil.
Rifa Endro
aku nggak kebayang sih... bagaimana jadi Inara . diuji kesabarannya melalui suaminya berat. dari awal kehamilan.
Rifa Endro
oh wow !!! syalsa...syalsa ... and syalsa...
Rifa Endro
bini mu lagi sableng ... mas Reza
Rifa Endro
iya sama sepertimu gila dan gesrek pula
Rifa Endro
tambeng sih, emang kamu harus punya stok Ihsan di rumah mu juga dan di manapun biar selalu ada yang bisa memmariahimu disaat kamu ceroboh
Rifa Endro
hah !!! Basi !!! sebantar janji sebantar manis sebantar bohong lagi dan lagi
Rifa Endro
Ya Tuhan !!! jika tak ingin ditinggal Nara, stop dong kamu mikirin wanita lain yang notabene bukan apa2 kamu. sinting kamu Za
Rifa Endro
geregetan, Seperti memiliki dua kepribadian
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!